Minggu, 30 Mei 2010

Dirgahayu ke-717 kota Surabaya

Segenap pengurus dan warga Jiwa Nusantara Surabaya mengucapkan
Selamat ulang tahun ke-717 buat kota kami tercinta, Surabaya…..

Surabaya
Cipt. : Koeswoyo Senior
Vokal : Yon / Yok Koeswoyo
Album : Koes Plus Pop Keroncong vol. 2 1974
Laju-laju ke Surabaya
Perahu laju tahu arahnya
Surabaya tempo dahulu
Pemudanya bersatu padu

Surabaya kota pahlawan 
Pemudanya rela berkorban
Surabaya kota sejarah
Pemudanya pantang menyerah

Salam Jiwa Nusantara…Merdeka….!!!
( Okky T. Rahardjo – 085645705091 )


Mengenang Kota Surabaya - Balada Kalimas

Dalam rangka ulang tahun kota Surabaya yang ke-717, Jiwa Nusantara Surabaya kembali menyajikan sebuah lagu yang bertema tentang kota Surabaya yang dinyanyikan oleh grup musik populer era 1970an. Kali ini kami menampilkan sebuah lagu legendaris karya grup yang legendaris juga.

 BALADA KALIMAS
                                                  Cipt. Victor Nasution
                                             Direkam oleh The Gembells  

                                                                                 dalam album kedua  produksi Indra Record, 1972.

Tiada indah warna riak airmu, yang mengusap tebing-tebingmu,
Tiada pernah terpikir oleh insan, mengagung-agungkan dirimu
Walau begitu kalimas, tak kurang pula artimu…
Kalimas, kalimas, kalimas….
                          Wahai mengapa, mengapa mengapa kau tetap membisu 
                          Kau menjadi saksi dalam perang dan damai 
                          insan sekitarmu
Dahulu kala Sura dan Buaya bertarung berperang memilikimu
Pernah kau tampung darah pahlawan
Memerah jembatan, memerah pula airmu…
Kalimas, kalimas, kalimas….
                         Wahai mengapa, mengapa mengapa kau tetap membisu 
                         Kau menjadi saksi dalam perang dan damai 
                         insan sekitarmu


Catatan :

Kalimas merupakan nama sungai yang melintas di tengah kota Surabaya. Sungai ini memiliki banyak fungsi dan memiliki nilai       sejarah yang begitu besar bagi warga kota Surabaya. Sungai ini membentang di beebrapa lokasi antara lain dekat gedung negara grahadi (jl. Gub. Suryo saat ini). Di tempat ini dulu penguasa Belanda sering duduk-duduk kala sore hari sambil bersantai di gedung yang menghadap sungai Kalimas yang mengalir dengan jernih. Tidak hanya itu, sungai ini juga membentang di bawah Jembatan Merah yang terkenal itu. Ada banyak korban pertempuran yang "dibuang" di sungai ini. Hal itu yang dilukiskan dengan begitu heroik oleh The Gembells dalam lagu ini. Selain itu, sungai Kalimas juga mengalir di sekitar pelabuhan Tanjung Perak. Pada sisi sebelah timur, Pelabuhan Kalimas merupakan pusat berlabuhnya kapal-kapal besar seperti Pinishi dan tempat bongkar muat kapal yang berlabuh dari seluruh Indonesia. Lokasinya terletak di sekitar jl. Jakarta. 

The Gembells merupakan grup musik asal Surabaya yang berdiri pada akhir 1960an. Mereka mulai merekam album pertama yang erjudul "Pahlawan yang Dilupakan" pada 1971. Balada Kalias sendiri direkam pada tahun 1972 di perusahaan rekaman Indra Record / Golden Hand yang terletak di jl.Kalisari Surabaya. The Gembells terdiri dari personel antara lain : Victor Nasution, Abu Bakar, Anas Zaman, Rudy Anant, Djodjok Rahardjo dan Minto. Nama The Gembells merupakan akronim dari kata Gemar Belajar. Hal ini disebabkan mereka adalah mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang belajar sambil menekuni dunia musik. Mereka dulu biasa berlatih musik di sekitar jl. raya Darmo dekat hotel Mirama. Seringkali ketika latihan, sebuah spanduk terpasang depan lokasi studio / rumah tempat mereka berlatih yang bertuliskan " The Gembells sedang latihan. "

Salam Jiwa Nusantara...............Merdeka..!!!

Okky T. Rahardjo (Ketua JN Surabaya-085645705091)


Keterangan gambar :

1. Suasana di sekitar sungai Kalimas jaman dulu

2. Cover album The Gembells "Balada Kalimas"

3. Suasana Pelabuhan Kalimas saat ini

                                               4.  Suasana pelabuhan Kalimas sekitar tahun 1920an.

                                              5.   Sebuah lukisan yang menggambarkan kejayaan pelabuhan Kalimas                                                     masa lalu.



Sabtu, 29 Mei 2010

Refleksi empat tahun tragedi lumpur Porong Lapindo

Sebuah refleksi memperingati empat tahun tragedi Lumpur Porong Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur kami sajikan dengan menuliskan sebuah lagu yang diambil dari album Koes Plus Pembaharuan yang berjudul Song Of Porong.
Kroncong Gitar Kopong
Cipt. : Harry Cahyono / Laksamana Sukardi
Vokal : Yon Koeswoyo
Arr. : Koes Plus Pembaharuan
Produksi : Oktober 2008
Menyusuri jalan sunyi kampung halaman 
Yang terkubur lumpur hitam peradaban 
Melintasi tanggul tinggi berkabut debu 
Kampung halaman yang telah hilang tinggal kenangan
Reff :
Kunyanyikan lagu kroncong 
Ditemani gitar kopong 
Dan aku menangis di pangkuan Porong
Memandangi kenyataan yang mengiris hati 
Kesadaran keihklasan yg dikhianati 
Menemani sesama yang slalu dibohongi 
Aku pun tahu hanyalah Tuhan yang peduli 
Reff :
Kunyanyikan lagu kroncong 
Ditemani gitar kopong 
Dan aku menangis di pangkuan Porong
Pusara leluhur terkubur lumpur 
Sawah dan ladangku hanya tinggal debu
Segala telah hilang dan tak mungkin kembali 
Seperti yang dulu lagi 
Kenangan yang indah jadi mimpi buruk 
Cinta dan harapan hancur dan terpuruk
Sudah terlalu lama mereka menderita 
Ditimang janji dan dusta
Reff :
Kunyanyikan lagu kroncong 
Ditemani gitar kopong 
Rakyat Porong sudah bosan omong kosong

( Mohon maaf kami tidak bisa memperdengarkan atau mengedarkan lagu dan album ini karena terkait dengan ijin dan karya cipta Koes Plus Pembaharuan )






Jumat, 28 Mei 2010

Mengenang kota Surabaya - Getuk Blauran

Menjelang ulang tahun kota Surabaya yang ke-717, Jiwa Nusantara Surabaya memberi apresiasi dengan memberikan syair lagu-lagu tentang Surabaya yang pernah dibawakan oleh penyanyi-penyanyi populer era 1970an. Kami akan menampilkan secara berseri mulai edisi hari ini.

Getuk Blauran
Song by Mus Mulyadi, 1979

Sore-sore mlaku-mlaku nang blauran 
Cak ayo cak ojo’ sampe ketinggalan 
Nek wis bengi Cak, dalan-dalan dadi rame 
                                        Ndang cepet ‘ngko podo njajan getuk 
Reff : 
Nang Blauran cak rame temen
Kendaraan cak podo sliweran 
Ati-ati rek turuto pinggir 
Nek kesrempet ‘ngko lak cengar cengir 
    Wis bengi ayo podo mulih ae
    Nek telat dadi suk sukan bemone 
    Nang baluran pancen panganan nyenengno 
    Getuk lindri pancen yo enak rasane

Sedikit catatan tentang Pasar Blauran :
 Dari dulu sampai sekarang Pasar Blauran dikenal sebagai pusat jajanan khas kota Surabaya. Bahkan saat ini sering menjadi tujuan mahasiswa yang membutuhkan buku-buku lama dan murah. Ibu-ibu yang senang belanja perhiasan emas, terdapat juga berderet took-toko emas di sepanjang jalan Blauran ini. 
Bagi rekan-rekan yang belum pernah ke sana, boleh dicoba bila sekali waktu ada kesempatan mampir ke Surabaya. Salam Jiwa Nusantara….Merdeka…!!!
( Okky T. Rahardjo – 085645705091 )


Keterangan gambar   :

1)  Pasar Blauran Baru ( gambar atas )

2) Mus Mulyadi dalam rekaman album dang dut

3) Jl. Blauran sekitar tahun 1910

4) Jl. Blauran pada bulan Juli 2009


Sumber gambar  : 

djawa tempo doeloe-by priambodo prayitno, kapanlagi.com, dangdut sirftum : mus mulyadi.

Sumber lagu : Piringan Hitam Mus Mulyadi Getuk Blauran


Kamis, 27 Mei 2010

Reportase JINUSS di ITS

“ Kurasa berat..kurasa berat beban hidupku..Ku tak tahu..ku tak tahu..Oh..Ku jemu..” alunan lagu Jemu karya Yok Koeswoyo mengalun kencang terdengar di sela-sela kampus ITS area Fakultas Teknik. Lagu yang direkam dalam album Koes Plus In Hard Beat vol.1 itu seakan menjadi penanda tempat berlangsungnya pameran yang menggelar hiburan musik. Kamis siang, 27 Mei 2010 di sela berlangsungnya penutupan pameran karya mahasiswa teknik sipil ITS ( Institut Teknik Sosial ) terdapat panggung hiburan yang saat itu diisi oleh lagu-lagu Koes Plus. JINUSS band dari Surabaya saat itu mengisi hiburan pada penutupan pameran yang sudah berlangsung selama empat hari itu.
Tembang-tembang Koes Plus digelar dengan penuh semangat di tengah mahasiswa yang lahir jauh dari masa kejayaan Koes Plus. Beberapa mahasiswa dan dosen tampak berlalu-lalang menyaksikan pameran yang memperlihatkan keunggulan karya mahasiswa teknik. Budi Santosa selaku dosen ITS dan personel JINUSS mencoba memanfaatkan even ini dengan mengisi panggung hiburan bersama lagu-lagu Koes Plus. Inisiatif itu yang akhirnya diresponi oleh rekan-rekan personel JINUSS lain untuk meluangkan waktu di sela padatnya jam kerja. Pokoknya bisa maen lagu-lagu Koes Plus, apa pun boleh dilakukan. Hal itu seakan menjadi prinsip mereka kala itu.
Lagu-lagu yang ditampilkan oleh JINUSS saat itu sebagian besar merupakan lagu yang sudah dikenal oleh khalayak umum dengan diselingi beberapa lagu lain yang kurang begitu populer di telinga generasi muda sekarang. Hal ini dimaksudkan supaya bagaimana pun juga lagu-lagu Koes Plus tidak akan punah sekali pun terdengar di kalangan anak-anak muda yang tidak terlalu akrab dengan karya legendaries Koes Plus.
Setelah melantunkan Jemu yang mendapat sambutan meriah dari penonton, JINUSS memberi kesempatan pada pengunjung yang saat itu hadir di loaksi Plasa Dr. Angka tempat berlangsungnya pameran. Saat itu seorang dosen paruh baya mencoba memenuhi tawaran personel JINUSS untuk bernyanyi di panggung. Pak Arif, seorang dosen Kelautan mencoba bernostalgia dengan lagu-lagu Koes Plus yang mengesankan di hatinya. Why Do You Love Me menjadi pilihan pertama untuk dinyanyikan. Dengan vokal yang mantab nan mendayu, pak dosen berhasil menarik perhatian pengunjung yang hadir tengah hari itu. Mahasiswa yang dari tadi seakan cuek, mulai mengarahkan perhatian yang lebih pada panggung yang diisi oleh dosen mereka. 
Setelah menyanyikan sebuah lagu, Suyitno vokalis JINUSS menawarkan untuk menyanyikan satu lagu lagi. Akhirnya meluncurlah Andaikan Kau Datang dari suara emas sang dosen. Bedanya bila yang membawakan lagu ini seorang yang sudah senior, maka lagu yang meluncur adalah persis sesuai aslinya. Bila yang menyanyikan masih tergolong muda, maka akan tergoda untuk bernyanyi improvisasi ala Ruth Sahanaya. Puas menembangkan dua lagu, sang dosen turun panggung dengan diiringi tepuk tangan meriah mahasiswa yang hari itu mendapatkan “kuliah “ berupa lagu-lagu Koes Plus.
Personel JINUSS masih memberikan kesempatan bagi pengunjung yang mau menyumbangkan suaranya. Sambil menunggu, JINUSS melanjutkan dengan menyanyikan Cintamu Tlah Berlalu. Ketukan drum Fandi mengawali lagu ini mengingatkan kita pada gaya khas Murry di album The Best Of Koes. Sempat sedikit salah saat Suyitno memulai masuk menyanyikan lagu ini. Vokalis yang merangkap tukang gitar rhytym ini seakan mendahului musik yang mengiringi pada pembukaan lagu. Setelah proses adaptasi sejenak, Juanam selaku backing vokal membantu melanjutkan meneruskan lagu ini hingga selesai dengan lancar. 
Usai hits yang diciptakan Tonny Koeswoyo itu, berikutnya tampil salah seorang penonton yang memang merupakan penggemar Koes Plus. Drg. Winaryo saat itu menyempatkan hadir di sela-sela jam praktek beliau yang begitu padat. Jangan Berulang Lagi dari album volume 4 menjadi pilihan untuk dibawakan. Dokter gigi yang baru saja mendirikan studio kursus musik di Sidoarjo ini mampu mendendangkan lagu ini dengan penuh penghayatan. Budi Santosa saat itu juga mampu mengiringi dengan permainan keyboard yang dahsyat. Usai lagu yang fenomenal itu, Kolam Susu menjadi pilihan berikutnya untuk dinyanyikan. Lagu dengan irama gembira ini mampu membuat seisi lokasi pameran berdendang mengikuti syair lagu yang memang sudah terkenal di seluruh kalangan ini.
Setelah penampilan drg. Winaryo, lokasi panggung diisi oleh undian dengan hadiah sebuah hand phone yang menarik. Usai undian, MC yang terdiri dari dua pasangan mahasiswa laki-laki dan perempuan memberikan kesempatan pada JINUSS untuk menampilkan lagu-lagu Koes Plus kembali. Nusantara V yang disambung dengan Nusantara VII berhasil dibawakan nyaris sempurna. Untuk menambah maraknya suasana, Hari Minggu dari album Hard Beat tahun 1976 pun didendangkan oleh duet antara Suyitno dan Budi Santosa. Setelah itu panggung hiburan berganti pengisi sejenak. Selanjutnya mahasiswa Fakultas Teknik Sipil mengisi panggung dengan dua lagu yang berirama “hingar bingar”. Penampilan itu cukup membuat kami terdiam seribu bahasa karena mau berbicara pun tidak mudah untuk saling mendengarkan.
 Setelah atraksi yang cukup menyiksa telinga itu berakhir, JINUSS diberi kesempatan untuk melanjutkan penampilan. Lagu-lagu manis karya cipta grup legendaris Koes Plus didendangkan begitu saja dengan santai. Lagu sendu maupun lagu gembira tidak mengurangi minat personel JINUSS untuk terus melestarikan karya Koes Plus di tengah-tengah mahasiswa yang hadir. JINUSS sempat membuat suasana menjadi makin ceria ketika Panah Asmara, yang berirama dangdut, dimainkan dengan alunan melody gitar Budi Santosa menyerupai lagu aslinya yang direkam tahun 1978 itu.
Mendekati pkl.15.00 WIB panitia memberi instruksi kalau panggung akan segera berganti pengisi acara lagi. Sebagai penutup penampilan, sebagaimana biasa JINUSS membawakan Selamat Tinggal. Tembang karya Tonny Koeswoyo yang direkam pertama kali pada album volume 3 ini seakan menjadi ciri khas JINUSS kala menutup penampilan di manapun mereka diberi kesempatan bermain. 
Berikut merupakan lagu-lagu yang dimainkan oleh JINUSS : Bis Sekolah, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Terlambat, Jemu, Why Do You Love Me, Andaikan kau Datang, Cintamu Tlah Berlalu, Jangan Berulang Lagi, Kolam Susu, Medley Nusantara V dan VII, Bujangan, Manis Dan Sayang, Derita, Kau Datang lagi, Da Silva, Panah Asmara dan Selamat Tinggal.
Demikian reportase kami dari panggung hiburan lokasi pameran karya mahasiswa teknik ITS. Mohon maaf bila terdapat kata dan kalimat yang kurang berkenan. Salam Jiwa Nusantara….Merdeka…!!!


JINUSS menyanyikan lagu medley Nusantara


pak Arif, dosen Kelautan menyanyikan Why Do You Love Me


drg. Winaryo menyanyikan Kolam Susu


Pose bersama JINUSS band

Selasa, 25 Mei 2010

Liputan Beat Plus di Parade band KPKA Malang

Sabtu malam minggu yang cerah, 22 Mei 2010. Para personel Beat Plus satu per satu sudah mulai menampakkan diri di panggung parade band lagu-lagu Koes Plus di arena Malang Tempo Doeloe (MTD) . Malam itu sekitar dua ratusan lebih massa memadati sekitar lokasi panggung yang digelar oleh KPKA Malang. Pada malam minggu jumlah pengunjung MTD mencapai sekitar dua sampai tiga ribuan orang yang menambah makin rapat dan sesaknya pengunjung festival yang berlangsung setahun sekali ini.
Beat Plus, band pelestari dari Surabaya sudah bersiap dan check sound dua jam lebih awal dari jadwal penampilan. Bahkan para personel Beat Plus sempat mengiringi peserta karaoke lagu-lagu Koes Plus yang siap tampil tetapi peralatan tidak siap secara teknis. Akhirnya peran karaoke digantikan dengan iringan live band oleh Beat Plus. Pkl. 19.00 WIB adalah waktu yang ditentukan oleh panitia untuk Beat Plus menghibur masyarakat penggemar Koes Plus di kota Malang. 
Diawali dengan penampilan band lokal Bintang Band yang tampil unik dan atraktif, panggung parade terasa semakin meriah. Bintang Band saat itu menyajikan lagu-lagu Koes Plus yang dikemas secara improvisasi namun tidak menghilangkan nuansa menghibur bagi yang mendengarkannya. Buat Apa Susah, Andaikan Kau Datang dan Kolam Susu disajikan dengan menarik. Bahkan Sutaryono, vokalis Beat Plus, sempat didaulat untuk berduet nyanyi dengan Agus Basuki, ketua KPKA Malang dengan iringan Bintang Band. Duet lintas kota ini menghadirkan lagu-lagu yang terkesan keras dan garang. Kala-Kala dipilih menjadi lagu pertama bagi duet dua penggemar Koes Plus yang sudah tidak muda lagi ini. Setelah lagu ini penonton meminta mereka berdua bernyanyi lagi. Bahkan yang “lebih ganas” penonton meminta mereka menyanyikan Kelelawar. Akhirnya lagu yang berasal dari album pertama Koes Plus ini dinyanyikan dengan cukup menguras tenaga. Uniknya, di sela-sela lagu muncul salah seorang panitia yang berdandan mirip seorang anggota Densus 88 yang sedang mencari teroris. Sebagai lagu penutup duet, Dara Manisku dinyanyikan dengan disertai koor oleh penonton yang hadir. Sebelum pada akhirnya Beat Plus dengan kekuatan penuh siap tampil di panggung.
Beat Plus membuka penampilan dengan tembang Laguku Sendiri, ciri khas Koes Plus yang membuka show. Berikutnya Malam Ini menjadi pilihan yang tepat untuk menghentak suasana malam minggu yang meriah itu. Beat Plus terdiri dari personel yaitu Sutaryono (rhytym/lead vokal), Sugeng (keyboard/backing vokal), Nuryanto (bass/vokal) dan Yopi (drum). Seakan tak ingin menurunkan emosi penonton yang sudah telanjur naik, I Will Come To You dinyanyikan oleh Sugeng sambil memainkan keyboard. Lagu yang berasal dari album Another Song For You ini mendapatkan perhatian yang meriah dari penonton karena termasuk lagu yang jarang diperdengarkan. 
Vokal Sutaryono terasa begitu bening mengalun di berbagai lagu yang dia nyanyikan. Petikan gitarnya walaupun belum sempurna tapi terus berusaha tampil menyamai Yon Koeswoyo. Sugeng, personel yang paling pendek ini mencoba mengimbangi suasana malam itu dengan penampilan yang maksimal. pada lagu yang berirama beat keras, dia mengambil bagian. Jemu dia lantunkan sambil memainkan melody gitar ala Tonny Koeswoyo. Walaupun tidak mencapai nada setinggi Yok Koeswoyo namun sangat mampu mencuri perhatian pengunjung yang hadir. 
Nuryanto, pemain bass dengan perawakan tinggi dan sedikit botak khas seorang guru juga tidak kalah dengan personel lain. Sutaryono sempat memberi kesempatan bernyanyi pada pria yang seharinya sebagai guru Matematika di sebuah SMP Negeri di Surabaya ini. Sebagaimana Koes Plus, sebuah lagu karya Yok Koeswoyo pun dia nyanyikan. Melepas Kerinduan yang direkam pada tahun 1979 menjadi pilihan untuk dia nyanyikan. Suasana makin meriah ketika Sugeng menimpali dengan iringan interlude keyboard yang mendekati sempurna. Selepas manggung, Nuryanto mengatakan kalau memainkan bass sambil bernyanyi mempunyai kesulitan yang tinggi. Bahkan dia menggambarkan seperti seorang yang menggambar segitiga dengan tangan kanan dan menggambar lingkaran dengan tangan kiri. 
Yopi, personel termuda yang bertugas menggebuk drum kala itu juga seakan menjadi “bintang yang tersembunyi”. Beberapa kali gebukan drumnya mampu membuat penonton terkagum-kagum. Ketukan drumnya begitu pas dengan lagu-lagu yang dinyanyikan. Bahkan dia terkesan mampu sedikit mencuri-curi pada beberapa pukulan. Sehingga walaupun tidak bernyanyi namun mampu membuat penonton mengagumi penampilannya. Sedikit kisah unik, ketika menjelang Beat Plus memulai penampilan personel yang hadir di panggung kurang satu. Yopi, sang drummer tidak juga muncul selama sekitar sepuluh menit. MC sempat beberapa kali memanggil namun tidak juga datang, Sutaryono beberapa kali memanggil melalui mik dan menelepon namun tak juga muncul. Pada akhirnya ketika datang di panggung dia mengaku kalau tidak dapat menahan sakit perut, sehingga harus mengungsi ke toilet umum. Penonton pun tertawa mendengar pengakuan itu. Wah, ada-ada saja....
Saat Beat Plus menggeber lagu-lagu yang berirama nge-beat macam Hari Minggu, beberapa penonton yang berasal dari kalangan anak muda langsung menyerbu depan panggung untuk berjingkrak bersama mengikuti irama lagu. Satu anak muda ber-pogo ria diikuti teman-teman yang lain sampai sepuluh orang asyik bergoyang menikmati lagu-lagu yang disajikan Beat Plus. Bahkan pada barisan lain jauh di belakang, terdapat beberapa panitia yang bertugas sebagai keamanan juga ikut bergoyang ketika Beat Plus menyanyikan lagu-lagu yang riang. Seakan mengerti kemauan penonton, Beat Plus berikutnya mendendangkan Mengapa, sebuah lagu berirama dangdut untuk menambah semarak suasana malam itu. Beberapa penonton yang berjoget pun semakin banyak dan makin menambah marak suasana hiburan rakyat saat itu. 
Pada akhir penampilan, beat Plus mencoba menampilkan sebuah sensasi. Sutaryono mendendangkan Kembali Ke Jakarta yang di medley dengan massachuset milik Bee Gees dan berakhir lagi dengan bagian coda Kembali Ke Jakarta. Sesaat setelah personel Beat Plus turun panggung, MC sempat menyampaikan akalu ada penonton yang sempat bertanya mengapa lagu Koes Plus kok disambung dengan lagu lain. Sutaryono, sang vokalis pun akhirnya harus kembali ke panggung untuk menjelaskan bahwa itu hanya bagian dari entertain dan inovasi semata yang kebetulan nada pada lagu itu hampir sama dan nyambung. Tidak ada maksud untuk merusak lagu Koes Plus tentunya. 
Sedikit menjadi catatan adalah sebaiknya pada bagian interlude, vokalis tidak perlu mendendangkan “la la la” supaya tidak mengurangi keindahan pada lagu yang ditampilkan. Demikian juga panitia seharusnya memperhitungkan segi keamanan, karena setiap ada kerumunan massa tentu tidak bisa dihindari adanya konflik. Pada penampilan band sesudah Beat Plus sempat terjadi keributan fisik sesama penonton yang bersenggolan kala sedang berjingkrak menikmati lagu-lagu Koes Plus yang disajikan. Untung saja suasana dapat reda dengan sendirinya saat penonton lain yang benar-benar datang untuk menikmati hiburan tidak terpancing barisan anak-anak muda yang terlibat konfilk di barisan depan. Saat itu sebagai band penutup tampil Kotalama band yang dipimpin oleh Taufik Hendrasno, dari Lawang.
Lagu-lagu yang disajikan oleh Beat Plus saat itu antara lain : laguku Sendiri, Malam Ini, Manis Dan Sayang, Hari Ini Dan Nanti, Bahagia Dan Derita, Bunga Di Tepi Jalan, Hidup Yang Sepi, Kau Datang Lagi, I Will Come To You, Hari Minggu, Mengapa, Why Do You Love Me, Melepas Kerinduan, Medley : Tul Jaenak + Aja Nelongso + Yo Ben, Medley : Kembali ke Jakarta + Massachuset.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai liputan penampilan Beat Plus dari JN Surabaya. Mohon maaf bila terdapat kata dan kalimat yang kurang berkenan dalam tulisan ini. Terima kasih atas perhatiannya. Merdeka…!!!


Sutaryono, lead vocal Beat Plus


Nuryanto, menyanyikan Melepas Kerinduan


Sugeng, mendendangkan I Will Come To You


Yopi, beraksi memainkan drum

Sutaryono duet dengan Agus Basuki, ketua KPKA

Senin, 24 Mei 2010

Reportase JINUSS di Festival Band KPKA Malang

“ Berikutnya kami panggilkan peserta dari Surabaya…JINUSS band…!!!” sebuah panggilan dari pembawa acara yang mengantarkan JINUSS, band pelestari dari Surabaya untuk tampil di panggung festival band lagu Koes Plus. Sabtu, 22 Mei 2010 JINUSS peserta dengan nomor urut 20 siap untuk mengikuti festival yang diselenggarakan oleh KPKA Malang dalam even Malang Tempo Doeloe. 
Kontingen JINUSS berangkat menggunakan Kereta Api Penataran tujuan Blitar pkl. 07.40 WIB dari Stasiun Gubeng dengan disertai pengurus JN Surabaya. JINUSS band merupakan band pelestari yang baru terbentuk pada bulan Maret 2010 dan sudah memiliki tekad untuk memeriahkan acara festival band Koes Plus semaksimal mungkin.
Siang itu pkl. 13.45 WIB JINUSS siap di panggung dengan kostum kaos berkerah warna biru muda. Personel yang ada pun sudah siap untuk menggebrak panasnya kota Malang dengan lagu-lagu Koes Plus yang sudah disiapkan. Formasi JINUSS saat itu terdiri dari : Soeyitno (rhytim/vokal), Bagus Nusanto (bass), Fandy (drum), Budi Santosa (keyboard/melody gitar) dan Juanam (vokal II). Kelima personel ini memang terlihat sudah senior namun gaya bermusik mereka tidak bisa diremehkan begitu saja oleh generasi di bawah mereka.
Panitia memberikan jatah tampil tiap band untuk membawakan 3 lagu dengan komposisi 2 lagu wajib dan 1 lagu bebas. Adapun yang menjadi lagu wajib adalah : Nusantara (bebas), Kolam Susu, Bis Sekolah, Manis Dan Sayang dan Da Silva. JINUSS memilih Nusantara dan Da Silva sebagai lagu wajib serta Laguku Sendiri sebagai lagu pilihan yang dibawakan. Pembawa acara yaitu Supriyadi sedikit memberi keterangan tentang band ini saat JINUSS masih mempersiapkan diri di panggung. Pak Pri (panggilan Supriyadi) menyatakan kalau salut dengan kehadiran komunitas Koes Plus dari Surabaya yang mau hadir dan berpartisipasi pada even itu.
Ketika semua personel sudah selesai menyesuaikan dengan kondisi alat musik yang ada, tibalah saatnya untuk memperkenalkan diri. Suyitno , sang vokalis bertugas untuk memperkenalkan diri masing-masing personel. Setelah menyampaikan salam pembuka, pertunjukan pun dimulai. Nusantara V yang diambil dari album Pop Indonesia vol.11 dibawakan dengan begitu kompak, padu dan menghibur. Perpaduan melody gitar yang dipetik Budi seakan menyatu dengan bass yang dibetot oleh Bagus. Hasilnya, Nusantara V pun terdengar begitu akrab di telinga penonton yang memenuhi kawasan panggung yang terletak di barat gereja jl. Ijen itu. 
Tepuk tangan pun begitu riuh menyambut lagu pertama yang sukses dibawakan oleh JINUSS. Berikutnya sebuah lagu romantik yang bernuansa patriotik yaitu Da Silva meluncur dengan gebukan drum Fandi sebagai pembuka. Lagu yang berlatar belakang kisah Koes Plus saat melawat ke Timor Timur ini mengalun dengan begitu manis. Petikan gitar Budi makin menambah keperkasaan lagu ini yang mengingatkan orang saat beredarnya album History Of Koes Brother pada 1976. Bahkan bagi pengunjung yang saat itu menyaksikan penampilan band ini secara langsung maka akan mengingatkan permainan Budi Santosa pada gaya seorang Tonny Koeswoyo. Alunan gitarnya begitu serasi dan seakan tak kehilangan khas dari lagu aslinya.
Usai Da Silva mengalun, Suyitno berkata bahwa berikutnya adalah sebuah lagu terakhir yaitu Laguku Sendiri. JINUSS meracik tembang yang biasanya dijadikan lagu pembuka pada masa kejayaan Koes Plus ini dengan begitu kreatif. Pada putaran pertama, Laguku Sendiri disajikan versi Koes Bersaudara selanjutnya pada bagian kedua lagu ini dibawakan dengan versi album The best of Koes. Walaupun begitu penonton tetap tidak kehilangan nuansa khas pada lagu ini.
Usai membawakan tiga lagu yang menjadi ketentuan festival, MC kembali maju untuk menahan JINUSS supaya tidak segera turun panggung. Saat itu pembawa acara mengatakan bahwa ada permintaan dari dewan juri untuk JINUSS menambah sebuah lagu lagi. Lagu yang dibawakan boleh dipilih antara Tak Usah Kau Sesali atau Kau Datang Lagi (versi History). Request dipenuhi dengan menyetuji Kau Datang Lagi sebagai lagu yang siap dibawakan mengingat lagu ini sering mereka nyanyikan ketika latihan. Perpaduan vokal Suyitno dan Juanam seakan mengingatkan orang pada duet abadi, Yon dan Yok Koeswoyo. Kau Datang lagi dibawakan dengan baik. Selanjutnya untuk benar-benar mengakhiri penampilan, JINUSS menyanyikan Selamat Tinggal (versi The Best) pada penonton semua sambil mengucapkan selamat tinggal kota Malang.
Menjelang pkl.14.30 WIB JINUSS akhirnya turun panggung dengan diiringi tepuk tangan penonton dan kepuasan yang memancar pada wajah kelima personel ini. Seakan baru saja melepaskan beban yang sangat berat, para personel JINUSS pun selanjutnya berjalan-jalan menikmati suasana pameran dan pertunjukan yang disajikan dalam festival Malang Tempo Doeloe. Belakangan, panitia menyatakan mereka sebagai juara keempat pada festival band Koes Plus tahun 2010 ini.
Sedikit catatan yang perlu kami sampaikan sebagai koreksi pada liputan ini. Personel JINUSS yang begitu kompak seharusnya bisa memperbaiki pada segi penyajian syair lagu. Seringkali “tukang suara” pada band ini tidak begitu hafal pada lagu yang dinyanyikan. Harmonisasi musik pada lagu seakan menjadi tidak padu ketika lagu yang diucapkan oleh vokalis tidak berbunyi pas sesuai syair aslinya. Apabila kekeliruan terjadi sekali dua kali mungkin masih bisa dimaklumi, tapi ketika beberapa lagu tidak diucapkan dengan begitu sempurna maka akan mengusik kenikmatan lagu itu sendiri. Hal ini masih mungkin untuk dimengerti mengingat salah satu “tukang nyanyi” berusia mendekati 60 tahun yang membuat daya ingat pada syair kurang begitu sempurna. Tapi tidak mengapa, tetap berlatih terus pak.
Hal lain yang perlu menjadi catatan bagi panitia adalah perlu adanya kriteria dan ketentuan yang tepat untuk emngikuti festival band ini. Hal ini dipandang perlu mengingat band yang dipertandingkan tidak ada batasan apakah versi original atau improvisasi. Sehingga ketika JINUSS tampil mendekati sesuai lagu aslinya ada kasak-kusuk diantara panitia bahwa seharusnya JINUSS tidak perlu mengikuti festival. Mereka memandang bahwa JINUSS sudah layak masuk pada kategori band pelestari Koes Plus bukan band peserta lomba. Menurut mereka JINUSS selayaknya tampil di sesi parade yang digelar pada malam hari. 
Penampilan JINUSS yang begitu bagus itu yang membuat mereka hampir terkena diskualifikasi karena bermain bukan pada tempatnya. Namun yang perlu juga diketahui adalah penampilan JINUSS diusahakan begitu baik tentu karena mereka sudah berlatih dengan keras untuk mengikuti even festival ini dan supaya tampil tidak mengecewakan. Apabila dipandang sebagai band yang sudah mahir, tentu belum terlalu layak mengingat usia mereka masih dua bulan dan baru sekali manggung pada even tertutup. Sehingga even festival ini menjadikan sarana bagi mereka untuk menambah catatan “jam terbang” yang kedua kalinya. 
Tiada sesuatu yang abadi dan sempurna di dunia ini, bagaimana pun juga kami atas nama JN Surabaya dan JINUSS mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh KPKA Malang. 


Suyitno beraksi didampingi Budi Santosa


Fandi, permainan drumnya sudah mengarah ke Murry.


Budi Santosa beraksi seperti Tonny Koeswoyo.

Rabu, 19 Mei 2010

Kilas Balik Keroncong Pop vol. 1


“ Siapa itu..oh..ku tak tahu..oh..siapa itu..” Untaian baris kalimat ini seakan begitu populer pada pertengahan dekade tahun 1970-an. Saat itu Penyanyi Tua yang menjadi judul lagu ini merupakan salah satu lagu yang sangat populer. Kemunculan lagu yang terdapat dalam album Pop Keroncong vol. 1 ini pun terkesan begitu monumental dan fenomenal. Tak luput juga kemunculan album ini pun sempat menjadi pembicaraan yang tak kunjung reda saat itu.
Kontroversi dan penuh sensasi. Itulah kesan yang muncul saat album yang bertitel Keroncong Pop Vol. 1 Koes Plus ini. Betapa tidak, Koes Plus yang saat itu dikenal sebagai pencetak hits pop, tiba-tiba saja meluncurkan album yang berirama keroncong. Bagi yang setuju, akan merasakan bahwa Koes Plus merupakan sebuah grup yang mewariskan nilai budaya bangsa dengan mempopulerkan irama keroncong. Tapi bagi yang kontra, akan merasa bahwa Koes Plus “merusak” pakem musik keroncong. Sebagaimana kita ketahui, saat itu musik keroncong seakan terabaikan dengan munculnya hingar bingar musik rock yang sudah melanda bangsa Indonesia. Keroncong merupakan “jatah” musiknya golongan tua sebagaimana anggapan yang masih berlaku saat ini. Tak heran ketika Mus Mulyadi bahkan Koes Plus mencoba menawarkan musik keroncong dengan dibalut nuansa yang modern, banyak pihak yang tidak terima. Kemunculan Mus Mulyadi yang merombak Dewi Murni sudah menjadi kontroversi, demikian juga ketika Koes Plus memunculkan album ini pun tak luput dari kritik tajam para penikmat musik keroncong.
Tapi bukan Tonny Koeswoyo namanya bila menyerah begitu saja di tengah jalan. Dengan tak putus asa, dia bersama adik-adiknya terus melaju menawarkan sebuah karya Koes Plus yang di luar biasanya. Pada bulan Mei 1974, album Keroncong pop ini muncul dan diterima masyarakat penngemar Koes Plus dengan sangat baik. Banyak lagu-lagu yang pada akhirnya menjadi hits. Selain Penyanyi Tua yang merupakan karya Koeswoyo Senior, ada banyak lagi lagu yang bisa menjadi andalan pada album ini. Tonny Koeswoyo bernyanyi dengan vokal yang mendayu dan penuh penghayatan pada lagu Surat Pertama. Yon Koeswoyo pun memiliki sebuah lagu yang beliau nyanyikan secara lantang pada lagu Kutunggu-Tunggu. Yok Koeswoyo yang biasanya tampil dengan lagu-lagu berirama beat, kali ini membawakan lagu ciptaannya yang sangat melankolis pada Demi Kasih Sayangnya. Tak ketinggalan, sebagaimana yang sering kita cari pada setiap membeli kaset Koes Plus saat itu, Murry pun juga menciptakan dan membawakan sebuah lagu sendu yaitu Lagu Kesayangan. Lengkaplah sudah keempat pionir musik Indonesia ini ternyata tidak hanya piawai memainkan musik yang membuat orang gembira, berjingkrak dan bergoyang. Tapi juga sebuah musik yang membuat orang menjadi teringat akan masa-masa indah romantika dengan musik yang begitu tenang.
Koes Plus tidak hendak merusak tatanan musik keroncong. Pada album ini sudah jelas tertulis keroncong pop. Sehingga apapun terjadi tetap nuansa musik pop itu yang akan merasuk di album keroncong yang mereka sajikan. Bahkan pada album ini, mereka lebih suka menggunakan alunan keyboard farfisa yang tidak biasa digunakan pada musik-musik keroncong konvensional.
Sudah 36 tahun berlalu, yang ada pada album ini adalah lagu-lagu yang sekarang menjadi kenangan dan nostalgia tersendiri. bahkan bila hits lagu ini dinyanyikan oleh Yon Koeswoyo akan menjadi unik terasa geli bila kita dengarkan karena akan mendapatkan tambahan pada baris akhir lagu itu seperti ini “ siapa itu oh aku sendiri..siapa itu oh..aku sendiri..”
Keroncong pop vol.1 Koes Plus berisikan 12 lagu yaitu : Penyanyi Tua, Andaikan, Demi Kasih Sayangnya, Kutunggu-tunggu, Hanya Engkau, Aku Mencari, Senja Demi Senja, Lagu Kesayangan, Kubernyanyi, Surat Pertama, Gadis Ayu dan Lamunanku.
Salam Jiwa Nusantara,

Okky T. Rahardjo
(ketua JN Surabaya-085645705091)

Sabtu, 15 Mei 2010

JINUSS, dari rencana tampil 2 lagu jadi 20 lagu

Siang itu cuaca kota Sidoarjo sedang dilanda hujan deras. Kontingen JN Surabaya yang berangkat dari berbagai penjuru pun juga tidak luput terkena hujan deras yang mengguyur mulai pagi. Kamis, 13 Mei 2010 itu bertepatan dengan hari libur nasional JN Surabaya sedang berusaha hadir untuk memenuhi undangan dari salah seorang anggota baru yang mendirikan studio musik yang berlokasi di kota udang Sidoarjo.
Kontingen JN Surabaya berangkat secara sporadis sesuai kesepakatan masing-masing. Pengurus berangkat melalui sekretariat di kawasan Kedung Turi, JINUSS band berangkat bersama dengan berkumpul di stasiun Gubeng, dan ada juga anggota yang langsung berangkat dari Gresik dan Sidoarjo. Hujan deras tidak menyrutkan niat rekan-rekan JN Surabaya untuk menghadiri undangan istimewa pada hari itu.
          Hari itu seorang anggota baru yaitu, Dr. Winaryo sedang mengadakan peresmian pembukaan studio kursus musik. Studio yang bernama double’ d music ini berlokasi di kawasan Pondok Mutiara Sidoarjo (depan RS. Delta Surya). Acara direncanakan mulai pkl.11.00 WIB dengan undangan istimewa yaitu rekan-rekan yang tergabung dalam JN Surabaya. Namun mengingat hujan yang menghambat kedatangan pengurus JN Surabaya maka acara dimulai pkl.11.25 WIB. Saat itu kontingen JN Surabaya yang hadir antara lain Sutaryono, Hery “Herdon” Purwanto, Kusyanto, Sam Sugeng, Okky TR, Suryanto dan Sugianto. Selain juga JINUSS band. Setelah semua undangan hadir dan persiapan dirasa cukup, maka acara pun dimulai. MC siang itu membuka dengan penjelasan singkat akan maksud diadakannya pertemuan siang itu. MC yang memperkenalkan diri sebagai mantan penyiar radio saat itu menyatakan kalau sang tuan rumah adalah penggemar Koes Plus maka tak heran kalau ketika semasa dia masih siaran, Dr. Win ini sering request lagu Koes Plus terutama Why Do You Love Me.
         Setelah pembukaan oleh MC dan doa oleh salah seorang pemuka agama, acara berikutnya adalah sambutan pertama yang disampaikan oleh Dr. Winaryo selaku tuan rumah. Beliau menyatakan perasaan bangga dan bahagia karena pada hari itu dapat mewujudkan meresmikan studio musik yang juga dihadiri oleh rekan-rekan penggemar Koes Plus. Beliau menyatakan bahwa kesukaan pada Koes Plus membuat ingin sekali menyalurkan dalam bentuk mendirikan studio musik yang pada akhirnya nanti dapat membentuk band yang terdiri dari siswa yang berlatih di tempat tersebut. Kegemaran pada Koes Plus makin terasa terlampiaskan dengan puas manakala dapat bergabung dengan Jiwa Nusantara Surabaya.
Kesempatan berikutnya adalah sambutan yang diberikan pada ketua JN Surabaya. Saat itu MC menyatakan kalau dari tadi disebutkan bahwa Dr. Win ini sangat suka akan Koes Plus, maka bagi para hadirin bila ingin lebih mengenal tentang Koes Plus dapat menyimak sambutan yang akan disampaikan oleh ketua JN Surabaya. Mengenakan pakaian hitam berlogo Koes Plus dari cover album volume 7, ketua JN Surabaya mengawali sambutan dengan ucapan selamat atas diresmikannya studio musik yang diharapkan dapat menumbuhkan musisi-musisi baru dari Jawa Timur yang dapat bersinar di bumi Nusantara tercinta.
        Saat itu juga disampaikan sekilas mengenai JN Surabaya, sebagai komunitas penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus beserta visinya. Visi tersebut yaitu yang pertama adalah melestarikan karya musik Koes Bersaudara dan Koes Plus beserta tingkatan sejenisnya (No Koes, Murrys Group, Chicha Koeswoyo, Junior,dll). Ketua JN Surabaya menunjukkan sebuah kaset Koes Bersaudara album Angin Laut sebagai salah satu bukti bentuk dokumentasi yang dimiliki JN Surabaya. Visi berikutnya adalah menjadi perekat bangsa yang menyatukan semua penggemar Koes Plus dari berbagai elemen dan latar belakang. Pada kesempatan itu disampaikan juga sebuah pernyataan selamat dalam bentuk kertas berlogo JN Surabaya dan dua cd album The Best of Koes sebagai bentuk aprsiasi dan kenang-kenangan kepada Dr. Winaryo selaku tuan rumah.
       Setelah penampilan home band, tibalah giliran band pelestari Koes Plus dari Surabaya yang tampil. Saat itu JINUSS band sebagai band undangan tampil dengan kekuatan penuh. JINUSS band hadir dengan formasi : Budi Santosa (keyboard/lead guitar), Suyitno (rhytym/lead vocal), Bagus Nusanto (bass), Fandy (drum) dan Djuanam (backing vokal). Pada kesempatan itu JINUSS sebenarnya diberi kesempatan untuk menampilkan 2-3 lagu Koes Plus sebelum akhirnya makan siang. Namun karena antusias pengunjung yang begitu besar untuk menyaksikan lagu-lagu Koes Plus didendangkan membuat acara makan siang jadi tertunda.
Suyitno selaku vokalis mengawali dengan menyampaikan selamat atas diresmikannya studio kursus musik yang memiliki sebutan d’d music itu. Vokalis yang di komunitas facebook memiliki nama Leo Putra Negara ini menyatakan kesiapannya untuk menghibur penggemar Koes Plus dan para undangan yang saat itu hadir. JINUSS band membuka penampilan dengan lagu fenomenal yaitu Andaikan kau Datang.
      Selanjutnya Sutaryono (personel Beat Plus) yang saat itu juga hadir ikut maju menyumbangkan suara pada lagu Da Silva. Ketika lagu itu didendangkan, suasana menjadi cair setelah sebelumnya sempat mengalami gangguan pada keyboard. Winaryo ternyata juga tidak mau ketinggalan. Sebagai pembuktian bahwa dia suka Koes Plus, maka lagu yang dia nyanyikan adalah Janjimu yang jarang sekali didendangkan oleh Koes Plus formasi terbaru ini. Secara manis berikutnya meluncur lagu-lagu yang sudah tidak asing di telinga penggemar Koes Plus. Kota Lama dibawakan secara bagus dan penuh suasana nostalgia. Dari barisan pengunjung arah belakang terdengar teriakan request lagu Kolam Susu. Jadilah lagu itu dibawakan yang membuat suasana makin gembira dan meriah.
      JINUSS band membuktikan jati dirinya sebagai band pelestari baru yang tidak layak diremehkan. Hampir semua permintaan pengunjung dapat dipenuhi dengan baik. Bahkan setelah sekian lagu ditampilkan dan terpotong jeda makan siang, tampaknya hadirin masih menghendaki penampilan band yang dulu bernama Harbano ini. Pada penampilan sesi kedua JINUSS memberikan kesempatan pada hadirin dan kontingen JN Surabaya yang ada untuk maju bernyanyi. Pengurus dan anggota yang hadir pun tampak antusias bernyanyi diiringi JINUSS. Koesyanto, bendahara JN Surabaya menyumbangkan lagu Kau Bina Hidup Baru. Sam Sugeng yang menjabat sebagai sie sosial bernyanyi pada lagu Bertemu Kembali. Suryanto dari Gresik maju menyanyikan Jangan Berulang Lagi, Sugianto yang juga berasal dari Gresik mendendangkan Mawar Bunga. Bahkan ketua JN Surabaya, yang biasanya tidak mau bernyanyi di panggung, saat itu ikut menyumbangkan suaranya pada lagu Terlambat. Acara ditutup dengan lagu Kapan-Kapan yang dinyanyikan bersama Dr. Winaryo dan kontingen JN Surabaya yang hadir.
        Sedikit yang menjadi catatan bagi JINUSS adalah permainan Fandy yang saat itu seakan menjadi bintang tersendiri. permainan drumnya sangat kental dengan “khas Murry”. Semua ketukan drum yang dia mainkan seakan mengingatkan orang pada kaset asli lagu yang sedang dimainkan. Budi Santosa yang memainkan keyboard dan gitar pun juga sudah menjadi nilai lebih pada grup ini, demikian juga permainan bass Bagus yang sudah semakin padu dengan lagu yang dimainkan. Sedikit masukan hanya pada penampilan Suyitno dan Djuanam yang saat itu menggunakan pakaian seadanya pada acara yang bersifat semi-formal itu. Sehingga menjadi kurang sedap dipandang ketika tampil di panggung. Namun semua itu tidak menyurutkan                    JINUSS untuk tetap semangat memainkan lagu-lagu legendaries karya Koes Plus.
Pada akhirnya yang mengejutkan sekaligus membanggakan adalah jatah tampil yang semula diberikan oleh MC sebanyak 2-3 lagu menjadi lebih dari 20 lagu yang dibawakan oleh JINUSS. Semua terjadi secara spontan begitu saja mengikuti arus penggemar Koes Plus yang ingin dimanjakan dengan tembang-tembang dari grup legendaris itu. Sehingga acara yang secara keseluruhan selesai pada pkl.15.00 WIB itu dapat memuaskan semua yang hadir.
       Berikut adalah lagu-lagu yang ditampilkan JINUSS. Sesi I : Andaikan Kau Datang, Da Silva (Sutaryono), Janjimu (Winaryo), Kota Lama, Kolam Susu, Manis Dan Sayang, Kr. Pertemuan, Cinta Mulia, Ojo Nelongso, Tul Jaenak, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Selamat Tinggal.
Sesi II : Jangan Berulang Lagi (Suryanto), Bahagia Dan Derita, Mawar Bunga (Sugianto), Kau Bina Hidup Baru (Koesyanto), Bertemu Kembali (Sam Sugeng), Cinta Buta, Buat Apa Susah (Sutaryono), Tiada Kata Terlambat, Tangis Di Hatiku, Terlambat (Okky T.R.), Kapan Lagi (Winaryo), Kapan-Kapan.
       Demikian reportase yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf bila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan pada tulisan ini. Doa dan harapan kami adalah sukses selalu untuk JINUSS selaku band pelestari Koes Plus di kota Surabaya.

(Okky Rahardjo-085645705091)

Senin, 10 Mei 2010

Murry bersama sahabat






Pengurus JN Surabaya pose bersama Murry































Murry bersama M.Achwan, sahabat masa kecil.




































Ketua Jn Surabaya pose bersama Murry



















"Hallo Mojokerto...."


















Ivan bermain drum ditunggu oleh seniornya.

Sahabat JN Surabaya

























































































































Reporatse dalam gambar show Murrys Group





Suasana panggung saat sang legenda bernyanyi

















Arwet bergaya seperti Yon Koeswoyo
















Arief memainkan keyboard ala Tonny Koeswoyo























Iwon, mantan personel Mans Group beraksi solo gitar














Heru malam itu atraktif sekali menirukan gaya Yok Koeswoyo











Ivan sedang beraksi memainkan drum