Senin, 29 November 2010

JINUSS sukses menggoyang seminar nasional dokter gigi


Di mana ada lagu Koes Plus, di situ ada kemeriahan. Idiom ini dirasa tak berlebihan, mengingat hal ini ternyata benar-benar sungguh terjadi. Salah satu contoh nyata adalah ketika ada sebuah even pertemuan nasional salah satu spesialis dokter gigi. Pada even yang bertajuk National Scientific Seminar in Periodontics ( NASSIP ) 2010 ini band pelestari Koes Plus asal Surabaya yaitu, JINUSS menjadi bintang tamu pada sesi hiburan.

Sesi hiburan berlangsung pada hari jumat malam, 26 November 2010. Tema hiburan : Singing N’ Dancing. Acara malam itu dibuka oleh penampilan tari remo yang dilanjutkan dengan pemberian penghargaan bagi kalangan dokter yang termasuk senior. Memasuki acara hiburan diisi oleh penampilan para dokter yang mewakili berbagai universitas di tanah air, antara lain yaitu : UI, USU, Unpad, Unhas dan Unair. Para dokter tampil dengan menyanyikan beberapa lagu daerah yang dikemas secara vocal grup.

Acara yang dimulai pkl. 19.00 di hotel JW Marriot Surabaya itu juga dihadiri oleh beberapa penggila Koes Plus. Pengurus JN Surabaya saat itu diundang untuk menjadi pendukung JINUSS band. Tampak hadir para penggila Koes Plus dari Surabaya yaitu, Koesyanto, Sam Sugeng bersama anak dan istri, Okky T. Rahardjo dan Sutaryono. Secara kebetulan Sutaryono ( personel Beat Plus ) saat itu memang diminta bantuan untuk menjadi salah satu pengiring musik vocal grup dokter.

Setelah penampilan opera dari Unpad, tepat pkl. 21.40 WIB pembawa acara menyebutkan bahwa acara selanjutnya adalah penampilan JINUSS yaitu band pelestari lagu-lagu Koes Plus dari Surabaya. Mengiringi personel JINUSS bersiap diri, drg. Winaryo selaku panitia acara memberikan komentar tentang band ini. Beliau menyampaikan bahwa band ini merupakan salah satu band pelestari yang tergabung dalam JN Surabaya. Drg. Winaryo yang juga merupakan penggemar fanatik Koes Plus ini memang sengaja mengundang band pelestari untuk memeriahkan acara malam itu.

Satu per satu personel JINUSS mulai menempati posisi masing-masing. Bagus Noesanto mulai menyandang bass gitar. Soejitno sang vokalis memanggul gitar warna coklat yang ditempeli stiker JINUSS. Djuanam, mulai mempersiapkan mik sebagai backing vocal. Fandy segera duduk di belakang drum. Tak ketinggalan, Budi Santosa menempati posisi sebagai Tonny Koeswoyo dengan gitar dan keyboard Korg yang sudah disiapkan.

Setelah memperkenalkan personel yang tampil, Soejitno segera memberi kode untuk memulai lagu pertama. Bis Sekolah menjadi pilihan yang tepat untuk menggebrak suasana malam itu. Para pengunjung yang semula duduk dengan tenang menjadi segera memberi respon dengan bernyanyi bersama. Sebagian ada yang bisa mengikuti, sebagian lagi masih malu-malu namun ikut bersenandung saat lagu yang diambil dari The Best of Koes ini dibawakan.

Tepuk tangan pengunjung belum reda, saat JINUSS menggebrak dengan lagu kedua yang tak kalah rancak yaitu Bunga Di Tepi Jalan. Petikan melody gitar Budi Santosa pada interlude lagu ini menjadi pemanis yang bukan sekedar pelengkap pada lagu karya Yon Koeswoyo ini. Perpaduan vocal Soejitno dan Djuanam seolah membuktikan bahwa mereka juga mampu bersaing sebagai band pelestari Koes Plus. Tak ketinggalan gebukan drum Fandy yang mampu menangkap “feel” seorang Murry. Demikian juga petikan bass Bagoes yang tak bisa dianggap remeh sekalipun tidak banyak bergaya. JINUSS malam itu mampu menunjukkan sebagai band pelestari yang layak mendapatkan tempat tersendiri di hati penggemar Koes Plus di Surabaya dan sekitarnya.

Pada lagu ketiga JINUSS mulai membuka diri untuk pengunjung yang mau menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi bersama. Diawali dengan seorang dokter perempuan yang mendendangkan Manis Dan Sayang, selanjutnya berturut-turut para pengunjung yang hadir bergantian mengadu vocal di panggung dengan diiringi JINUSS. Setiap kali sebuah lagu selesai dinyanyikan, segera pengunjung yang lain langsung menyebutkan lagu yang akan dinyanyikan. Segera keyboard yang dimainkan oleh Budi Santosa mengalunkan intro lagu yang dimaksud. Seperti suatu ketika ada pengunjung yang berteriak minta dibawakan Kembali Ke Jakarta, segera saja personel JINUSS siap memainkan lagu yang diminta, saat itu pula pengunjung yang request segera naik ke panggung untuk menyanyikan lagu ini.

Drg. Winaryo selaku pengundang sempat juga menyumbangkan suara untuk menyanyikan Janjimu yang didampingi Sutaryono. Duet penggemar berat Koes Plus ini menambah meriah acara malam itu. Usai Janjimu, duet spontan itu melanjutkan dengan lagu Derita yang disambut dengan nyanyian koor spontan oleh pengunjung masih bertahan menyaksikan penampilan JINUSS. Semua yang hadir menjadi puas dan bergembira setelah seharian lelah mengikuti seminar.

Malam semakin larut. Pengunjung yang adalah peserta seminar harus segera istirahat untuk melanjutkan acara keesokan hari. Tepat pkl. 22.30 JINUSS mengakhiri penampilan. Selamat Tinggal merupakan lagu terakhir yang dibawakan JINUSS. Lagu ini seolah menjadi ciri khas setiap kali band ini mengakhiri penampilan. namun karena banyak pengunjung yang belum terbiasa dengan lagu ini, JINUSS menambahi dengan Kapan-Kapan sebagai lagu pamungkas. Semua bertepuk tangan mengiring JINUSS turun dari panggung.

Malam itu para personel JINUSS pulang dengan segala kepuasan yang terpancar di wajah mereka. Hal ini karena mereka dapat tampil yang ternyata diresponi oleh para pengunjung yang hadir. Sehingga malam itu kepuasan tidak hanya dimiliki oleh JINUSS, tapi juga oleh para pengunjung yang senang karena permintaan lagunya dipenuhi dengan baik. Memang kebanggaan personel band adalah kalau dapat memenuhi permintaan lagu dari penonton yang menikmati penampilan mereka.

Setiap penampilan tak pernah luput dari kekurangan yang selalu ada di balik keberhasilan yang diraih. Pada penampilan JINUSS masih terdapat sedikit kesalahan pada bagian vocal dalam mengambil nada-nada yang tinggi. Beberapa kali terjadi salah perhitungan sehingga nada tinggi yang dinyanyikan seolah tak terjangkau sehingga menjadi terdengar fals dan tidak bisa “mendarat dengan mulus”. Pada beberapa lagu pun musik masih kurang bisa “berjalan dengan sempurna”, baik saat intro maupun interlude.

Namun satu hal yang harus diakui, bahwa pemilihan JINUSS untuk menyanyikan lagu-lagu Koes Plus yang populer menjadi sebuah pilihan yang tepat. Hal ini mengingat yang hadir adalah masyarakat umum di luar komunitas penggemar Koes Plus. Sebagai bukti bahwa pilihan ini tepat adalah semua lagu dapat diresponi dengan baik oleh pengunjung.

Berikut ini adalah daftar lagu yang dibawakan oleh JINUSS : Bis Sekolah, Bunga Di Tepi Jalan, Manis Dan Sayang, Bujangan, Kolam Susu, Pelangi, Why Do You Love Me, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Kembali Ke Jakarta, Andaikan kau Datang, Diana, Layang-Layang, Jemu, Janjimu, Derita, Selamat Tinggal, Kapan-Kapan.

Selamat atas suksesnya penampilan JINUSS dalam seminar nasional di kalangan dokter gigi spesialis perio. Maju terus dalam melestarikan karya-karya Koes Bersaudara dan Koes Plus. Jiwa Nusantara Surabaya akan selalu mendukung setiap langkah kalian dalam menggemakan karya legendaris anak bangsa di kota pahlawan ini. Merdeka ….!!!

( Okky T. Rahardjo-ketua JN Surabaya, 085645705091 )



Keterangan gambar :

1. Personel JINUSS in action
2. Fandy, drummer muda berbakat
3. Budi Santosa, keyboard player andalan JINUSS
4. JINUSS mengiringi seorang pengunjung yang bernyanyi
5. Djuanam, mengajak salah seorang pengunjung untukbernyanyi bersama
6. Sutaryono dan Drg. Winaryo, duet Janjimu
7. Pengurus JN Surabaya pose bersama sebelum acara dimulai
8. Suasana panggung acara NASSIP 2010

































Kamis, 25 November 2010

The Bottles menghibur Walikota Surabaya











“ Kita yang berjiwa Nusantara, selalu siap sedia…Membela nusa dan bangsanya berdasarkan Pancasila ………….”   

Petikan syair lagu Mars Jiwa Nusantara itu berkumandang mengiringi pembukaan sebuah even keragaman beragama yang berlangsung di Surabaya. Rabu sore, 24 November 2010 The Bottles mendapatkan kesempatan untuk tampil pada acara peresmian Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia ( PCTAI ), sebuah komunitas yang berlandaskan kemanunggalan keimanan dan kemanusiaan. Organisasi ini berisikan tokoh-tokoh lintas agama yang bersepakat untuk mengembangkan nilai-nilai luhur kemanusiaan di tengah masyarakat Indonesia yang pluralis.

Peresmian PCTAI berlokasi di Balai Pemuda Surabaya yang diisi dengan berbagai kegiatan seni antara lain: pembacaan tembang jawa, tari remo, musik tradisional dan pameran lukis. The Bottles mengisi panggung utama dengan menampilkan lagu-lagu Koes Plus yang ternyata dinilai banyak pihak pantas untuk ditampilkan pada even semacam ini.

The Bottles memulai aksi panggung sekitar pkl. 15.40 WIB. Diawali dengan sebuah lagu pusaka khas Koes Plus “ Laguku Sendiri “. Teguh, vokalis The Bottles, berikutnya menyapa pengunjung yang hadir yang mulai berdatangan ke lokasi acara. Selanjutnya Oh Kasihan mengalun dari lokasi panggung yang berdempetan dengan SMA 6 Surabaya. The Bottles selanjutnya menyanyikan “Why Do You Love Me” memenuhi permintaan Nirwana Juda, kepala UPTD Balai Pemuda. Kelelawar menjadi sajian berikutnya yang makin menghangatkan suasana sore itu yang sebelumnya kota Surabaya diguyur hujan deras selama dua jam. Sebelum mengakhiri sesi pertama penampilan, The Bottles memberikan kejutan dengan mendendangkan “Bunder-Bunder”. Teguh menyanyikan lagu ini dengan gaya yang kocak sebagaimana yang dilakukan Nomo Koeswoyo pada rekaman aslinya.

Panggung sempat kosong sejenak sekitar empat puluh menit. Acara berlanjut dengan agenda peresmian pengurus PCTAI oleh Dinas Pariwisata Kota Surabaya. Acara yang dihadiri oleh pemuka agama serta para seniman dari Dewan Kesenian Surabaya ini berlangsung di sebelah utara panggung. Sebagian besar peserta yang terdiri dari ’kaum usia senior’ dan ’ kaum gondrong ’ khas penampilan seniman, saat itu bersepakat untuk mendirikan sebuah wadah yang terbebas dari urusan politik namun semata mengedepankan keimanan dan kemanusiaan.

Setelah para peserta masuk lokasi gedung Balai Pemuda untuk meninjau koleksi lukisan, The Bottles kembali diberi kesempatan untuk naik panggung. Pada penampilan sesi kedua ini The Bottles siap untuk membawakan lagu-lagu Koes Plus yang sarat dengan nilai persatuan dan kebersamaan, sesuai dengan tema acara yang berlangsung. Uniknya, sebelum The Bottles naik panggung rupanya pihak Ketua Panitia mempunyai request khusus. Adapun lagu yang direquest bukan lagu-lagu Koes Plus namun mempunyai nilai sejarah bagi warga Surabaya. Untuk mengantisipasi ’hal-hal yang tak diinginkan’, pihak manajemen The Bottles sempat meminta ijin dulu pada ketua JN Surabaya untuk membawakan dua lagu yang bukan dari Koes Plus. Mengingat dua lagu ini memang lagu yang memiliki nilai sejarah, maka pengurus JN Surabaya pun mengijinkan dan tidak ada keberatan.

Pada sesi kedua ini The Bottles membuka penampilan dengan menyanyikan lagu Ballada Kalimas karya The Gembell’s dan Surabaya karya Dara Puspita. Lagu permintaan khusus ketua panitia acara ini mendapatkan respon yang sangat baik karena mampu dibawakan dengan baik oleh band pelestari Koes Plus dan menambah nilai heroik pada acara tersebut. Setelah dua lagu tersebut, The Bottles pun ”kembali ke jalan yang benar”. Mars Jiwa Nusantara karya Yok Koeswoyo dibawakan sebagai lagu ketiga dengan penuh penghayatan, penuh rasa patriotisme yang pada akhirnya mampu menyihir pengunjung pada sore itu yang kagum bahwa masih ada anak-anak muda yang mau dengan rela menyanyikan lagu-lagu bernuansa persatuan.

Setelah terpesona dengan Mars JN, ketua panitia acara sempat berbisik pada Mispomo, pembina The Bottles untuk dibawakan lagu Nusantara IV. Doddy, pemegang melody gitar saat itu langsung menyanggupi. Diawali permainan keyboard Joko yang ditimpali gebukan drum oleh Agus, Nusantara IV mengalun dari vokal Teguh diikuti dengan petikan bass yang teratur oleh Takari. Selanjutnya meluncur Bis Sekolah yang dibawakan dengan suasana riang, menambah semarak suasana sore itu. Suasana sempat syahdu sejenak karena The Bottles mendendangkan Nuswantoro yang saat itu disebutkan oleh Dody sebagai ”Nusantara versi Jawa”. Suluk dalang yang diucapkan Teguh menambah kekaguman pengunjung pameran saat itu. Lagu yang terdapat pada album Koes Bersaudara Pop Jawa ini memang merupakan ciri khas dari The Bottles pada setiap penampilannya. Berikutnya Diana dan Mengapa ( Pop Melayu ) menjadi pilihan untuk menambah meriah suasana sore itu.

Saat memasuki maghrib, The Bottles istirahat sejenak. Panggung selanjutnya diisi oleh penampilan campur sari dari Jombang yang membawakan tiga buah lagu. Sesi ketiga The Bottles dimulai lagi. Kolam Susu, Pelangi, dan Kr. Surabaya serta lagu-lagu lain bertubi-tubi didendangkan oleh The Bottles untuk para pengunjung yang mulai terpuaskan dengan meluncurnya lagu-lagu Koes Plus saat itu.

Tiada disangka, sebuah kejutan bagi pengunjung dan The Bottles melanda pada malam itu. Tanpa diduga, Walikota Surabaya Tri Risma Harini tiba-tiba datang. Hal ini merupakan sebuah kejutan tersendiri karena sebelumnya tidak ada konfirmasi bahwa beliau akan hadir. Pihak Balai Pemuda pun sempat kerepotan dengan kedatangan orang nomor satu di Surabaya itu. Bahkan Risma hadir bukan dalam kapasitas sebagai walikota namun sebagai pribadi yang ingin mengunjungi acara itu. Lebih mengejutkan lagi, ternyata beliau tidak banyak meninjau pameran lukisan, namun lebih suka menyaksikan penampilan The Bottles.

The Bottles menyambut kehadiran Walikota perempuan pertama di Surabaya itu dengan lagu Malam Yang Indah kaya Tonny Koewoyo di volume 7. Risma tampak gembira bersama warga Surabaya yang hadir saat itu, membuat malam menjadi benar-benar indah. Bahkan secara pribadi beliau minta dibawakan dua lagu Koes Plus yang merupakan kesukaannya yaitu, Andaikan kau Datang dan Manis & Sayang. Selanjutnya Nusantara VII menjadi pilihan yang tepat untuk dibawakan di depan pejabat Pamong Praja ini, menunjukkan bahwa Koes Plus memiliki kekuatan pada lagu-lagu yang memuja tanah air dan mengobarkan semangat persatuan.

Saat waktu menunjukkan pkl. 19.30, The Bottles harus mengakhiri seluruh rangkaian penampilan pada hari itu. Segala kepenatan karena tampil selama berjam-jam, pengorbanan meninggalkan jam kerja demi bermain musik lagu-lagu Koes Plus seakan tak dirasakan lagi. Semua berganti dengan kepuasan dan kebanggaan karena dapat menghibur seluruh pengunjung yang disaksikan oleh ’ibu’-nya warga Surabaya.

Maju terus The Bottles, dendangkan terus lagu-lagu Koes Plus di kota Surabaya ini. Merdeka...!!!

( Okky T. Rahardjo, Ketua JN Surabaya - 085645705091 )

Minggu, 21 November 2010

Catatan Tentang Album Yon Koeswoyo "Lantaran"

" Lantaran waktu jua, kita menjadi dekat...Bukan hanya badan, tetapi juga jiwa...Demikian sesungguhnya duka rasa madu, mimpi tersangka nyata..."

Lantaran merupakan sebuah album solo pertama milik Yon Koeswoyo. Sebuah terobosan yang terasa lain dari biasanya saat beliau berfungsi sebagai personel Koes Plus. Pada album Lantaran ini sosok Yon Koeswoyo benar-benar mencoba membuktikan diri bahwa beliau mampu eksis dan berkarya di luar nama besar Koes Plus. Tidak mudah memang meisahkan sosok Yon Koeswoyo dari bayang-bayang sebagai vokalis Koes Plus. Namun pada album ini Yon Koeswoyo mampu membuktikan keberadaan dirinya yang tampil apa adanya dengan karakter "seorang Yon Koeswoyo secara pribadi".
Album ini dibuka dengan sebuah lagu yang terkesan mendayu-dayu dan mengeksploitasi vokal Yon Koeswoyo yang manja dan melankolis. Banyak hal yang membedakan Yon Koeswoyo pada album Koes Plus dan album solo ini. Keberadaan Harry Cahyono, seorang penulis lagu yang mendominasi karya pada album ini, seakan mencoba meyakinkan penngemar musik bahwa Yon Koeswoyo juga mampu menyanyikan lagu-lagu yang bermuatan kritik sosial. Sebagian besar lagu dalam album ini berisi kritik sosial yang disampaikan dengan bahasa abstrak dan tak mudah langsung dicerna. Tidak seperti karya-karya Koes Plus yang sekali dengar langsung dipahami maknanya. Peran Harry Cahyono dengan karya yang sarat kritik sosial ini berikutnya berulang pada sekitar 27 tahun kemudian melalui album Song Of Porong yang juga dinyanyikan oleh Yon Koeswoyo.

Lantaran dirilis pada tahun 1981 di saat eksistensi Koes Plus sedang timbul tenggelam, terseret oleh derasnya arus penyanyi solo yang saat itu sedang mencapai gelombang yang tinggi. Yon Koeswoyo atas seijin sang kakak, Tonny Koeswoyo yang juga leader Koes Plus akhirnya mencoba bersolo karier. Tidak ada unsur Koes Plus pada album ini, tapi di sisi lain kita bisa menikmati keberadaan Yon Koeswoyo sebagai seorang vokalis yang utuh melalui album ini. Album produksi Sky Record ini berisikan materi 10 lagu yang 8 diantaranya karya Harry Cahyono ( Antara lain : Lantaran, Senandung Malam, Jakarta dan Tuan-Tuan ) dan dua lagu karya Yon Koeswoyo yaitu Kota Sunyi dan Kesan.

Muatan kritik sosial selintas dapat kita lihat pada lagu Jakarta yang mengisahkan tentang ibu kota yang selalu jadi rujukan para pencari keberuntungan, walaupun sudah terlalu sesak kota ini untuk ditinggali. Sebuah kisah yang klasik namun sampai hari ini masih kita tetap akurat untuk dijadikan topik. Tuan_tuan berisikan ungkapan protes pada penguasa yang hidup penuh kemewahan di tengah kesenjangan sosial yang terjadi.

Debut pertama Yon Koeswoyo ini mungkin sempat terlupakan, namun bagi kolektor Koes Plus album ini tentu masih layak untuk diburu. Format cover yang sederhana dengan menampilkan wajah Yon Koeswoyo dalam bingkai foto, membuat penikmat musik saat itu penasaran bahwa ternyata bisa juga vokalis Koes Plus ini mengeluarkan album solo. Saat mendengarkan lagu-lagu dalam album ini, alam bawah sadar kita terasa seperti dibawa pada era tahun 80-an, sound musik yang minimalis membuat angan kita melambung menembus ke suasana masa-masa itu. Yon Koeswoyo pun melalui vokalnya yang lentur mudah untuk "dikawinkan" dengan musisi siapa saja yang menggarap musik dalam lagu yang dinyanyikannya. Walaupun tentu saja tidak bisa kita bandingkan dengan kehebatan Tonny Koeswoyo yang lebih mengenali karakter vokal Yon Koeswoyo secara "luar dalam".

JN Surabaya menyelamatkan album ini dalam bentuk cd audio untuk kepentingan dokumentasi supaya bisa dinikmati sampai kapan pun. Walaupun tentu tak menutup kekurangan dalam proses convert dari kaset menuju format cd. Satu hal yang bisa kami sampaikan adalah salut untuk Yon Koeswoyo yang ternyata masa itu masih mampu mengikuti perkembangan musik yang sedang populer. Sehingga tetap bisa eksis di jalur musik walaupun harus berjang secara solo.

Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai sedikit resensi pada album ini. Mohon maaf atas segala kekeliruan yang terbentuk pada rangkaian kata dan kalimat yang tertulis. Terima kasih atas perhatiannya. Merdeka...!!!

( Okky T. Rahardjo, Ketua JN Surabaya-085645705091 )

Senin, 15 November 2010

The Bottles Menghibur Pengunjung Giant Surabaya






























Minggu, 14 November 2010 merupakan sebuah hari yang panas di kota Surabaya. Namun hal itu tidak menyurutkan langkah para penggemar Koes Plus untuk menuju pusat pertokoan yang terletak di batas kota. Hari itu, The Bottles, band pelestari asal Surabaya kembali tampil untuk menghibur para pengunjung yang berbelanja di Giant Hipermarket yang terletak di Jl. Ahmad Yani Surabaya.

Pkl. 12.30 WIB satu per satu penggemar Koes Plus yang berada dalam naungan JN Surabaya mulai menghampiri ke area panggung yang berada di pusat belanja yang terletak di lantai 2. Di lokasi panggung nampak personel The Bottles sedang mempersiapkan diri. Alat-alat musik dan sound sistem masih tertutup rapi oleh kain panjang yang menandakan acara belum di mulai. Warga JN Surabaya yang mulai berdatangan segera menyalami personel The Bottles untuk memberikan dukungan semangat.

Para penggiat Koes Plus hadir antara lain, Sam Sugeng beserta istri, Koesyanto, Juliadi, Siswanto dan yang lainnya tampak akrab hadir siang itu. Bahkan ketua JN Surabaya pun hadir bersama calon istrinya. Semua siap mendukung secara morilpenampilan The Bottles siang itu.

Beberapa penggemar Koes Plus yang siang itu hadir tampak kompak sekali mengenakan kaos baru produksi JN Surabaya. Hari itu sekaligus merayakan ulang tahun pertama JN Surabaya, sehingga pengurus hadir dengan komplit. Sebenarnya rencana semula ulang tahun akan diadakan dengan syukuran maka siang bersama. Namun mengingat situasi yang masih prihatin di tengah kondisi daerah lain yang ditimpa bencana juga kebetulan The Bottles tampil pada hari itu, maka perayaan ulang tahun dilakukan dengan acara nonton bersama penampiln The Bottles di Giant Surabaya.

Joko mulai memainkan keyboardnya. Agus mulai menempati set drum. Dody mulai mengoperasikan gitar melodynya. Takari mulai menyandang bass. Teguh mulai memasang gitar akustik rhytymnya sekaligus berbasa-basi menyapa pengunjung yang hadir siang itu. Secara mengejutkan The Bottles membuka penampilan siang itu dengan membawakan sebuah lagu, Mars Jiwa Nusantara. Lagu ini dibawakan dalam rangka Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan yang baru saja diperingati. Perpaduan vokal Teguh, Dody dan Takari membuat lagu kebangsaan insan penggemar Koes Plus ini terasa hidup. Tepuk tangan kekaguman mengiring kesuksesan The Bottles menggemakan lagu ini untuk pertama kali di kalangan band pelestari di Surabaya. Selanjutnya Dody pun menyampaikan bahwa lagu ini merupakan karya Yok Koeswoyo,persoel legendaris Koes Plus.

Lagu kedua yang tak kalah menarik adalah Malam Yang Indah yang dibawakan dengan penuh penghayatan oleh sang vokalis. Bahkan Teguh sedikit improvisasi dengan mengubah syair " aku bernyanyi di malam ini " menjadi " aku bernyanyi di siang ini", untuk menyesuaikan dengan kondisi saat itu. Berikutnya Teguh mempersilakan penonton yang mau request lagu2 Koes Plus. Terdengarlah teriakan penonton yang request lagu Kolam Susu. Tak lama, meluncurlah Kolam Susu yang dibawakan dengan manis oleh The Bottles. Setelah itu berturut-turut lagu-lagu Koes Plus lain dibawakan dengan lancar oleh band pelestari yang berisi orang-orang muda yang bekerja pada sebuah instansi yg sama ini. Bis Sekolah, Manis Dan Sayang, Jemu dan Manis Sekali menjadi suguhan yang manis bagi pengunjug yang berbelanja siang itu. Bahkan The Bottles memberikan kejutan pada Ketua JN Sby dengan memwakan lagu Aku Dan Dirimu, yang sering direquest kala The Bottles tampil.

Tanpa diduga, siang itu hadir juga teman-teman penggemar Koes Plus dari Fans Koes Plus Ronggolawe Tuban. Dengan koordinasi sang sekretaris, lima penggemar Koes Plus Tuban hadir untuk menyaksikan penampilan The Bottles. Mereka sangat puas melihat lagu-lagu Koes Plus yang dimainkan dengan irama asli dan menarik oleh The Bottles. Bahkan saking senangnya, sampai ikut bernyanyi naik ke panggung da tidak mau turun sampai beberapa lagu. Berawal dari Keroncong Cincin, Oh Kasihan, Why Do You Love Me dan bertubi-tubi lagu Koes Plus lain didendangkan yang dapat diiringi dengan baik oleh The Bottles.

Kehadiran para pengurus FKPR Tuban ini sebenarnya bukan melaui perencanaan yang formal. Semua berawal dari bulan lalu, ketika Bpk Murtopo, Sekretaris FKPR sedang belanja di Giant bersama putra beliau. Tak diduga saat itu mendengarkan lagu-lagu Koes Plus dimainkan dengan bagus oleh The Bottles ini. Setelah melalui proses perkenalan, akhirnya beliau menyanggupi untuk hadir pada penampilan berikutnya bersama teman-teman pengurus lain. Jadilah kesempatan siang itu merupakan suatu momen yang berharga dengan bertemunya rekan-rekan FKPR Tuban bersama warga JN Surabaya dalam suasana yang santai.

Penampilan The Bottles sangat menarik dan mamu membius pengunjung yang hadir siang itu. Namun yang menjadi catatan adalah perlunya mereka berlatih lagu-lagu Koes Plus yang populer lebih banyak lagi. Mengingat saat itu ada yang sangat ingin untuk lagu Penyanyi Tua dibawakan, tapi rupanya The Bottles belum siap. Mungkin hal ini disebabkan terlalu banyak latihan lagu Koes Plus yang unik dan kurang populer, sehingga yang populer jarang dilatih lagi dengan baik.

Tepat pkl. 16.00 acara harus diakhiri. Semua pengunjung yang semula hanya berbelanja jadi terpaku selama tiga jam untuk menyaksikan lagu-lagu Koes Plus ditamilkan oleh The Bottles. Bahkan tak terduga pula, ada pengunjung yang berasal dari Solo yang juga penggemar Koes Plus dan biasa hadir di THR Sriwedari Solo. Salah seorang pengunjung merupakan staff sebuah bank swasta, sangat tertarik dengan penampilan The Bottles dan berniat mengundang pada salah satu even yang rutin diadakan oleh bank yang berkantor di Mojokerto itu.

Demikian yang dapat kami sampaikan dari penampilan band pelestari The Bottles. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih. Merdeka...!!!!

( Okky T. Rahardjo, Ketua JN Surabaya-085645705091 )

Rabu, 10 November 2010

Catatan satu tahun JN Surabaya

    Hari ini tepat pada tanggal 10 November 2010, Jiwa Nusantara Surabaya berusia satu tahun. Sebuah komunitas penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus yang didirikan dengan motivasi tulus untuk mengembangkan apresiasi atas dasar kecintaan pada grup musik legendaris ini. Komunitas ini menjangkau wilayah Surabaya dan sekitarnya yaitu Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan dan Gresik. Kadang-kadang kami menyebut dengan yang dijangkau oleh kode area “031”.

       Jiwa Nusantara Surabaya ( JN Surabaya ) didirikan oleh empat orang penggemar Koes Plus yang memiliki tekad khas Arek Suroboyo ( Bonek ). Keempat orang itu adalah : Okky T. Rahardjo, Koesyanto, Sam Sugeng dan Juliadi. JN Surabaya saat itu dibentuk di sebuah rumah yang terletak di gang sempit jl. Kedung Turi II belakang hotel JW Marriot Surabaya. Keempat orang ini memiliki tekad yang bulat untuk membentuk sebuah komunitas penggemar Koes Plus setelah sebelumnya berhimpun bersama melalui sebuah acara radio “Koes Plus Mania”.

    Setelah acara radio tersebut berhenti, maka timbul suatu keinginan untuk membentuk sebuah fans club Koes Plus. Komunitas yang baru ini harus merupakan komunitas yang sehat, penuh kekeluargaan dan bebas dari kepentingan tertentu yang menjatuhkan. Sehingga tidak ada rasa persaingan antar pribadi, yang ada hanyalah saling ketergantungan satu sama lain. 

 Adapun yang menjadi visi kami sebagai komunitas penggemar adalah mempererat persaudaraan, melestarikan karya Koes Bersaudara & Koes Plus ( baik dalam bentuk dokumentasi maupun band pelestari ) serta berjumpa dengan personel Koes Bersaudara & Koes Plus.

 Selama satu tahun ini ada begitu banyak suka dan duka yang kami alami. Ketika kami mengalami sebuah peristiwa yang pahit, rasanya seakan kebersamaan kami akan berakhir saat itu. Namun ketika segala peristiwa yang manis kami jalani, semua kenangan yang pahit itu seolah terhapus begitu saja. Pada awal pembentukan kami, sempat mengalami penjegalan oleh pihak tertentu saat akan siaran di sebuah stasiun radio. Namun hal itu tidak menjadi duka yang berlarut karena sebelumnya kami sudah diberi kesempatan untuk membuat sebuah program acara di sebuah televisi lokal. Kami sempat ditipu oleh penjual kaos pada wal kami ingin eksis mencari jati diri melalui merchandise, saat ini puluhan kaos sudah beredar untuk menunjukkan keberadaan JN Surabaya. Konflik antar pribadi pun sempat juga kami alami, namun dengan keterbukaan yang tulus hal itu dapat kami selesaikan tanpa harus saling melukai.

 Beragam even telah dapat kami ikuti sebagai bukti eksistensi kami. Setelah kami mendeklarasikan diri pada 10 Januari 2010 dengan dihadiri oleh penggemar Koes Plus dari 10 kota, JN Surabaya terus aktif mengikuti kegiatan per-Koes Plus-an di bumi Nusantara ini. Pada bulan Januari kami menjadi salah satu dekalarator Hari Koes Plus Nasional di Solo bersama rekan-rekan dari kota lain. Bulan Maret kami mengikuti Pra Munas di Kudus yang dilanjutkan Munas di Ciawi, Bogor.

Selanjutnya kami juga bersyukur diberi kemudahan untuk bertemu dengan personel Koes Plus secara lengkap. Pada bulan Mei, kami menjumpai Murry di kota Mojokerto saat beliau sedang show bersama Murry’s Group. Awal Juli secara pribadi, salah seorang pengurus bertemu dengan Nomo Koeswoyo di kediaman beliau di Magelang. Akhir Juli kami bertemu Yok Koeswoyo dalam acara Gema Jiwa Nusantara di kota Malang sekaligus menghadirkan dua band pelestari kami pada acara tersebut. Selanjutnya pada awal Oktober lalu kami berjumpa Yon Koeswoyo di Surabaya. Pada saat itu pula Yon Koeswoyo bersedia hadir di even yang kami adakan.

Semua hal yang terjadi di atas tentu tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang selalu mendukung kami setiap saat. Bahkan kami tidak mengingkari bila makin bertambah waktu berjalan tentu ada banyak konflik dan masalah yang kami hadapi. Tapi dengan ketulusan hati, kami percaya Tuhan pasti memberi kemampuan bagi kami untuk melaluinya.

Terlalu sulit menggambarkan perjalanan selama satu tahun dalam sebuah lembaran tulisan. Akhir kata kami mohon dukungan doa dari berbagai penggemar Koes Plus di Nusantara ini supaya kami tetap eksis, konsis dan aktif dalam melestarikan karya legendaries Koes Bersaudara dan Koes Plus. Mohon maaf atas segala tingkah laku, pemikiran serta perkataan kami yang menyinggung rekan-rekan penggemar Koes Plus selama ini.

Sekaligus kami mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang mendukung kami, antara lain yaitu :

Tuhan Yang Maha Esa, atas kepsempatan yang diberikan
Keluarga besar Koes Bersaudara & Koes Plus, atas dukungan morilnya
Wasis Susilo, Pembina JN Pusat dan JN Surabaya
Budi Santosa, Pembina JN Surabaya
Antonius Suseno
Didik B. Djauhari
Djoko Pramono
Drg. Winaryo
The Bottles band ( Dody dkk. )
JINUSS band ( Bagoes dkk. )
Beat Plus ( Sutaryono dkk. )
KPM Band ( Bambang S. dkk. )
B Plus band
B Flat band
Arek Tv ( Sasetya dkk. )
Rapendik ( Ibu Win, mbak Ratna, mbak Ida dan staff )
Segenap warga JN Surabaya
Segenap komunitas penggemar Koes Plus di berbagai kota
Serta berbagai pihak yang mendukung kami dalam berbagai bentuk yang tak dapat kami sebutkan satu per satu.
Terima kasih dan…..Merdeka……!!!!!
Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya, 085645705091 )

Senin, 08 November 2010

Penampilan JN Surabaya Band di Sidoarjo

Hari Minggu, 7 November 2010 JN Surabaya mendapatkan suatu kehormatan untuk tampil di salah satu acara yang diadakan oleh studio musik di Sidoarjo. Studio musik bernama " Double D' " yang berlokasi di Ruko Pondok Mutiara Sidoarjo saat itu mengadakan pertemuan wali murid. Double D' adalah sebuah studio musik yang membina anak-anak muda untuk mampu memainkan musik secara profesional. Dikelola oleh Drg. Winaryo, seorang penggemar Koes Plus asal Sidoarjo yang memiliki niat mengembangkan potensi generasi muda khususnya dalam bidang musik.

        Sore itu dalam acara presentasi di hadapan wali murid kursus musik, Drg Winaryo yang juga merupakan anggota JN Surabaya sengaja mengundang band pelestari Koes Plus untuk mengisi acara hiburan. Pada sesi hiburan, selain menampilkan kemampuan siswa kursus musik untuk unjuk kebolehan, band pelestari yang tergabung dalam JN Surabaya ditampilkan pada puncak acara. Pada awalnya yang akan ditampilkan adalah JINUSS Band, namun karena beberapa personel berhalangan sehingga formasi yang ada merupakan perpaduan dengan personel Beat Plus.

       Tepat pada pkl. 18.10, JN Surabaya band tampil dengan formasi Bagoes N P ( bass ), Sutaryono ( vocal/rhytym), Sugeng ( keyboard ) serta dibantu oleh Drg. Winaryo pada drum. Sedianya yang akan mengisi posisi drum adalah Fandy dari JINUSS, namun secara mendadak berhalangan hadir karena tugas kerja yang belum selesai. Sehingga Drg. Winaryo membantu memainkan drum. Lagu yang pertama ditampilkan adalah Cintamu Tlah Berlalu. Respon penonton yang rata-rata usia dewasa segera merespon dengan baik, karena lagu-lagu Koes Plus memang mudah dikenal pada kalangan mana pun. Lagu kedua meluncur Why Do You Love Me yang merupakan permintaan Drg Winaryo, karena lagu itu adalah lagu favorit beliau. Sebelum lagu ketiga yang juga menutup penampilan, Sutaryono memberi kesempatan request pada penonton yang disambut teriakan spontan permintaan lagu oleh beberapa orang. Akhirnya Sugeng dengan tanggap memainkan sebuah intro lagu yang sudah sangat familier yaitu Manis Dan Sayang. Suasana yang semula tegang dan serius karena peserta mendengarkan presentasi, menjadi cair oleh penampilan lagu-lagu Koes Plus yang membawa nuansa keakraban.

      Acara diakhiri pada pkl. 18. 30 WIB yang kemudian diteruskan oleh pertemuan pengurus JN Surabaya. 

      


Kamis, 04 November 2010

JN Surabaya Peduli Korban Gunung Merapi


   Korban letusan Gunung Merapi setiap hari makin bertambah. Makin banyak warga sekitar Merapi yang kehilangan tempat tinggal dan harus berada di lokasi pengungsian untuk menyelamatkan diri. Sampai hari ini pun Gunung Merapi masih terus menampakkan gejala "batuk yang tak kunjung sembuh". Korban letusan Gunung Merapi yang berada di pengungsian pun saat ini masih memerlukan banyak bantuan, utamanya air bersih, pakaian, keperluan sanitasi dan berbagai kebutuhan harian yang lain. 

      Menyikapi hal itu, Jiwa Nusantara Surabaya memberi kesempatan kepada para penggemar Koes Plus yang mau peduli untuk membantu korban letusan Gunung Merapi. Setelah sekitar satu minggu mengkoordinasi, akhirnya pada hari Rabu 3 November 2010 yang lalu sumbangan bantuan dari penggemar Koes Plus yang terhimpun dalam Jiwa Nusantara Surabaya disalurkan melalui PMI Surabaya. Secara keseluruhan bantuan yang berhasil dihimpun adalah berupa dana sebesar Rp. 1.780.000 ( satu juta tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah ). Pada kesempatan itu sumbangan diterima oleh Koeswanto, selaku Koordinator Penanggulangan Bencana PMI Cabang Surabaya. Koeswanto sendiri juga merupakan penggemar Koes Plus yang tergabung dalam Jiwa Nusantara Surabaya.

      Rencananya, bantuan tersebut segera disalurkan keesokan harinya kepada korban letusan Gunung Merapi melalui PMI cabang Klaten. Dengan tidak bermaksud mengesampingkan adanya korban bencana alam di tempat lain, kami selaku komunitas penggemar Koes Plus yang tergabung dalam Jiwa Nusantara Surabaya tetap mau memberikan sisi kemanusiaan yang positif dengan membantu sesama warga Nusantara yang sedang menderita. Memang tidak banyak yang bisa kami berikan, tidak besar yang bisa kami berikan. Namun ketulusan hati rekan-rekan penggemar Koes Plus yang tentu tidak hanya di Surabaya, namun juga di kota lain akan terus terukir manis di hati bangsa Indonesia yang sedang berduka ini.

    Kepada rekan-rekan donatur yang menyampaikan bentuk kepeduliannya melalui Jiwa Nusantara Surabaya, kami sampaikan terima kasih. Tuhan Yang Maha Pengasih kiranya membalas kebaikan hati anda semua.

Salam Jiwa Nusantara...!!!

Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya-085645705091 )

Kamis, 07 Oktober 2010

Temu Penggemar Koes Plus
















Hari minggu, 3 Oktober 2010 bisa jadi merupakan hari yang bersejarah bagi penggemar Koes Plus yang berada dalam lingkup Jiwa Nusantara Surabaya. Saat itu akan diadakan sebuah pertemuan yang berjudul “ Silaturahmi Penggemar Koes Bersaudara & Koes Plus Bersama Jiwa Nusantara Surabaya “. Sejatinya acara akan dimulai pkl. 09.00 WIB, namun pihak pemilik lokasi yaitu Dream Cars Resto & Café ternyata baru siap beroperasi jam 10.00 WIB.

Beberapa pengunjung mulai berdatangan sejak pkl. 08.30, namun tak lama kemudian mereka dikejutkan oleh kedatangan tamu tak terduga. Sebuah bis besar dari persuahaan yang memiliki arti “ Burung Biru “, tiba-tiba masuk lokasi parkir. Dari dalam bis muncul seorang tamu istimewa yaitu Yon Koeswoyo. Kehadiran personel Koes Plus legendaris itu disambut dengan gerakan hormat oleh barisan keamanan di bawah koordinasi JN Surabaya. Kehadiran Yon Koeswoyo bersama personel Koes Plus Pembaharuan ( Danang, Soni dan Seno ) tentu mengejutkan peserta yang sudah hadir mulai pagi.

Panitia sengaja tidak menyampaikan rencana kehadiran Koes Plus supaya menjadi kejutan bagi semua peserta yang hadir. Koes Plus hari itu hadir untuk menghibur warga Surabaya pada malam harinya atas undangan Arek Tv Surabaya. Pada kesempatan pagi hari, Koes Plus memang hadir di Dream Cars Cafe untuk menikmati sarapan pagi atas undangan cafe yang bersangkutan, karena kebetulan penggemar Koes Plus sedang berkumpul di situ.

Pukul 10.15, acara mulai dibuka oleh Koesyanto selaku pembawa acara. berikutnya dilanjutkan dengan doa yang dipimpin salah seorang anggota JN Surabaya. Pada kesempatan berikutnya ketua JN Surabaya memberikan sambutan yang memberikan banyak informasi segar bagi penggemar Koes Plus. Hal itu berupa adanya kehadiran personel Koes Plus di lokasi acara. Selain itu juga menyampaikan setelah sekian lama tidak memiliki siaran radio, serta beberapa kali tidak tembus ke radio baru, JN Surabaya malah akan memiliki program acara di televisi lokal dengan judul "Nge-Koes Plus". Berita-berita semacam itu tentu menggembirakan buat semua penggemar Koes Plus yang hadir pada siang itu.

Pada even itu yang akan menjumpai Yon Koeswoyo, berarti lengkap sudah personel Koes Plus dan Koes Bersaudara yang sempat ditemui oleh JN Surabaya. Bulan Mei lalu sempat berjumpa dengan Murry di Mojokerto, serta pada bulan Juli bertemu Yok Koeswoyo di Malang dan Nomo Koeswoyo di Magelang. Ketua JN Surabaya juga menyampaikan berbagai kegiatan yang merupakan bukti eksisnya komunitas ini, antara lain pada bulan Januari menjadi salah satu deklarator Hari Koes Plus Nasional, mengikuti Pra Munas dan Munas Jiwa Nusantara serta berbagai even lain.

Sesi berikutnya adalah penampilan band pelestari yaitu JINUSS band yang dipimpin oleh Budi Santosa ( dosen ITS dan penulis buku tentang Koes Plus ). Beberapa lagu disampaikan yaitu Tiada Lain Di Hatiku, Angel, Kr. Penyanyi dan Panah Asmara. Di sela penampilan JINUSS, Yon Koeswoyo yang sebelumnya makan pagi di lantai bawah bersama personel Koes Plus Pembaharuan, saat itu naik menjumpai penggemar Koes Plus yang sedang beracara. Duduk di barisan depan bersama Danang, Yon Koeswoyo tampak menikmati penampilan JINUSS. Turut mendampingi Yon Koeswoyo saat itu adalah Sutaryono dan Nuryanto, personel Beat Plus. Sementara Seno dan Soni tampak duduk di bagian belakang bersama mbak Bonita dan kru Koes Plus yang lain.

Setelah JINUSS selesai melagukan Panah Asmara, mengalunlah lagu Happy Birthday dari album Koes Bersaudara. Saat itu panitia membuat perayaan ulang tahun untuk Yon Koeswoyo yang mengejutkan beliau. Roti ulang tahun dari JN Surabaya disampaikan oleh Aman Sugandhi, Direktur Operasional Arek Tv yang saat itu juga hadir. Ketua JN Surabaya pada kesempatan itu menyerahkan sebuah kado berupa foto Yon Koeswoyo pada tahun 1972 saat tampil di THR Sriwedari Solo, dengan latar panggung berupa anyaman bambu. Uniknya, saat itu Yon Koeswoyo menyebut kalau foto saat itu terjadi sedang manggung di Lombok. Foto bertuliskan "JIWA NUSANTARA SURABAYA Mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-70 Yon Koeswoyo" diterima beliau dengan penuh gembira dan rasa haru atas perhatian para penggemar Koes Plus di Surabaya dan sekitarnya. Setelah sempat foto sejenak bersama penggemar, Yon Koeswoyo bersama personel Koes Plus Pembaharuan meninggalkan lokasi acara untuk istirahat dan check sound guna kepentingan acara malam harinya.

Panggung selanjutnya diisi oleh penampilan band pelestari yaitu Beat Plus dan The Bottles yang membuat acara siang itu makin meriah. Pihak sponsor yaitu salah satu produk vitamin ikut meramaikan acara dengan memberikan game singkat dengan hadiah vitamin dan cd album Koes Plus dari panitia. Tak ketinggalan pula, Wasis Susilo selaku pembina JIWA NUSANTARA Pusat dan juga pembina JN Surabaya hadir untuk menyampaikan sosialisasi Jiwa Nusantara. Namun saat baru akan berbicara, listrik tiba-tiba padam. Akhirnya acara dilanjutkan dengan makan siang. Sekitar lima menit, listrik menyala yang kemudian suasana panggung diisi oleh penampilan elektone Koes Plus oleh Wasis Susilo yang saat itu hadir dengan salah seorang rekan dari Malang.

Silaturahmi penggemar Koes Plus ini menjadi terasa akrab dengan hadirnya beberapa tamu yaitu penggemar Koes Plus dari Madiun dan Mojokerto. Selain yang dari kalangan lokal yaitu Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Bangkalan. Panitia sengaja mengundang penggemar Koes Plus dari Madiun dan Mojokerto ini karena di dua kota itu belum ada komunitas yang menyatukan mereka, sehingga dari acara ini diharapkan bisa belajar mengenal penggemar Koes Plus yang lain. Yang unik, penggemar Koes Plus dari Madiun ini beberapa orang diantaranya tidak saling mengenal. Panitia sengaja mengundang mereka secara terpisah untuk bisa saling menjalin hubungan di acara tersebut. Melalui even ini mereka dapat saling bertemu untuk melanjutkan komunikasi sebagai sesama penggemar Koes Plus.

Acara berakhir tepat pkl. 13.00 dengan iringan lagu Selamat Tinggal oleh JINUSS band. Panitia selanjutnya menyampaikan untuk dapat berjumpa pada malam harinya di depan studio Arek Tv untuk menyaksikan live show Koes Plus. Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai acara Silaturahmi Penggemar Koes Bersaudara & Koes Plus bersama Jiwa Nusantara Surabaya. Mohon maaf atas setiap rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan.

( Okky T. Rahardjo, ketua JN Surabaya-085645705091 )








Selasa, 14 September 2010

Musisi Yang Terpenjara

Menjelang berakhirnya bulan September ini, kita akan mencoba mengenang kembali masa-masa perjuangan seniman musik Koeswoyo bersaudara. Sebagian besar dari kita mungkin sudah mengetahui kisah ini, tapi tak ada salahnya kita mengenang kembali peristiwa itu. Sebagaimana yang kita ketahui, pada akhir September empat puluh lima tahun yang lalu, Koes Bersaudara keluar dari tahanan yang mengurung kebebasan mereka selama sekitar tiga bulan itu.
Semua berawal pada 24 Juni 1965, Koes Bersaudara hadir di sebuah pesta yang diadakan oleh Koesno, seorang Kolonel Angkatan Laut. Selain Koes Bersaudara, turut diundang pula grup musik lain yaitu Quarta Nada dan Dara Puspita. Pesta yang berlangsung di daerah Djati Petamburan, Tanah Abang Jakarta itu dihadiri juga oleh beberapa duta besar , atase militer Amerika Serikat, serta perwira angkatan darat dan angkatan laut.
Sebagian besar pengunjung yang hadir malam itu meminta grup yang tampil untuk menyanyikan lagu-lagu barat. Sesuatu yang saat itu dianggap tabu oleh pemerintah, terpaksa dilanggar demi memenuhi kepuasan penonton. Koes Bersaudara mendapatkan giliran yang terakhir untuk tampil. Tidak begitu lama setelah Tonny Koeswoyo mendendangkan tembang populer dari The Beatles, I Saw Her Standing There hujan batu pun mulai bermunculan melanda rumah itu. Semua yang hadir termasuk pengisi acara menjadi sasaran amuk massa yang dengan beringas berteriak “ Ganyang Nekolim, Ganyang Manikebu atau Ganyang Ngak-Ngik-Ngok “.
Koes Bersaudara yang saat itu terpaksa turun dari panggung, dipaksa keluar rumah oleh massa yang sudah tidak bisa menahan diri itu. Beberapa pemuda menuntut Koes Bersaudara untuk meminta maaf karena menyanyikan lagu-lagu barat, selanjutnya Tonny Koeswoyo dan adik-adiknya diminta menyanyikan lagu “Nasakom Bersatu” sebagai bukti “pertobatan” mereka. Tonny Koeswoyo kemudian meminta maaf dan menanda tangani pernyataan untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu.
Tak pernah disangka, beberapa hari setelah itu Tonny Koeswoyo dijemput paksa oleh tiga orang petugas Kejaksaan Negeri Istimewa. Rupanya kasus memainkan musik itu sudah sampai pada pihak pemerintah. Setelah menjawab beberapa pertanyaan, ternyata Tonny tidak diijinkan untuk pulang. Tak beberapa lama, menyusul Yon Koeswoyo yang juga dijemput oleh petugas kejaksaan berseragam hijau-hijau. Belakangan menyusul juga Yok lalu Nomo Koeswoyo untuk menjalani pemeriksaan.
Setelah mengalami berbagai tanya, sangka dan duga yang tak berujung di Kantor Kejaksaan Negeri yang berada di Jalan Gajah Mada, Koes Bersaudara harus mengalami proses yang tak pernah mereka kira sebelumnya. Koes Bersaudara dianggap tidak mengindahkan peringatan tentang pelarangan musik ngak-ngik-ngok. Oleh karena itu, sebagai akibatnya keempat personel itu menerima Surat Perintah Penahanan Sementara bernomor 22/023K/SPPS/1965 yang dikeluarkan oleh Kejaksaan Negeri Istimewa Jakarta dan ditanda tangani oleh jaksa Aroean. Surat itu membuat mereka harus mendekam di dalam Lembaga Pemasyarakatan Khusus Glodok.
Penangkapan Koes Bersaudara diikuti dengan penyitaan peralatan musik mereka serta penggeledahan surat-surat. Tidak ada yang berbahaya dari surat-surat itu, karena ternyata hanya surat-surat dari penggemar.
Koes Bersaudara saat itu di-cap sebagai pelopor Subversi di Bidang Kebudayaan. Sesuatu yang sangat mengerikan. Saat itu, seseorang yang mendapat cap subversi adalah seperti seorang yang dikutuk oleh negara. Orang itu harus dijauhi atau bahkan dimusnahkan. Tonny Koeswoyo sempat protes dengan mengatakan “ kalau saya melakukan subversi kebudayaan, potong leher saya”. Dia tentu saja tidak terima terhadap perlakuan yang dialami, karena usahanya untuk kreatif seketika itu dipasung begitu saja. Bukannya mendapatkan bantuan dari pemerintah, tapi karya-karyanya malah dianggap cengeng.
Satu pernyataan keras sempat pula dia lontarkan “ Apakah kami harus jadi pengemis yang pekerjaannya minta-minta, pakai tempurung ? Pokoknya saya akan tetap main dan berpedoman musik untuk musik ( bukan musik untuk politik ) “. Sebuah tekad bulat dan penuh komitmen yang akhirnya malah membawa dia dan adik-adiknya pada suatu tempat terkucil dengan situasi yang tak menentu.
Rumah tahanan Glodok yang mereka tempati ternyata membawa inspirasi tersendiri. Banyak karya yang mereka hasilkan dengan berbagai kondisi yang mereka alamai saat itu. Kepedihan mereka dalam penjara tertuang dalam “ Di Dalam Bui”, kamar tahanan mereka pun menginspirasi sebuah lagu “ Balada Kamar 15 “. Kebimbangan yang mereka hadapi saat itu melahirkan sebuah lagu “ Lonceng Yang Kecil”. Yon, Yok dan Nomo pun harus menangis terharu ketika Tonny menyenandungkan “ Untuk Ayah Dan Ibu “ sebagai ungkapan kerinduan pada orang tua mereka.
Koes Bersaudara mendekam dalam tahanan bersama dengan seorang koruptor dan dua orang pembunuh. Bisa kita bayangkan, betapa buruknya gambaran persamaan musisi bersaudara yang ditahan tanpa alasan yang tidak begitu jelas itu. Namun hal itu tidak menyurutkan tekad mereka untuk terus mengabdikan diri dalam dunia musik. Tidak ada keputus asaan dan frustrasi. Yang ada hanya semangat untuk terus berkarya dan tetap berjuang dalam dunia seni.
Tepat sehari sebelum meletusnya peristiwa pembunuhan perwira Angkatan Darat atau yang dikenal dengan istilah G 30 S/PKI ( istilah nya Bung Karno “Gestok” ), Koes Bersaudara dikeluarkan dari penjara Glodok. Aruan, SH yaitu sang jaksa mengeluarkan mereka dari tahanan dengan disertai ancaman yang antara lain isinya : tidak boleh, berhubungan dengan ABRI, pers dan umum bahkan alat-alat musik yang disita tidak boleh diminta kembali.
Mendapatkan ancaman seperti itu, tidak membuat Tonny pasrah begitu saja. Dengan penuh keberanian, dia menggebrak meja penuh amarah pada Jaksa Aruan, SH sambil berkata “ Tidak selayaknya jaksa berbuat begitu…!!! ”. Beberapa hari setelah itu, Tonny Koeswoyo meminta bantuan seorang perwira ABRI yang akhirnya mengirimkan dua peleton serdadu untuk membantu Tonny mengambil alat-alat musiknya.
Selepas dari penjara, dua tahun berikutnya mereka mendapatkan kesempatan untuk rekaman lagi. Dua album mereka rekam yaitu “ Djadikan Aku DombaMu” dan
“To The So Called The Guilties “ direkam masing-masing pada bulan Januari dan Mei 1967. Kemunculan pertama kali Koes Bersaudara di atas pentas terjadi di Taman Ismail Marzuki, saat itu Koes Bersaudara sama sekali tidak sudi memberi hormat pada seorang jaksa yang kebetulan duduk di barisan paling depan.
Selamat memperingati hari kebebasan Koes Bersaudara pada 29 September.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon maaf bila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan. Semua kisah di atas kami rangkum dari berbagai sumber. Merdeka….!!!
( Okky T. Rahardjo-Ketua JN Surabaya, 085645705091 )

Selasa, 10 Agustus 2010

B Plus Sudah Terbukti

“ Bila bulan kan bersinar
Dan semua kan berganti
Kala malam menyelimuti
Dan cerita esok pagi “
Bait pertama lagu Hidupmoe membuka ruang dengar penikmat album B Plus edisi pertama ini. Lagu yang diciptakan oleh Hery ini seakan menjadi penanda harapan baru bagi penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus akan munculnya generasi baru yang memunculkan lagu-lagu yang bersifat nge-Koes.

B Plus merupakan band pelestari yang berani menembus jalur rekaman. Mereka memang bukan yang pertama. Beberapa grup musik sudah berani menembus jalur rekaman dengan suasana nge-Koes. Ada Dom Plus yang sempat mengeluarkan dua album pada tahun 1995 dan 1996. Berikutnya menyusul juga Kiss Please. Bahkan senior mereka dalam pelestarian lagu-lagu Koes Plus, yaitu B Flat sudah bersiap meluncurkan album kedua. Namun ide yang diambil oleh B Plus dalam pembuatan album ini terasa sangat fresh dan “ touchable”.

Mengambil gaya musik Koes Plus era 1978-an, B Plus mencoba menyajikan suasana lagu yang benar-benar membuat penggemar Koes Plus seolah menemukan gairah baru. Gairah itu dinamakan pelestarian. Pelestarian yang “benar-benar segar” tapi tetap tidak kehilangan visi karya Koes Plus yang menjadi kiblat sebuah band pelestari. Karya B Plus dalam album ini seolah mengidentikkan mereka sebagai Koes Plus di era modern.

Sound yang dihasilkan memang berusaha mengikuti perkembangan teknologi mutakhir, namun gaya bermusik mereka tetap terasa bahwa ini adalah sebuah band pelestari Koes Plus. Bila kita menyimak gaya mereka dalam berpose yang terdapat pada bagian dalam cover cd, akan nampak sebuah pose yang alami. Sebuah gaya yang melihat ke sebuah titik tanpa memandang ke arah kamera. Hal ini mengingatkan kita pada beberapa pose Koes Plus dengan gaya serupa, termasuk di antaranya dalam album Cubit-Cubitan. Hanya saja yang sedikit membedakan, wajah personel B Plus, baik di cover depan maupun belakang, masih terlalu serius dan senyum yang ada terkesan dipaksakan. Bila boleh dibandingkan, Koes Plus dalam beberapa pose serupa masih bias menampakkan senyum dan tawa yang lepas tanpa beban.

Selanjutnya mari kita menyimak pada muatan lagu yang disajikan di album pertama karya band pelestari papan atas ini. Syair yang berbobot dan dewasa dalam pengungkapan isi hati, menunjukkan mereka merupakan pemain band yang sudah matang dan memiliki kelas dalam dunia musik yang membesarkan nama mereka itu. Tidak seperti sebagian band anak muda sekarang yang begitu mudahnya mengungkapkan cinta dengan kata-kata yang merayu dan terkesan gampangan. Bukan juga berisi pengungkapan patah hati atau perselingkuhan yang saat ini seolah menjadi “lagu wajib” bila ingin diterima secara komersil.

Sebagaimana Koes Plus pada era 1978 yang sudah memiliki kematangan psikologis dalam mengungkapkan arti cinta, B Plus pun juga demikian tidak sembarangan mengobral kata cinta namun terasa memiliki “arti yang dalam” pada perasaan cinta yang mereka ungkapkan. Hal ini bisa kita simak pada lagu yang berjudul “Takkan Berakhir (Acil)”, “ Tanya (Hery)”, dan “Mengapa (Hery)”. Ungkapan cinta ternyata tidak harus disampaikan dengan kata-kata yang bernada merayu, yang penting ada makna yang kuat di balik penyampaian kata cinta itu. B Plus sudah mampu membuktikannya.

Koes Plus dalam penyajian lagu tidak melulu mengobral tema cinta. Selalu saja ada lagu yang bersifat dorongan dan semangat bagi yang mendengarkannya. Demikian juga pada album perdana B Plus ini, pesan moral tidak lupa disampaikan sebagaimana langkah senior mereka. Hidupmoe yang menjadi lagu pembuka merupakan contoh lagu yang mengajak pendengar untuk memiliki semangat dalam menjalani hari-hari yang Tuhan sudah tentukan buat kita. Suka dan duka. Susah dan senang. Keberhasilan dan kegagalan. Semua itu merupakan dua sisi mata uang yang selalu akan ada dalam hidup kita. Satu hal yang ingin disampaikan oleh B Plus adalah, tetaplah optimis saat memasuki hari baru yang sudah dipercayakan oleh Tuhan untuk kita. Tema serupa tentu banyak kita jumpai pada karya abadi Koes Plus macam Kerjakan Kini, Tantangan, Bahagia Dan Derita, Disana-Disini atau Seindah Matahari.

Bila kita menyimak tembang yang berjudul “Boneka” maka sejenak ingatan kita akan terbawa pada nuansa lagu Kereta Api Pagi yang dibawakan oileh Koes Plus dalam album Bersama Lagi. Irama yang cepat, rancak dan penuh semangat menjadikan lagu ini layak untuk didengarkan bagi mereka yang mengaku sebagai penggemar Koes Plus. Tentu bukan bermaksud untuk membandingkan, namun untuk memberi apresiasi sebuah grup yang meneladani Koes Plus. Raungan melody gitar Acil seakan mengingatkan kita pada sosok Tonny Koeswoyo yang selalu mengusik telinga kita dengan petikan gitarnya yang khas dan dahsyat. Pukulan drum Mamen sendiri juga sudah mampu mengikuti alur musik yang dikehendaki oleh sang pembuat karya. Kebersamaan merupakan kunci terpadunya sebuah lagu yang dikaryakan. B Plus pun juga sudah mampu membuktikannya.

Tidak lengkap rasanya menyajikan sebuah album band pelestari tanpa menghadirkan karya dari sang legendaris. Yok Koeswoyo, personel Koes Plus, turut pula menyumbangkan sebuah lagu pada album ini. Tetap Berharap adalah karya terbaru Yok Koeswoyo yang secara istimewa direkam oleh B Plus. Tak berubah, sebagaimana gaya beliau dalam membuat lagu. Kritik sosial disampaikan dengan halus dan bergaya sartir khas seorang seniman. Dalam rangka menghormati karya sang senior ini, sebuah ciri khas Koes Plus yang lain pun ditampilkan. Sebuah lagu yang dinyanyikan secara bergiliran oleh keempat personel merupakan ciri khas Koes Plus yang disajikan pada lagu ini. Mengingatkan kita pada lagu Sendiri Dan Rahasia atau Da Da Da. Menampilkan kreasi khas lagu masa lalu dengan nuansa modern memang tidak mudah, namun bukan suatu hal yang tak mungkin. B Plus, sekali lagi mampu membuktikannya.

Permainan musik masing-masing individu sudah menunjukkan bahwa mereka bukan band musik yang terbentuk kemarin sore. Pipin pada bass, Acil pada lead guitar dan keyboard, Hery pada Rhythm Guitar dan Mamen pada drum seolah sudah tahu bagaimana mereka menampilkan sosok Koes Plus pada diri B Plus. Bahkan ucapan terima kasih juga mereka sampaikan kepada berbagai komunitas penggemar Koes Plus di berbagai kota yang selalu mendukung mereka. Sebuah bukti kesederhanaan dan kerendahan hati.

Hal yang membedakan dan memberi nilai lebih pada album B Plus adalah mereka berani tampil sebagai sebuah band yang juga mengandalkan kemampuan vocal. Ada beberapa lagu yang menonjolkan duet vocal pada personelnya. Hal ini sangat bertentangan dengan arus band saat ini yang hanya menampilkan seorang vokalis saja dengan diiringi empat pemain musik.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai catatan tentang album perdana B Plus ini. Ada enam buah lagu yang disajikan oleh B Plus dalam album yang rilis pada 8 Agustus ini. Tentu terlalu berlebihan bila kita mengharapkan benar-benar sound khas Koes Plus terdengar dominan pada lagu-lagu di album ini. Karena tentu bukan hal mudah untuk menggali sound Koes Plus di tengah teknologi musik yang semakin modern ini. Biarkan B Plus menerjemahkan kecintaan mereka pada Koes Plus dengan gaya khas mereka sendiri. Rasa salut dan bangga patut kita berikan setingginya pada band pelestari yang personelnya berusia muda nan dewasa ini.
Semua kurang dan lebihnya harus kita apresiasi sebagai sebuah langkah awal yang penuh makna. Di depan sudah menanti tantangan yang berat namun tak akan pernah bias menyurutkan langkah B Plus.

Selanjutnya, jejak langkah itu akan terus diikuti oleh band pelestari lain dalam mengapresiasi karya Koes Plus dalam porsi masing-masing.
Mohon maaf bila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan. Salam Jiwa Nusantara…..!!!

Kamis, 29 Juli 2010

Reportase Gema Jiwa Nusantara bersama Yok Koeswoyo


Jumat, 23 Juli 2010 merupakan suatu hari yang bersejarah bagi penggemar Koes Plus di Malang Raya. Hal ini terjadi karena di hari itu, sang legenda yaitu Yok Koeswoyo untuk pertama kalinya hadir di kota dingin itu guna menyampaikan pesan yang terangkum dalam Gema Jiwa Nusantara. Malam itu Yok Koeswoyo hadir dalamrangkaian keliling 3 kota yaitu Solo, Tuban dan diakhiri di Tuban. Bertempat di Cafe Cinemax Center yang berlokasi di Kelurahan Buring, acara Gema Jiwa Nusantara diikuti oleh berbagai korwil JN yang ada di Malang Raya. Bahkan bukan hanya untuk daerah Malang dan sekitarnya, saat itu JN Surabaya juga hadir sebagai rekan seperjuangan dalam menggemakan Jiwa Nusantara di Jawa Timur.

Yok Koeswoyo mulai memasuki ruangan acara pada pkl. 20.00 WIB yang secara kebetulan bersamaan dengan tampilnya Cool Plus pimpinan Wasis Susilo, memainkan Laguku Sendiri. Saat itu dengan didampingi Koestono, ketua panitia yang juga mantan pengawal Koes Bersaudara era 1960an, Yok Koeswoyo yang masih terlihat gagah dan berkharisma menuju barisan depan undangan acara Gema Jiwa Nusantara. Turut pula mendampingi beliau di kursi jajaran depan itu antara lain Cecep Rosadi dan Ais Soehana, yang mendampingi sejak di Solo.

Acara yang dipandu oleh Wulan, penyiar radio Kencana Malang, menjadi begitu khidmat dengan hadirnya sang legenda ini. Memang acara sudah dimulai sejak pkl. 16.00 dengan menampilkan beberapa band sebagai pembuka, namun menjadi begitu terasa sakral ketika Yok Koeswoyo memasuki lokasi acara. Sebagai pembuka, hadirin diajak untuk berdiri menyanyikan Indonesia Raya. Selanjutnya Koestono mengajak Yok Koeswoyo untuk maju memimpin mars Jiwa Nusantara dengan didampingi oleh beberapa pengurus JN Malang Raya dan JN Surabaya.

Selanjutnya beberapa band diberi kesempatan untuk tampil di hadapan Yok Koeswoyo. N Joy Band mendapatkan kesempatan pertama dengan aransemen musik yang baru dan dilanjutkan oleh G Plus yang menampilkan beberapa lagu ciptaan Yok Koeswoyo. G Plus tampil dengan mantap melagukan beberapa lagu Koes Plus yang disertai pesan moral bahwa semua yang hadir ini "senafas seirama" sebagai penggemar Koes Plus yang mengedepankan persatuan. The Bottles dari Surabaya sempat menarik perhatian penonton dengan menampilkan lagu-lagu yang komunikatif. Nuswantoro sebagai lagu pembuka sempat menarik perhatian Yok Koeswoyo dan pengunjung yang hadir malam itu, terutama pada bagian suluk dalang yang dilantunkan oleh Teguh, sang vokalis.

Panggung selanjutnya diisi oleh Wasis Susilo selaku pembina JN Pusat yang menyampaikan visi dan misi Jiwa Nusantara, termasuk ide terbentuknya JN Malang Raya ini. Tak disangka Yok Koeswoyo juga bersedia naik ke panggung untuk meneguhkan apa yang disampaikan oleh Wasis Susilo tentang Jiwa Nusantara. Pada sesi berikutnya, Yok Koeswoyo didaulat untuk mengukuhkan kepengurusan JN Malang Raya yang dikoordinasi oleh Koestono. Pada kesempatan ini Yok Koeswoyo juga bersedia mengukuhkan eksistensi JN Surabaya dengan menyampaikan sebuah pesan tertulis " Kubur Masa Lalu Untuk Mempertanggung Jawabkan Masa Depan ". Hal ini merupakan suatu kebanggan dan kehormatan tersendiri, baik bagi JN Malang raya maupun JN Surabaya.

Cecep Rosadi selaku ketua JN Pusat pada kesempatan itu juga berkenan menyampaikan dokumentasi Koes Plus kepada Lembaga Dokumentasi Musik Indonesia "Galeri Malang Bernyanyi" yang diterima oleh Hengky mewakili KPMI.

Selanjutnya Cool Plus kembali tampil dengan lagu-lagu yang " segar" dan membangkitkan aplaus pengunjung. Bahkan secara mengejutkan pada lagu Jemu yang dibawakan versi original, Yok Koeswoyo ikut maju dan menyanyikan lagu itu dengan begitu energik. Jinuss Band dari Surabaya tampil sebagai penutup acara dengan menampilkan lagu-lagu Koes Plus yang sebagian besar dinyanyikan oleh Yok Koeswoyo. Jinuss pada sesi ini mencoba menarik simpati Yok Koeswoyo melalui lagu Kolam Susu. Benar saja, pada lagu ini Yok Koeswoyo terasa gembira dan mendaulat penonton untuk sama-sama menyanyikan lagu ini. Sebagai acara terakhir adalah foto bersama secara bergiliran antara Yok Koeswoyon dengan masing-masing band yang tampil dan para korwil JN Malang Raya juga kontingen JN Surabaya. Secara keseluruhan acara berlangsung dengan sukses. Yok Koeswoyo walaupun tak bisa menyembunyikan "wajah lelah" beliau, namun terasa sangat puas dapat menjumpai penggemarnya di kota Malang ini.

Lagu-lagu yang ditampilkan yaitu : N Joy Band ( Manis Dan Sayang, Bujangan, Ojo Nelongso, Jemu ), G Plus ( Pulau Kelapa, Nelayan, Untukmu, Cinta Mulia ), The Bottles ( Nuswantoro, Ya Fatimah, Why Do You Love Me ), Cool Plus ( Bis Sekolah, Pilih Satu, Jemu feat Yok K. ) dan Jinuss ( Da Silva, Kolam Susu, Kau Datang lagi dan Nusantara V ).

Semua yang hadir baik dari Malang maupun Surabaya juga terasa puas dan bangga bisa bertemu dengan idola yang lama dirindukan ini. Kami dari JN Surabaya pun juga menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya atas suksesnya penyelenggaraan Gema Jiwa Nusantara ini. Terima kasih atas kerja sama yang terbina dengan rekan-rekan JN Malang Raya semoga makin mempererat persaudaraan sesama penggemar Koes Plus ini. Merdeka....!!!!



Keterangan gambar :

1. Yok Koeswoyo dalam pengukuhan pengurus JN Malang Raya dan JN Surabaya.
2. Cecep Rosadi, ketua JN Pusat menyerahkan dokumetasi Koes Plus pada Hengky, mewakili KPMI dan Galeri Malang Bernyanyi.
3. Yok Koeswoyo menyanyikan Jemu diiringi Cool Plus.
4. cecep Rosadi pose bersama pengurus JN Surabaya.

5. The Bottles, band pelestari dari Surabaya.

6. Jinuss, band pelestari dari Surabaya menutup rangkaian acara.


























Minggu, 11 Juli 2010

Nostalgia Film Ambisi

       Pada bulan November tahun 1973, di Taman Ismail Marzuki ( TIM ) Jakarta diadakan pertunjukan musik yang mengundang musisi terkenal, pertunjukan yang digelar secara gratis malam itu rupanya digunakan untuk keperluan syuting film. Hadir beberapa artis populer, mereka adalah Bing Slamet, Anna Mathovani, Koes Plus, dan God Bless. 
 Sebagian besar dari antara kita tentu sudah paham bahwa film yang dimaksud adalah Ambisi yang menempatkan Koes Plus sebagai cameo dalam film itu. Ada tiga grup band sebenarnya yang menghiasi film ini, yaitu Koes Plus, God Bless dan Bimbo. Namun dalam keperluan syuting di panggung, Bimbo tidak dilibatkan. Panggung yang memiliki judul “ Safari Show 1973 “ itu memang dimaksudkan untuk mencari penonton guna menambah maraknya jalan cerita yang dibuat. Anna Mathovani membawakan dua lagu sebagai pembuka malam itu yaitu Mimpi Sedih dan Di Keheningan Malam. Namun yang dimasukkan dalam film adalah adegan ketika dia menyanyikan lagu Di Keheningan Malam, sebagaimana yang kita saksikan di dalam film yang sudah jadi.
 Koes Plus mendapatkan giliran kedua sebagai pengisi panggung. Malam itu Koes Plus tampil selama dua sesi yang diselingi penampilan God Bless sebagai penampil berikutnya. Koes Plus pada sesi pertama tampil dengan membawakan lagu-lagu yang saat itu masih terbilang baru, yaitu Desember, Kolam Susu, Pelangi, dan Nusantara II. Selanjutnya panggung diisi oleh Achmad Albar dkk yang diantaranya membawakan lagu berbahasa Inggris yaitu Free Rider. Adegan menyanyikan lagu ini dapat juga kita simak dalam film yang sudah jadi. 
 Sesi kedua, Koes Plus membawakan empat lagu juga yaitu Nusantara, Semanis Rayuanmu, Diana dan Buat Apa Susah. Malam itu Koes Plus muncul dalam kondisi mental yang cukup. Sehingga setiap lagu dibawakan secara sempurna, aransemen maupun syair lagu yang sederhana menjadi kelebihan tersendiri. penonton mudah sekali mengingat lagu-lagu mereka. Namun sayang acara malam itu menjadi kurang begitu sempurna karena hujan turun dengan deras dan sound system panggung yang tidak begitu bagus. Sebagai penutup, Bing Slamet sempat menyanyikan sebuah lagu yaitu Es Lilin dengan iringan The Prims. Acara berakhir pada pkl. 22.00 WIB dengan hujan yang tak kunjung reda.
 Penampilan Koes Plus dan God Bless pada Safari Show 1973 itu ternyata memang sengaja diperlukan untuk menarik penonton saja. Hal ini dikarenakan kedua grup ini memiliki penggemar yang tidak sedikit. Tonny Koeswoyo sendiri sebagai pemimpin grup sempat protes karena merasa tidak dikonfirmasi lebih dulu bila keberadaan Koes Plus hanya sebagai penarik pengunjung. Tapi karena sudah terikat kontrak, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pada akhirnya Tonny Koeswoyo sempat meminta maaf pada produser film itu. 
Penampilan Koes Plus di panggung itu sendiri pada akhirnya tidak pernah kita saksikan di film Ambisi yang disutradarai Nya’ Abbas Acup itu. Kita dapat menyaksikan koes Plus hanya ketika beraksi seperti membuat klip pada lagu Bis Sekolah dan Di Dalam Bui. Keberadaan aksi panggung Koes Plus dalam film itu seakan menjadi dokumentasi yang tidak akan jelas kapan dibuka dan dapat dilihat. Sebuah misteri yang tak tahu kapan bisa terkuak jawabannya.
Film ini mengedarkan juga sebuah album bernama Ambisi Soundtrack. Album ini berisi lagu-lagu yang ditampilkan oleh para musisi yang berakting sebagaimana yang tampak dalam film itu. God Bless ( Free Rider, Bunga Mawar ), Anna Mathovani ( Di Keheningan Malam ), Koes Plus ( Di Dalam Bui, Bis Sekolah ), Deddy Damhudi ( Seraut Wajah ), Bing Slamet dan Benyamin S ( Ambisi ), Benyamin S ( Bangun Pagi, Sayur Mayur ) dan Bimbo ( Cemara, Dengan Puisi Aku ).
Kaset album ini saat ini sudah menjadi barang yang sangat langka bahkan lebih langka dibandingkan fim aslinya. Dulu ketika film ini akan diputar, berbagai promo di jalanan pun dilakukan untuk menarik minat penonton. Mobil dengan “halo-halo” atau pengeras suara memberitahukan bahwa akan diputar film baru yang berisi musisi-musisi terkenal. Promo itu dilakukan sambil membagikan selebaran berisi gambar-gambar pengisi fim ini.
Demikian sekilas mengenang partisipasi Koes Plus dalam pembuatan film Ambisi. Bila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Terima kasih atas perhatiannya. Merdeka….!!!!

Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya, 085645705091 )





Kamis, 08 Juli 2010

Sekilas Berjumpa Dengan Nomo Koeswoyo

   Setelah hari Senin saya berkunjung ke Solo untuk berjumpa dengan Edy Kuncoro, kolektor dan pengurus senior KPFS Solo, hari Selasa saya meluncur ke Yogyakarta dengan menggunakan Kereta Prameks ( Prambanan Ekspress ). Kali ini saya melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta yang biasanya disebut sebagai Kota Gudeg atau Kota Pelajar, namun sekitar tiga tahun belakangan ini juga dikenal sebagai Kota Koes Plus. Setiba di Yogyakarta, dengan menggunakan becak saya berangkat menuju posko JKPC yang terletak di jl. Ibu Ruswo 25. sekeliling kanan kiri kota Yogya, banyak spanduk dan banner yang bertuliskan ucapan selamat atas terselenggaranya Muktamar Yogyakarta, terpasang di halaman depan toko-toko.
     Setiba di Posko, saya disambut oleh mas Wowo Nugroho, pengurus JKPC. Setelah beristirahat sejenak, tidak lama hadir mas Noor Wahyu dan mas Paul, personel Cut Bray band. Sore itu kami berangkat menuju Magelang, berkunjung ke kediaman Nomo Koeswoyo, personel Koes Bersaudara. setelah sekitar 1,5 jam perjalanan sampailah kami di rumah beliau yang terletak di jl. Raya Soekarno-Hatta, dekat terminal bis Magelang. Selama beberapa lama kami berbincang dengan penuh keakraban.
 Berikut ini merupakan gambaran komunikasi saya bersama dengan beliau. 
     Nomo Koeswoyo adalah seorang personel Koes Bersaudara yang memiliki perangai sedikit berbeda dari personel yang lain. Keras dan bahkan cenderung kasar. Gaya bicaranya meledak-ledak dan penuh ambisi, bila diibaratkan dalam bahasa sekarang, beliau ini seperti preman. Namun sisi lain diakui oleh beliau bahwa hatinya itu lebih lembut dari pada sutera. Sifatnya yang keras itu merupakan sisi lain dari dirinya supaya tidak mudah diremehkan dan direndahkan oleh orang lain. Tidak ada satu pun yang bisa membendung kalau dia sudah punya keinginan. Seorang yang “bloko suto” atau blak-blakan, terbuka pada siapa saja dan dalam kondisi apa pun tidak mudah mutung atau menyerah. 
    Dalam mengisi hari tuanya, Nomo tidak memanjakan diri untuk beristirahat sebagaimana umumnya orang-orang yang seusia dengan dia. Pada usia yang semakin senja itu Nomo makin menikmati hidupnya dengan melakukan banyak aktivitas yang menyibukkan dirinya. Ada dua hal yang bisa dilukiskan sebagai gambaran aktivitas beliau saat ini. Berkarya dan bekerja, itu adalah yang beliau lakukan di saat ini dalam mengisi aktivitas hidupnya yang penuh dengan warna.
     Karya lagu selalu beliau hasilkan di sela-sela waktu luang di rumahnya yang luas dan asri itu. Beberapa lagu baru siap diluncurkan dalam waktu dekat ini dalam bentuk dua album format audio cd. Dua album tersebut terdiri atas lagu berbahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Saat mengunjungi beliau, penulis mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan hasil karya beliau yang terbaru. Namun karena belum beredar tentu saja tidak boleh untuk “disadap”. Lagu yang beliau ciptakan dalam bahasa Indonesia antara lain : Tegur Sapa, Jas Merah, Cinta Tanah Air dan Nusantaraku. Untuk lagu Nusantaraku sebagian besar penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus di Yogyakarta sudah tidak asing lagi karena sering dibawakan oleh Pro Plus, band pelestari yang sering membawakan lagu-lagu No Koes dan beberapa kali mengiringi beliau ketika tampil bernyanyi.
    Lagu-lagu berbahasa Jawa yang beliau nyanyikan antara lain Kembang Bakung, Sego Kucing, Katresnanku dan Udan Grimis-Grimis. Sebagian besar lagu beliau ciptakan sendiri, namun ada juga lagu karya Gusmanto dan ada juga lagu karya mereka berdua. Gusmanto adalah mantan personel Dedelan Grup, band yang pernah menghasilkan rekaman sebanyak 4 ( empat ) album pada sekitar tahun 1976. Album-album Dedelan juga merupakan hasil orbitan beliau. Semua album ini terdapat side B musisi lain. Diantaranya terdapat di albumnya Nobo, Kembar Grup ( Dina ), dan No Koes ( Kampret ). Salah satu lagu yang populer yaitu lagu berbahasa Jawa yang berjudul Aduh Dewi. Lagu tersebut terasa manis sekali harmonisasinya. 
Nomo Koeswoyo dalam kesehariannya banyak dibantu oleh Gusmanto atau yang biasa dipanggil Manto. Mereka berdua mengerjakan lagu-lagu dengan menggunakan keyboard produksi Yamaha secara elektone. Tidak hanya lagu-lagu baru, mereka juga mengaransemen ulang lagu-lagu lama karya Nomo Koeswoyo antara lain : Mpek Emplek Ketepu ( Semprul ), Rebut Cukup, Laki-Laki, Rindu dan Layar Tancap. Selain itu lagu-lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus juga dikerjakan oleh Manto dengan keahliannya memainkan keyboard.
    Selain menghasilkan karya, Nomo juga tetap bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Penghasilan yang dimaksud bukan sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup, namun untuk membiayai pembuatan karya yang beliau hasilkan. Hal ini beliau lakukan dengan baik sehingga tidak ada maksud untuk menggantungkan hidup dari hasil penjualan album cd. Beberapa usaha beliau lakukan termasuk penjualan ruko di Magelang. Menempati rumah yang terletak di jalan strategis kota Magelang, dekat terminal dan karoseri mobil terkenal “ Armada”, banyak orang yang sudah mengenal dan siap menunjukkan lokasi kediaman beliau. Terdapat tanah dengan luas berhektar-hektar yang menjadi aset beliau saat ini, hari tua terasa nyaman dan menyenangkan. 
    Dalam kesempatan bincang berdua itu, Nomo sempat membagikan beberapa kisah pengalaman hidup yang seakan menjadi lembaran yang bisa dijadikan teladan oleh generasi berikutnya. Beliau berkisah bahwa dari antara saudara-saudara yang lain hanya beliau ini yang sempat merantau ke beberapoa kota untuk mencari kerja. Hal itu dilakoni mulai dari Surabaya sampai ke Belawan. Pekerjaan kasar pun dilakukan demi mencari kehidupan yang lebih baik, diantaranya sebagai tukang sapu, bersih-bersih rumah juragan genteng di Surabaya sampai buruh kasar di luar pulau. Tapi hal itu justru memompa kuat semangat beliau untuk menjadi seorang yang berkepribadian tangguh hingga saat ini. Bahkan beliau berkata dia adalah satu-satunya anak Koeswoyo yang pernah dipukul sampai pingsan oleh ayahnya. 
Mengenai karir musik, Nomo menyatakan bahwa hanya beliau yang mau dan berani menampung orang-orang berbakat tapi terpinggirkan di masa itu. Beliau adalah orang di balik suksesnya Usman Bersaudara, Kembar Grup, Franki Sahilatua, Enny Haryono dan Oma Irama ( yang populer dengan lagu Begadang ). Saat itu beliau berani berkata bahwa tidak ada produser rekaman yang berani menolak tawaran beliau. Tapi hari ini kita bisa melihat bahwa artis-artis yang beliau orbitkan pernah begitu tenar dan populer paling tidak pada masa itu.
     Sedikit kisah tentang peran beliau di Koes Bersaudara yang tidak bisa dianggap remeh. Walaupun berpendirian keras, namun beliau sangat ingin sekali bisa bersatu dengan saudara-saudara yang lain. Selain memang sebenarnya beliau ini punya hati yang sangat mau membantu keluarga sendiri. Bahkan mungkin lebih dari apa yang orang lain pikirkan tentang beliau. Lagu Kembali yang populer pada 1977, diakui merupakan karya beliau. Namun ketika di dalam sampul album tertulis karya Tonny Koeswoyo, Nomo tidak mempermasalahkan. Toh yang ditulis juga nama saudaranya sendiri. Ketika Tonny Koeswoyo sedang menderita sakit parah, Nomo juga yang bersedia membiayai pengobatan beliau. Bahkan bila perlu sampai ke Singapura. Hal ini dimaksudkan karena ketika di bandara Changi, Nomo bertemu dengan musisi Idris Sardi yang juga menderita sakit yang serupa dengan yang diderita Tonny Koeswoyo. Idris Sardi, pemain biola itu bisa sembuh ketika berobat di Singapura. Tapi Tonny Koeswoyo menolak tawaran beliau. Sampai akhirnya dirawat di RS Setia Mitra, Jakarta itu juga atas bantuan Nomo Koeswoyo, adik yang dikasihi oleh Tonny. 
     Nomo Koeswoyo memang tidak suka dengan sifat keras Tonny. Bahkan begitu kesal ketika diberi pilihan yang membuat beliau harus meninggalkan Koes Bersaudara. Setiap malam Koes Bersaudara memang manggung di banyak tempat hiburan, tapi kondisi Nomo yang sudah berkeluarga tidak memungkinkan harus menggantungkan hidup dari bermusik. Saat itu Tonny Koeswoyo masih belum menikah, sehingga masih belum banyak tanggungan hidup. Nomo suatu kali berkata pada Tonny untuk bisa mengatur jadwal latihan musik dengan pas, maksudnya supaya beliau bisa mengikuti dengan baik. Tidak seperti saat itu yang latihannya seperti tidak mengenal waktu, mulai pagi sampai seharian penuh. Tapi ketika akhirnya Tonny harus menawarkan dengan pilihan sulit, Nomo jadi tidak punya kata lain. Nomo jengkel ketika Tonny dengan menghadap tembok berkata “ pilih, kerja apa musik ? “. Kejengkelan itu dibalas dengan menjawab sambil menghadap tembok pula “ Kerja…!!! “. Akhirnya beliau harus keluar dari Koes Bersaudara dengan perasaan yang sedih. Tonny Koeswoyo dianggapnya seorang yang keras, berkepala batu dan bahkan seperti Hitler. Walaupun begitu, tidak ada perasaan benci pada Tonny Koeswoyo. Karena beliau merasa bahwa yang membesarkan beliau hingga menjadi dikenal banyak orang ya Tonny Koeswoyo ini.
    Nomo Koeswoyo yang kontroversi namun sampai saat ini masih peduli pada keluarga dan bangsa. Kepedulian pada keluarga diwujudkan dengan kerinduan membentuk Koeswoyo Center di rumahnya. Peduli pada bangsa dilakukan dengan membuat karya yang bersifat kritik sosial yang beliau sebut dengan memberi pencerahan. Gaya bicara yang meledak, emosional dan kadang mengumpat sambil memukul pelan perut lawan bicara. Tapi itu adalah tanda khas keakraban dari seorang Nomo. 
    Demikian yang dapat saya sampaikan dari hasil perjumpaan dengan Nomo Koeswoyo, personel Koes Bersaudara, seorang legenda hidup yang menyepi di Magelang, Jawa Tengah. Bila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Terima kasih. Merdeka…!!!


Keterngan gambar :

1. Nomo K. Saat bernyanyi di TVRI Yogyakarta

2. Nomo K. saat foto dengan penggemar asal Surabaya

3. Nomo K. didampingi Noor Wahyu, penggemar asal Yogyakarta

4. Teks lagu Tegur Sapa karya terbaru Nomo K.

5. Keyboard milik Nomo K.