Rabu, 14 April 2010

The Bottles Bernyanyi Bersama Wakil Walikota Sby


“ Ku selalu bernyanyi-nyanyi menghilangkan sedihku di dalam hati dan bernyanyi-nyanyi..lala..lala..lala..”. Sayup-sayup alunan syair yang merupakan bagian dari “Laguku Sendiri” itu terasa menembus keramaian jantung kota Surabaya yang saat itu waktu menunjukkan menjelang jam bubar kerja. Selasa, 13 April 2010 pkl 16.00 WIB The Bottles membawakan lagu legendaris tersebut sebagai pembuka penampilan mereka dalam festival pasar tradisional yang diselenggarakan di Balai Pemuda yang terletak di pusat kota jl. Pemuda Surabaya, sebelah gedung gubernur Grahadi.
Band pelestari yang beranggotakan para karyawan pabrik swasta ini memang mendapatkan mandat untuk membuka panggung hiburan pada festival yang sudah berlangsung sejak sehari sebelumnya itu. Mengikuti jejak seniornya, yaitu Koes Plus, Laguku Sendiri dibawakan pada awal penampilan untuk memberi suasana hangat pada kota Surabaya yang pada beberapa jam sebelumnya diguyur hujan. Setelah Laguku Sendiri, sebagaimana pada beberapa penampilan mereka sebelumnya , maka Kembali menjadi lagu urutan kedua untuk lebih dapat mengakrabkan diri dengan pengunjung yang hadir. Selain personel pengurus JN Surabaya yang hadir, satu per satu pengunjung pun mulai merapat mendekati arena festival. Sebagian dari mereka hadir ke lokasi acara bukan karena adanya festival itu, melainkan penasaran mendengarkan lagu-lagu Koes Plus yang saat itu sedang dimainkan oleh The Bottles. Warga masyarakat yang sedang berjalan kaki maupun yang kebetulan melintas dengan motor segera menghentikan langkahnya untuk menyaksikan jalannya penampilan lagu-lagu Koes Plus yang disajikan.
The Bottles memang mampu menarik perhatian, karena penampilan mereka di gedung peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini berada di halaman depan yang memungkinkan siapa pun untuk menyaksikan mereka. Sebagai catatan, Koes Plus pada tahun 2006 juga tampil di tempat ini tapi berada di gedung Balai Pemuda bagian dalam. Hidup Yang Sepi menjadi pilihan berikutnya untuk dibawakan oleh Teguh, sang vokalis. Sahut menyahut antara vokalis dan penonton begitu terasa akrab terjalin saat bagian reffrein didendangkan. Suasana makin hangat ketika The Bottles menawarkan lagu Kelelawar sebagai sajian berikutnya sore itu. Penonton yang semula hanya melihat secara diam terpaku, mulai pelan-pelan menggerak-gerakkan anggota tubuh mengikuti irama lagu yang dibawakan secara rancak.
Setelah sempat “panas” dengan lagu yang nge-rock, Cintamu Tlah Berlalu dinyanyikan dengan manis oleh grup ini. Walaupun saat menyampaikan pembukaan sempat salah ucap, karena menyebutkan lagu ini berasal dari volume 2, namun tidak mengurangi keindahan mereka membawakan lagu ini. Agus, pemain drum sempat berganti posisi menjadi vokalis saat menyanyikan lagu rancak Jemu dank au Datang lagi yang diambil dari album History Of Koes Brother. Posisi penabuh drum saat itu digantikan oleh Mispomo, Pelatih teknis mereka yang sedari awal bertugas mendokumentasikan acara dengan kamera mini yang dibawanya.
Suasana menjadi makin terasa indah saat pihak panitia menyampaikan permintaan penonton supaya The Bottles menyanyikan Andaikan Kau Datang. Lagu karya Tonny Koeswoyo itu pun meluncur dengan sangat komunikatif. Saat lagu ini dibawakan, secara mendadak penonton dikejutkan dengan kehadiran Arif Afandi, wakil walikota Surabaya yang saat ini juga maju mencalonkan diri dalam Pilwali. Arif sempat berhenti sebentar bersama staf yang mendampingi untuk melihat penampilan The Bottles. Setelah The Bottles menyelesaikan lagu yang mereka bawakan, Arif Afandi pun didaulat untuk maju ikut serta bernyanyi bersama mereka.
Saat berada di panggung, Arif sempat diskusi bersama personel band untuk lagu yang akan dinyanyikan sambil membuka buku catatan lagu yang disiapkan The Bottles. Arif sempat melontarkan celetukan “ yo ngene iki lek penyanyi gak apal lagune ( ya begini ini, kalau penyanyi tidak hafal lagunya ) “ yang disambut dengan tawa penonton yang mendengarnya. Setelah melakukan penyesuaian vokal sejenak, meluncurlah Manis dan Sayang dari suara emas wakil walikota yang berasal dari Blitar ini. Sedikit menambahkan, pada saat Koes Plus tampil di Balai Pemuda empat tahun lalu Arif juga tampil untuk membuka show dengan melantunkan Kisah Sedih Di hari Minggu, hanya saja saat itu tidak terjadi perpaduan yang baik antara vokal dan musik yang mengiringi. Hari itu, The Bottles dan Arif Afandi mampu melahirkan duet yang harmonis dan penuh kebanggaan.
Usai bernyanyi, Arif Afandi sempat menyalami personel The Bottles untuk selanjutnya turun dari panggung dan meninjau berlangsungnya acara festival pasar tradisional. Sebagai lagu berikut, memenuhi permintaan penonton yang request dengan cara berteriak, Diana dari album volume 8 dibawakan dengan suasana yang penuh semangat. Pada penampilan terakhir, The Bottles masih mampu mencuri perhatian dengan membawakan sebuah tembang jawa fenomenal, Nuswantoro. Penonton memberikan aplaus yang panjang saat Teguh mengucapkan suluk layaknya seorang dalang pada bagian interlude lagu ini.
Acara berakhir tepat pada pkl. 16.45 WIB saat panggung harus diisi oleh penampilan band lain yang terdiri dari anak-anak muda menyanyikan lagu-lagu hits Indonesia masa kini. Secara keseluruhan The Bottles mampu bermain dengan gemilang pada sore hari itu. Hanya saja beberapa catatan yang menjadi koreksi antara lain, supaya pada penampilan berikutnya apabila jatah waktu yang disediakan sedikit maka sebaiknya lagu-lagu yang dibawakan “lebih cair” dengan penonton. Kelelawar bukan menjadi pilihan yang tepat untuk dibawakan sore itu apalagi bila ternyata tidak didukung dengan kesiapan teknis, yaitu tidak membawa kobelt sehingga suara khas pada intro lagu menjadi terasa kurang terdengar lengkap di telinga.
Lagu-lagu yang dibawakan oleh mereka saat itu tercatat yaitu : Laguku Sendiri, Kembali, Hidup yang Sepi, Kelelawar, Cintamu Tlah Berlalu, Jemu, kau Datang lagi, Andaikan kau Datang, Manis dan Sayang ( feat Arif Afandi ), Diana dan Nuswantoro. Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai laporan pandangan mata. Bila ada kata-kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Terima kasih.

Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya- 085645705091 )
http:// www.jinussurya.blogspot.com



































Senin, 12 April 2010

Catatan Murry's Group Pop Jawa Reggae



“ Adoh adoh tak parani cah ayu, tansah kepengin ketemu sliramu..” Sebaris kalimat ini mengawali sebuah lagu berjudul Tresno Banget karya Murry yang terdapat dalam album Murry’s Group Pop Jawa Reggae. Tresno Banget merupakan lagu yang dijadikan andalan dalam album yang dikemas dalam bentuk vcd ini. Pada saat intro masih dimainkan, beberapa penghargaan untuk Murry sebagai drummer ditampilkan yang diselingi foto profil Murry saat masih tergabung dalam Koes Plus dan Murry’s Group formasi pertama.
Sebuah gebrakan baru dimunculkan oleh Murry dengan menghadirkan sebuah album baru yang sangat unik. Tidak seperti biasanya, Murry dalam bendera Murry’s Group berani meluncurkan Pop Jawa, setelah sekian lama penggemar Koes Plus tidak menjumpai karya yang bercorak etnik-modern ini. Pop Jawa Reggae Murrys Group ini boleh dikatakan sebagai reinkarnasi Koes Plus era 1970an. Betapa tidak, hampir semua karya yang terdapat di album ini mengingatkan kita pada sosok Koes Plus saat menyanyikan tembang-tembang Jawa puluhan tahun lalu.
Ciri khas Koes Plus seakan tidak ditinggalkan oleh grup ini. Semua dikemas dengan rapi walaupun tetap dalam gaya dan corak “khas Murry”. Kita dapat menyimak hal itu pada contoh berikut : ketika Murry menyanyikan Tresno Banget, pada bagian reffrein didendangkan oleh duet vokal yang mengingatkan kita pada Yon dan Tonny Koeswoyo atau Yon dan Yok Koeswoyo. Peran Murry sebagai sosok utama group ini benar-benar mampu menjaga irama dan ketukan nada khas Koes Plus. Hal ini semakin menguatkan kita bahwa selain Tonny Koeswoyo, sebenarnya Murry merupakan sosok yang menjadi piñata musik Koes Plus sehingga tetap berada pada jalurnya. Kita dapat melihat hal ini pada dua album terakhir saat beliau bergabung dengan bendera Koes Plus, Nusantara 2000 dan Siapakah. Nuansa Koes Plus masih terasa kental yang tidak kita jumpai pada album-album berikutnya.
Ada 10 lagu yang ditawarkan oleh Murrys Group era 2010 ini. Didukung oleh beberapa musisi panggung yang sudah berpengalaman selama puluhan tahun, membuat album ini terasa cair ketika didengarkan. Murry selain sebagai vokalis juga tetap memainkan drum pada album ini. Namun dalam penampilan panggung, peran sebagai penabuh bedug Inggris ini digantikan oleh Ivan, mantan personel salah satu band pelestari. Kita dapat melihat aksi Murry memainkan gitar pada beberapa adegan klip lagu. Jarang sekali kita melihat Murry memainkan gitar dalam aksi panggung atau video klip. Terakhir kita melihat aksi Murry memainkan gitar pada klip lagu Nasib yang direkam pada tahun 1989. vokal Murry masih begitu khas sebagaimana yang kita rindukan pada setiap album Koes Plus puluhan tahun lalu. Pada album ini Murry menciptakan beberapa lagu yaitu Tresno Banget, Kangen Setengah Mati, Modele Jaman yang diadaptasi dari Murrys Group Pop Jawa tahun 1977 dan Ora Rumongso yang dinyanyikan sepenuhnya oleh Arwet sang vokalis.
Beberapa catatan tentang personel lain, yaitu adanya kekuatan dari tiga personel B-Flat yang membuat album ini menjadi terasa “nge-Koes Plus”. Arwet Suwarno sebagai vokalis yang selama ini dikenal mampu menirukan vokal dan gaya Yon Koeswoyo mampu memainkan peranan dengan baik. Tidak hanya bernyanyi, dia juga menyumbangkan beberapa lagu yang menambah manisnya album ini. Lagu-lagu tersebut yaitu Putri Ayu, Numpak Kereto dan Nasib Menungso. Bukan hanya Arwet, sang pemencet keyboard Arief pun juga seolah memainkan fungsi sebagai Tonny Koeswoyo. Hal ini dapat kita lihat ketika ada dua lagu yang dia ciptakan dinyanyikan oleh Arwet. Sebagaimana Tonny Koeswoyo menyerahkan lagunya untuk Yon Koeswoyo. Arwet pun dapat menjalankan tugas itu dengan baik pada lagu Arimbi dan sebuah lagu Ono Sing Duwe dinyanyikan langsung oleh sang legenda, Murry. Sayang sekali kita belum dapat menyaksikan aksi Arif berdendang layaknya Tonny Koeswoyo.
Heru sang pemain bass nampaknya sudah benar-benar terinspirasi oleh Yok Koeswoyo. Sebuah lagu dia nyanyikan yang merupakan hasil karya ciptanya sendiri. Timbang Getun dialunkan dengan manis oleh Heru yang pada beberapa lirik lagu seperti terinspirasi dari lagu Ela-Elo karya Yok Koeswoyo di album Pop Jawa Koes Plus volume 1. Tak ketinggalan adalah peran penting Iwon Sutomo. Sebagai seorang musisi senior, keberadaannya sebagai piñata musik bersama Murry mampu membuat nilai lebih pada lagu-lagu yang ada di album ini. Iwon merupakan musisi yang pada awal karier sempat bergabung dengan Man’s Group di Surabaya, yang juga kota kelahiran Murry dan Arwet. Iwon juga sempat dikenal masyarakat pecinta musik Indonesia melalui beberapa album pada era 1980an, bahkan kalau kita pernah ingat dengan lagu Perantauan yang dinyanyikan oleh No Koes album Sok Tahu, itu merupakan salah satu buah karya Iwon di masa lalu.
Sejak dulu, Murry’s Group selalu menampilkan karya yang sifatnya kritik sosial. Lagu-lagu yang ditampilkan selalu menyelipkan kisah tentang perjuangan hidup rakyat kelas bawah atau yang biasa disebut dengan “wong cilik”. Bahkan ketika menyindir pun terkesan halus sehingga tidak begitu terasa pedas bagi yang mendengarkannya. Simak saja karya Murry pada album-album terdahulu seperti Besi Tua, Palapa, Aduh Ema, Biar Lambat Asal Selamat, Anak Cucu, Modele Jaman atau Amit-Amit Jabang Bayi. Pada album ini kritik sosial itu tampak pada lagu terakhir Nasib Menungso dan Numpak Kereto karya Arwet S.
Selain perpaduan antara syair dan musik tak ketinggalan juga peran seorang model untuk menambah kesegaran penampilan album ini. Seorang model yang cantik tampak menghiasi jalannya lagu yang sedang tayang dalam vcd ini, makin menambah nilai lebih pada album yang dikemas secara audio visual ini.
Akhirnya, tanpa banyak komentar lagi kami mempersilakan anda untuk segera mencari vcd album Pop Jawa Reggae ini dan menikmati secara langsung. Selamat datang kembali Murry’s Group di jagad belantara musik Indonesia. Kami selalu mendukungmu.

Selasa, 06 April 2010

Resensi Volume 2 Pop Indonesia Koes Plus


Koes Plus Pop Indonesia Volume 2 kali ini kami luncurkan sebagai resensi untuk memulai penulisan artikel blog pada bulan April ini. Album yang covernya dikemas secara eksentrik ini, dirilis pada bulan April tahun 1970 dengan menampilkan formasi Koes Plus yang sampai saat ini kita kenal dengan formasi legendaris. Formasi tersebut adalah Tonny K., Yon K., Yok K., dan Murry. Formasi ini berbeda dengan album Koes Plus edisi pertama yang menyertakan Toto AR sebagai pemain bass.
Yok Koeswoyo, pemain bass Koes Bersaudara, yang semula enggan untuk bergabung dengan saudara-saudaranya akhirnya mau mendukung grup musik bersaudara plus seorang dari luar dinasti Koeswoyo ini. Bila dilihat dari segi covernya saja sudah banyak orang yang merasa kesulitan mengenali wajah personel karena tidak ada satu wajah pun yang menghadap kamera. Seakan menggambarkan isi album itu yang terkesan cuek, apa adanya dan bebas, tanpa mau terikat oleh apa pun. Sebagaimana gambaran itu, kita juga mendapati di album ini lagu-lagu yang ditampilkan juga seakan membuktikan mereka mau menjadi sebuah grup yang bebas tanpa di kotak-kotakkan. Betapa tidak, berbagai jenis irama musik kita dapatkan di sini. Nuansa pop memang banyak kita rasakan seperti pada Lagu dalam Impian, Kau Tinggalkan Aku dan Andaikan Kau Datang. Irama rock ala deep purple bisa juga kita temui pada Pentjuri Hati dan Hanja Pusaramu. Tonny Koeswoyo pun mencoba mengalunkan rapp untuk pertama kali pada lagu Mengapa Kau Sedih. Unik sekali ketika kita mendengarkan lagu Djangan Selalu Marah, seakan seperti seseorang yang merasa jenuh dengan kekasihnya.
Pada lagu ini terdapat juga lagu karya Murry untuk pertama kalinya yaitu Djanjimu. Walaupun tidak dinyanyikan secara langsung, tapi lagu ini terdengar sangat manis.
Yok Koeswoyo sebagai personel yang baru bergabung dengan grup ini makin menunjukkan kematangan sebagai musisi yang memiliki ciri khas ketika menyanyikan sebuah lagu cadas, Pentjuri Hati. Pada akhirnya beliau dikenal sebagai personel yang selalu identik dengan lagu-lagu yang bernada tinggi.
Yon Koeswoyo sendiri sempat mencurahkan isi hatinya melalui lagu Hidup Jang Sepi yang sampai saat ini terkesan sangat fenomenal. Andaikan Kau Datang yang adalah kisah tentang gagalnya jalinan cinta Yon Koeswoyo pun sampai saat ini masih terasa manis kita dengar saat ini walaupun sudah direkam dengan berbagai versi.
Walaupun dari segi rekaman mutu album ini masih kurang seberapa bagus, namun tonggak musik Indonesia turut diwarnai oleh album yang bentuk koleksi kasetnya jadi buruan langka para kolektor ini.
Akhirnya, kami mempersembahkan resensi ini bagi anda penggemar Koes Plus dari segala lapisan generasi. Jangan pernah sekali pun melupakan sejarah.