Selasa, 26 Juli 2011

Mengingat Album Koes Plus Volume 11




Saat ini bulan Juli, yang bila kita lihat pada diskografi Koes Plus maka diantaranya akan kita dapati sebuah album fenomenal yang pernah diterbitkan pada bulan ini. Pada tahun 1974 lalu, tepatnya pada bulan Juli Koes Plus di bawah bendera perusahaan rekaman Remaco mengeluarkan album serial Pop Indonesia yaitu vol. 11. Pada album ini kita akan melihat kematangan Koes Plus dalam memainkan dendang musik dan lagu. Lirik yang dihasilkan pun tidak bisa dibilang sembarangan. Bahkan kualitas penciptaan lagu pun sudah mulai “merata dan stabil”. Artinya, sebagaimana pada beberapa album sebelumnya keempat personel Koes Plus sudah mulai urun membuat karya masing-masing tanpa didominasi oleh Tonny Koeswoyo lagi.

Album edisi sebelas ini memiliki banyak kekuatan tersendiri yang masing-masing kita tentu akan memiliki apresiasi berbeda pada setiap lagunya. Beberapa hal istimewa yang bisa kita pelajari dari album ini antara lain yaitu pada lagu Nusantara V. Semua kita sudah hafal betul kalau yang empunya lagu ini adalah Yok Koeswoyo. Artinya, karya lagu bertema Nusantara tidak lagi dimonopoli oleh seorang Tonny Koeswoyo. Memang Yok sudah membuat lagu Nusantara sejak vol. 9, namun bisa dibilang sekuel kelima ini termasuk yang istimewa. Musiknya menarik, liriknya cerdas dan ungkapan pujian yang dilantunkan pun tidak terasa hambar. Kita serasa dibawa keliling negeri tercinta ini selama lebih kurang tiga menit melalui lagu yang dibawakan secara bersahut-sahutan ini.

Belum habis kekaguman kita akan lagu Nusantara V, Yon Koeswoyo membuat gebrakan dengan menciptakan sebuah lagu yang berirama mandarin. Kota Lama adalah lagu yang sampai saat ini membawa kesan di hati para pendengarnya. Bahkan sampai saat ini banyak yang dibuat penasaran dengan apa yang dimaksud Kota Lama pada lagu ini. Dulu orang tua saya mengira bahwa Kota Lama ini terinspirasi dari nama sebuah daerah di kota Malang, tempat kelahiran orang tua saya. Tapi sekian lama ternyata anggapan saya tersebut terpatahkan ketika ada yang mengatakan Kota Lama yaitu menunjuk pada sebuah wilayah yang terletak di kota Semarang. Belum habis rasa penasaran itu, ada seorang rekan yang dekat dengan personel Koes Plus mengatakan bahwa Kota Lama menunjuk pada sebuah daerah yang sering dilewati oleh Yon Koeswoyo saat menuju lokasi studio rekaman. Tapi yang jelas, teman-teman di kota Malang dan Semarang pasti pernah merasa “ge-er” ketika mendengarkan lagu ini. Karena meng-klaim bahwa ini yang dimaksud adalah salah satu wilayah di kota mereka.

Hal lain di balik itu, musik dalam lagu ini yang berirama Mandarin boleh jadi merupakan trend kala itu yang sedang “demam dengan lagu-lagu Mandarin”. Kita ingat Titiek Sandhora pernah menyanyikan lagu Gunung Fujiyama yang berirama Mandarin. Bahkan beberapa group musik populer pun sempat rekaman dengan lagu-lagu Pop Indonesia berbahasa mandarin. D’Lloyd, The Mercys dan Madesa adalah contoh band yang terjebak dalam tekanan produser untuk merekam Pop Mandarin. Tonny Koeswoyo saat itu konon menolak arus komersialisme ini dengan hanya merekam satu lagu saja yang berirama Mandarin, tidak perlu sebuah album khusus.

Kekuatan vokal Yon Koeswoyo nampak sekali dieksploitasi secara luar biasa pada lagu-lagu dalam album ini. Hampir 90 % lagu-lagu pada volmue 11 ini dinyanyikan oleh pria yang memiliki kegemaran melukis ini. Apa Salahku dan Aku Terharu menunjukkan betapa Yon Koeswoyo yang saat itu dijuluki “suara emas” benar-benar merupakan seorang vokalis sejati di jamannya. Vokal yang terasa begitu jernih dan terang membuat Koes Plus mudah dikenali melalui ciri khas vokal Yon Koeswoyo.
Yok Koeswoyo dalam album ini menyumbangkan sebuah lagu yang mengandung suasana duka. Lagu yang berjudul Maria itu merupakan ungkapan isi hati seorang pria yang ditinggal pergi isterinya menghadap ke alam baka. Kepergian yang begitu tragis itu mengakibatkan Yok sangat terpukul sehingga siapa pun yang mendengarkan lagu ini akan merasakan penghayatan yang begitu dalam dari seorang penyanyinya. Tanpa terasa kita pun juga akan terbawa hanyut dalam suasana emosionil sampai menitikkan air mata. Konon dalam pembuatan klip lagu ini di studio TVRI, Yok Koeswoyo sampai berkali-kali harus dipapah karena pingsan. Tak kuat menahan haru mengenang kepergian isteri tercinta, Sonya Maria Tulaar. Tembang abadi ini menjadi salah satu keksukaan penggemar Koes Plus hingga saat ini.

Koeswoyo Senior kembali mempercayakan sebuah lagu karyanya yang kali ini berirama keroncong untuk direkam oleh Koes Plus. Yon Koeswoyo selalu mendapatkan kepercayaan untuk menyanyikan lagu karya ayah tercinta. Ku Sendiri merupakan lagu yang kontemplatif, melankolis namun tidak terkesan cengeng. Sederhana namun penuh makna, hal itu merupakan ciri khas karya lagu Koeswoyo Senior.

Murry yang biasa kita cari pada setiap kaset Koes Plus kali ini tidak bernyanyi. Beliau hanya menyumbangkan karya lagu untuk dinyanyikan oleh personel Koes Plus yang lain. Percayalah dan Jangan Marah merupakan dua buah lagu karya Murry yang bernuansa riang dan penuh optimis. Tentu lagu-lagu tersebut sudah pasti mendapatkan sentuhan tangan dingin sang maestro, Tonny Koeswoyo. Sebagaimana kita ketahui bahwa Tonny Koeswoyo yang selalu ikut mengolah lagu karya Murry sehingga tidak terasa monoton.
Kaset volume 11 ditutup oleh sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Tonny Koeswoyo yaitu Hai kasihku. Sederhana sekali aransemen musiknya tapi selalu membuat kita terngiang akan suara khas beliau sampai hari ini. Vokal yang tipis dan melengking, menjadi akrab terdengar di kuping. Tonny Koeswoyo melantunkan lagu ini dengan gaya bahasa beliau yang khas, yaitu pengulangan rima yang sama pada akhir kalimat lagu. Selalu diakhiri dengan “huruf U”, itu yang bisa kita tangkap pada lagu ini.

Coba kita simak sebentar pada cover kasetnya. Sederhana sekali posenya, bukan ? Tidak terkesan dibuat-buat. Tampil apa adanya sebagaimana layaknya seorang Indonesia. Walaupun baju yang dikenakan konon saat itu termasuk yang mahal harganya. Tapi cukup membuat kita punya image bahwa Tonny Koeswoyo sering pakai kaos lorek-bergaris. Bahkan bila kita jeli, kita pasti teringat juga dengan cover album Koes Plus Pop Jawa vol. 2 yang hanya beda pose saja.

Album Koes Plus vol. 11 ini tentu menimbulkan banyak kesan tersendiri di hati kita. Bila ditanyakan apa yang merupakan lagu kesukaan, tentu sangat beragam sekali jawabannya. Jujur saya dari dulu suka dengan vokal Yon Koeswoyo yang genit di lagu Kota Lama. Bagaimana dengan anda, apa lagu yang anda sukai di album ini ?

Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya-085645705091 )

Senin, 25 Juli 2011

Catatan Pertemuan JN Surabaya dan Aku Cinta Koes Plus di Tulungagung



Minggu pagi, 24 Juli 2011 beberapa pengurus JN Surabaya berkumpul di depan SMA Santo Yoseph Surabaya. Hari itu dengan kesepakatan berkumpul sebelum pkl. 06.00, kami bersiap diri menuju ke kota Tulungagung sebagai perwakilan dalam acara temu penggemar Koes Plus. Saat itu dengan mengenakan seragam pengurus warna merah, kontingen JN Surabaya mulai meninggalkan kota Surabaya dengan menggunakan mobil sewaan. Hadir sebagai kontingen JN Surabaya adalah Sam Sugeng & isteri, Koesyanto dan ketua JN Surabaya beserta isteri.

Tulungagung merupakan tujuan keberangkatan kami karena JN Surabaya mendapatkan undangan khusus dari komunitas penggemar Koes Plus yang berada di daerah Tulungagung dan sekitarnya. Radio Perkasa FM merupakan penyelenggara acara temu penggemar Koes Plus. Radio yang terletak di kawasan jl. Mayor Sujadi 22 Tulungagung ini memiliki program siaran lagu-lagu Koes Plus yang bernama “ Kolam Susu”. Acara ini berlangsung setiap hari minggu pkl. 15.00 s/d 18.00 Wib. Melalui program siaran ini terbentuklah komunitas penggemar yang bernama Aku Cinta Koes Plus ( ACK ) yang difasilitasi oleh Radio Perkasa. ACK ini meliputi wilayah Tulungagung dan sekitarnya yaitu Tulungagung, Kediri, Trenggalek dan Blitar. Hari minggu itu mereka mengadakan temu penggemar Koes Plus.

Kontingen JN Surabaya tiba di lokasi acara pkl. 09.40 saat suasana lokasi masih belum seberapa ramai dan beberapa orang panitia sibuk mempersiapkan acara. Setiba di lokasi Radio Perkasa, kami disambut oleh Dinda yang merupakan penyiar acara Kolam Susu. Tidak lama kemudian, menyusul beberapa warga JN Surabaya yang juga hadir tapi tidak bersamaan. Mispomo, Pembina The Bottles band hadir karena sedang berada di rumah keluarga di Tulungagung. Juga menyusul Didik B Jauhari yang baru bergabung karena semalam sebelumnya ada acara di Nganjuk. Jadilah saat itu komunitas JN Surabaya siap meramaikan acara yang diadakan oleh penggemar Koes Plus di Tulungagung.

Pkl. 10.00 lebih sedikit acara dimulai. Satu per satu peserta hadir yang kebanyakan berasal dari luar kota Tulungagung yaitu Kediri, Trenggalek, Biltar dan Pandaan. Acara dibuka dengan penampilan GP Plus yang merupakan band pelestari dari kota Tulungagung. GP Plus didirikan pada 2003 dengan kepanjangan Generasi Pelestari Koes Plus. Uniknya, sekilas bila dilihat pemain drum grup ini memiliki wajah mirip Murry sewaktu muda. Bahkan konon hal ini diakui sendiri oleh Murry sewaktu keduanya bertemu di Jakarta.

GP Plus mengawali penampilan dengan menggeber lagu-lagu Koes Plus yang sudah dikenal oleh peserta yang hadir saat itu. “Penyanyi Tua” menjadi pilihan sebagai lagu pembuka yang dibawakan. Diikuti oleh “Seminggu Yang Lalu” yang saat itu dibawakan dengan aransemen versi album Platinum. Peserta yang saat itu duduk dengan pola duduk di kursi yang dinaungi payung besar mulai mengarahkan perhatian pada penampilan GP Plus yang hari itu menjadi home band. Band yang terdiri dari Joko (bass), Ipin (melody gitar), Handoyo (keyboard) dan Purwanto (drum) saat itu tampil di panggung yang diberi nama Gazebo Perkasa.

Setelah dua lagu awal tersebut, Dinda selaku penyiar dan presenter acara membuka temu penggemar Koes Plus dengan menyapa semua peserta yang hadir. Bahkan dia sempat mendendangkan “Hidup Yang Sepi” sebagai persembahan peserta bagi yang hadir. Selanjutnya GP Plus secara beruntun membawakan lagu-lagu Koes Plus antara lain : Layang-Layang, Bis Sekolah, Diana dan Kolam Susu.

Acara ini disiarkan live di radio Perkasa selama dua jam. Sehingga sempat beberapa kali ada interaksi dengan penonton berupa request lagu dan salam. Yang istimewa, lagu yang dipesan saat itu langsung dibawakan oleh GP Plus. Peserta yang hadir pun saat itu juga diberi kesempatan bila ada yang akan menyumbangkan suaranya. Tampak peserta dari Surabaya, Tulungagung, Blitar, Pandaan dan Kediri ikut berdendang dengan iringan GP Plus. Penampilan GP Plus bisa dibilang istimewa karena permainan musiknya tidak melenceng jauh dari kaset asli album Koes Plus, sehingga penggemar bisa dengan mudah mengikuti lagu yang sedang dimainkan.

GP Plus benar-benar menjadi bintang yang istimewa saat itu karena selalu setiap saat siap untuk mengiringi peserta yang maju ke panggung untuk request lagu-lagu Koes Plus. Bahkan karena pertemuan ini lingkup penggemar berat Koes Plus, maka lagu yang dibawakan juga termasuk “ ganas” karena kebanyakan lagu yang dinyanyikan termasuk lagu yang saat ini tidak popular di telinga umum. Seperti halnya saat peserta dari Blitar menyanyikan lagu “Melepas Kerinduan”, peserta dari Kediri mendendangkan “Melati Biru” dan juga peserta dari Surabaya menyuarakan “Bertemu Kembali”.

GP Plus sendiri termasuk unik untuk ukuran band pelestari. Hal ini disebabkan yang menjadi peran seorang Yon Koeswoyo sebagai lead vocal adalah pemain bass, sementara pada sebagian grup posisi ini diisi oleh pemain rhyrym gitar. Sementara itu posisi Yok Koeswoyo sebagai duet vocal suara II diisi oleh pemain melody gitar. Dalam formasi GP Plus tidak ada pemain rhyrym gitar, hal ini mungkin dimaksudkan untuk meng-efektif-kan formasi group. Karena pemain keyboard tidak merangkap sebagai pemain gitar sebagaimana posisi seorang Tonny Koeswoyo. Pemain drum, Purwanto kali itu mencoba mendendangkan lagu karya Murry yaitu “Mari Berjoget” dan “Shakila”. Pada kedua lagu yang berirama pop melayu ini GP Plus harus dibantu oleh seorang pemain ketipung sehingga “nuansa pop dang dutnya” makin terasa.

Ketua JN Surabaya sempat didaulat untuk naik ke panggung guna wawancara singkat seputar komunitas Jiwa Nusantara Surabaya beserta aktivitasnya. Sebelum dialog singkat dimulai, ketua JN Surabaya memberikan kenang-kenangan berupa vcd dokumentasi klip lagu Koes Plus era Tonny Koeswoyo yang diterima oleh Dinda, selaku perwakilan Radio Perkasa. Sebuah lagu Andaikan Kau Datang sempat dibawakan oleh ketua JN Surabaya setelah sekian lama menolak bernyanyi kalau diminta tampil oleh band pelestari di berbagai tempat. Bukan tidak mau karena gengsi, tapi karena ketua fans club belum tentu suaranya bagus ( wah mengelak nih..).

Seusai menikmati hidangan makan siang berupa soto dan es kopyor khas Tulungagung, acara diisi dengan bernyanyi lagu “Kapan-Kapan” bersama seluruh peserta yang hadir. Setelah berfoto bersama kru radio Perkasa dan personel GP Plus, seluruh peserta yang hadir berpamitan undur diri dari lokasi acara.

Acara temu penggemar Koes Plus ini diadakan untuk mengukur seberapa antusias penggemar Koes Plus di wilayah Tulungagung dan sekitarnya. Selain itu juga untuk menjalin persaudaraan di antara sesama penggemar Koes Plus bersama komunitas JN Surabaya. Walaupun termasuk sederhana namun acara yang difasilitasi oleh Radio Perkasa ini mampu membawa kesan di hati, terutama bagi peserta yang hadir jauh dari luar kota. Mudah-mudahan keakraban yang terbina tidak hanya terjadi hanya sesaat namun dapat kekal dan abadi. Semoga Radio Perkasa yang menjadi penghubung penggemar Koes Plus di kota Tulungagung dan sekitarnya tetap dapat menjadi salah satu media pelestarian karya anak bangsa, terutama karya besar group legendaries Koes Bersaudara dan Koes Plus. Seperti ungkapan sebuah lagu Koes Plus, Sederhana Bersamamu.

Demikian yang dapat kami laporkan sebagai pandangan mata temu penggemar Koes Plus bersama Radio Perkasa FM 96,8 di kota Tulungagung. Mohon maaf bila ada kata dan tulisan yang kurang berkenan.

Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya, 085645705091 )


Rabu, 20 Juli 2011

Resensi No Koes : Top Hits Koeswoyo Sr.



Sebuah langkah tak terduga dilakukan oleh Nomo Koeswoyo, melalui grup musik binaannya yaitu No Koes muncullah sebuah album yang berisi karya-karya populer ayah tercinta yaitu Koeswoyo. Sebuah album yang diberi titel : Top Hits of Koeswoyo Sr. Bila melihat materi lagunya, maka tampak sekali adanya "konfrontatif" dengan Koes Plus yang lebih dulu mempopulerkan karya Koeswoyo, yang diberi tambahan kata Senior di belakang nama.

Bila kita melihat isi lagu-lagu pada album ini maka ingatan kita akan langsung menerawang pada lagu-lagu yang sudah dibawakan oleh Koes Plus. Betapa tidak, dari 9 lagu yang disajikan hanya ada 4 lagu yang merupakan lagu baru karya No Koes. Lagu-lagu tersebut yaitu : Lagu Lama, Tari Lenso, Datang Rindu dan Cinta Suci. Nah yang menjadi sensasi adalah kelima lagu yang lain yaitu : Muda Mudi, Layang Layang, Penyanyi Tua, Bimbang Ragu dan Mari-Mari.

Usaha No Koes untuk menyaingi kesuksesan Koes Plus saat itu tampak sekali dengan menampilkan duet Sofyan dan Said sebagai vokal selain "sang boss", yaitu Nomo Koeswoyo yang tetap mendapatkan jatah vokal utama. Motivasi lain seorang Nomo menampilkan lagu-lagu karya Koeswoyo ini karena dia merasa kalau ayahnya bisa memberikan lagu untuk saudara-saudaranya yang tergabung dalam Koes Plus, maka dia juga berhak mendapatkan jatah lagu yang sama. Jadilah lima lagu tersebut direkam dalam album No Koes. Bahkan konon, Nomo Koeswoyo berani membayar lebih besar dari Koes Plus untuk lagu-lagu karya Koeswoyo itu.  

Tapi yang hebatnya dalam album ini kita tidak akan mendapatkan kesan bahwa No Koes merupakan penjiplak Koes Plus, karena lagu-lagu tersebut direkam dengan aransemen musik yang berbeda dari saat direkam oleh Koes Plus. Jeniusnya seorang Pompy sebagai penata musik membuat kita akan merasa bahwa No Koes memang bukan sekedar tandingan dalam kancah musik Indonesia saat itu. Langkah yang kreatif, inovatif bahkan sedikit nakal mampu membuat No Koes menjadi sebuah grup yang tidak mudah diremehkan dalam blantika musik Indonesia saat itu.

Saat ini album kaset No Koes edisi Top Hits of Koeswoyo Sr. ini sudah termasuk ke dalam "species langka" album musik Indonesia. Tapi keberadaannya mampu membuktikan betapa perkasanya dinasti Koeswoyo dalam membawa pengaruh ke dalam musik Indonesia. Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Maju terus musik Indonesia...( Okky T. rahardjo, Ketua JN Surabaya-085645705091 )