Selasa, 27 September 2011

Reportase Halal Bi Halal FKR Tuban


Sabtu, 24 September 2011 dengan berbekal niat tulus untuk menjalin silaturahmi dengan sesama penggemar Koes Plus, kontingen JN Surabaya bersepakat untuk mengadakan sebuah perjalanan kunjungan ke sebuah belahan kota di ujung Jawa Timur. Sore itu pkl 16.00, beberapa penggemar berat Koes Plus dari Surabaya berkumpul sesuai janji di SMA Santo Yoseph untuk bersama berangkat menuju Tuban. Setelah semua peserta sudah dirasa lengkap, maka tepat pkl 16.30 kontingen JN Surabaya mulai berjalan merangkak meninggalkan kota Surabaya melalui gerbang tol Gunung Sari menuju Tuban. Informasi dari salah seorang panitia, supaya lebih baik melewati jalur Pantura karena terjadi macet total melalui Kebomas dan seterusnya.

JN Surabaya sore itu dengan personel Didiek B Jauhari beserta isteri, Sam Sugeng beserta isteri, Koesyanto, Siswanto serta ketua JN Surabaya beserta isteri. Menyusuri langkah meninggalkan senja dengan fasilitas dua kendaraan roda empat. Hari itu kami mendapatkan undangan acara berupa Halal Bi Halal Fans Koes Plus Ronggolawe Tuban. Sebagian besar personel JN Surabaya rela melupakan penat selepas kerja demi terbinanya rasa persaudaraan yang erat bersama pernggemar Koes Plus di Tuban.

Gresik sebagai kota pertama yang dilewati sudah mulai tertinggal di belakang, menyusul Lamongan sebagai kota berikut yang menjadi perantara menuju Tuban. Senyap sekali kota kecil ini menyusul senja yang mulai turun berganti malam. Wisata Bahari Lamongan yang biasanya ramai kala itu kami lewati sudah dalam keadaan sunyi nan senyap. Sepanjang jalan, hanya tampak gunung dan hutan yang menghitam diwarnai gelapnya malam. Perjalanan kami lalui dengan saling bercerita seputar aktivitas terakhir Koes Plus. Tiada sempat kami memutar lagu, karena kondisi tape mobil yang rusak. Hingga tanpa terasa kami memasuki wilayah Kabupaten Tuban dengan wilayah Palang sebagai pintu pembuka.

Gedung KSPKP yang menjadi lokasi berlangsungnya acara dapat kami singgahi tepat pkl. 19.00. Walaupun undangan tertulis tepat pukul tujuh malam, namun rupanya kami menjadi peserta pertama yang hadir selain tim panitia. The Bottles sebagai band pengisi acara, malam itu tampak sudah siaga di lokasi acara dengan sejuta ekspresi di wajah para personel. Senang. Haru. Serta berbagai perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata tergambar pada wajah personel The Bottles kala berjumpa dengan kami. Betapa tidak, malam itu band yang diawaki oleh Doddy (lead gitar, vocal II), Teguh (rhytym, lead vocal), Agus (drum), Joko (keyboard) dan Takari (bass) serasa mendapatkan kehormatan luar biasa untuk tampil sebagai band bintang tamu di kota kelahiran Koes Bersaudara.

The Bottles membuat penasaran pengunjung malam itu kala sesi check sound baru dimulai, dua lagu karya Koes Plus digeber dengan kekuatan maksimal. Pelangi dan Kelelawar menjadi dua pilihan lagu sesi check sound. Sebagian penonton mulai menata tempat duduk dan mengarahkan pandangan ke panggung utama. Mereka mengira acara sudah mulai berlangsung padahal masih check sound. Namun The Bottles sudah mampu menyajikan penampilan yang prima.

Tepat pkl 19.35, pembawa acara memulai membuka gelaran Halal Bi Halal ini. Setelah menyapa semua pengunjung yang hadir, tanpa banyak basa-basi sebuah band sudah bersiap untuk ditampilkan. Malam itu, konsep acara berupa tampilnya empat band pemula dan dua band senior. Sambil menikmati makanan ringan yang disediakan, para pengunjung mulai mengarahkan pandangan pada panggung untuk menyaksikan penampil pertama. Enam mahasiswa yang menamakan diri Uniro band mencoba membawakan lagu-lagu Koes Plus menurut versi mereka. Andaikan Kau Datang, Dara Manisku dan Jemu dinyanyikan secara kemasan ubderground. Tentu saja itu membat kami yang lebih suka dengan aransemen asli terus menahan nafas menanti berlalunya band yang semua personelnya adalah mahasiswa Universitas Ronggolawe itu.

Usai penampilan band yang terdiri dari lima personel putra dan seorang putri ini, pembawa acara segera memanggil penampil berikutnya dengan nama “Sanggare Cah- Cah”. Band ini tampil dengan tiga personel, karena seorang pemain keyboard tidak bisa hadir. Jatah tiga lagu yang seharusnya dibawakan, menjadi hanya satu lagu mengingat tidak komplitnya personel. Walaupun begitu, satu lagu yang dibawakan cukup menghibur mengingat dibawakan dengan aransemen asli. Lagu itu adalah Surkak Sorgung.

Penampil berikutnya adalah kembali munculnya band pelestari yang mencoba menarik perhatian pengunjung yaitu, Cuplis Band. Pilihan lagu yang dibawakan oleh anak-anak muda dari kota Tuban itu adalah Hari Ini dan Nanti, Jangan Berulang Lagi dan Nusantara II. Pengunjung dibuat makin tersenyum menahan tawa ketika Pelangi Band muncul dengan perpaduan nyanyi dan gaya yang unik. Buat Apa Susah menjadi pilihan pertama untuk dibawakan oleh band ini. Penampilan vokalis band ini termasuk unik karena berusaha menampilkan gerak dan mimik yang lucu walaupun lagu yang dibawakan tetap serius. Konon nama Pelangi band dipilih karena perpaduan personelnya yang berusia tua, setengah tua dan usia muda. Malam itu Pelangi band membawakan Layang-Layang, Bunga Di Tepi Jalan dan Melati Biru.

Setelah beberapa penampilan band dari kalangan usia muda, kali ini personel senior dari Tuban tidak mau kalah unjuk kebolehan. Koes Plus Mania ( KPM ) Tuban hadir sebagai band tuan rumah yang menghibur sebelum bintang tamu tampil. Dipimpin oleh bpk Eddy Supeno yang di kalangan komunitas Jiwa Nusantara sudah dikenal, band ini mampu menyegarkan suasana malam itu. Eddy yang bertindak sebagai vokalis mampu memandu acara dengan baik. Sehingga di sela personel lain menyiapkan alat musik, suasana panggung tidak terasa kosong. Tegur sapa Eddy pada pengunjung yang hadir mampu menghangatkan suasana. Penampilan mereka malam itu dibuka dengan sebuah lagu yang pas untuk menyapa penggemar Koes Plus yang hadir, O La La.

Setelah lagu pembuka, Eddy memberi kesempatan kepada ketua FKR Tuban, Hadi Tugur untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Hadi yang juga seorang rector UniRo ini menyatakan prihatin bahwa di kota tempat kelahiran personel Koes Bersaudara ternyata penggemar Koes Bersaudara & Koes Plus yang bergabung dalam fans club sangat sedikit. Setelah menyampaikan sambutan, Hadi mendendangkan sebuah lagu kesukaannya yaitu Kr. Cincin.

KPM Tuban kembali memeriahkan suasana panggung dengan lagu-lagu hits Koes Plus yaitu : Bersama Lagi, Jangan Sedih, Why Do You Love Me, Untukmu, Kolam Susu dan Rajawali. Permainan yang kompak dan rapi membuat band yang terdiri dari enam personel berusia senior ini mampu memberikan kesan tersendiri.

Pkl 21.30 WIB tepat saat The Bottles sebagai band tamu mulai mengisi panggung Halal Bi Halal. Rapi sekali menggunakan seragam khas mereka, baju dan celana komprang warna biru kelima pemuda asal Surabaya ini sudah siap menggebrak dengan sajian lagu-lagu Koes Plus. Setelah basa-basi sejenak, meluncurlah “Mars Jiwa Nusantara” sebagai tembang pembuka. Komplit dengan ucapan Sumpah Pemuda pada bagian spoken, The Bottles berhasil membuat penonton penasaran terhadap lagu ini. Usai lagu tersebut dibawakan, Doddy sebagai leader yang merangkap lead gitar mengatakan kalau lagu ini sengaja dibawakan sebagai ungkapan pemersatu sebagaimana dimaksudkan oleh Yok Koeswoyo, sang empunya lagu.

Suasana makin menghangat kala The Bottles menyambung dengan “Malam Yang Indah”, yang membuat pengunjung makin terbuai pada suasana nostalgia pada lagu yang popular pada tahun 1973 dan direkam dalam album ketujuh Koes Plus. Pada tembang ketiga “Panah Asmara” menjadi pilihan berikut untuk dibawakan. Namun sayang sekali lagu ini harus berakhir anti klimaks. Sedikit terjadi kesalah pahaman, antara Joko selaku pemain keyboard dengan Takari, pemain bass yang menyanyikan lagu dari album Pop Melayu tahun 1978 ini. Nada yang seharusnya tinggi keliru dibawakan lebih rendah. Sehingga penyajian lagu menjadi kurang maksimal.

The Bottles tampaknya tidak mau berhenti pada kesalahan di lagu ketiga, sebagai band yang sudah memiliki banyak “jam terbang” di pentas lagu-lagu Koes Plus, mereka mulai memperbaiki penampilan pada lagu-lagu berikutnya. Berturut-turut lagu mereka bawakan, baik dari persiapan mereka pribadi maupun request pengunjung yang memadati gedung yang terletak di jalur menuju Semarang ini. Setelah mencoba memancing dengan sebuah lagu Jawa berjudul Yo Ben, banyak pengunjung yang mulai meneriakkan “pesanan lagu” Koes Plus berbahasa Jawa. The Bottles mulai memenuhi respon pengunjung dengan menggeber beberapa lagu pop Jawa termasuk lagu yang menjadi andalan mereka saat tampil di berbagai panggung, yaitu Nuswantoro. Suluk dalang yang menjadi ciri khas lagu ini berhasil dibawakan dengan mulus oleh Teguh, vokalis sekaligus pemegang rhytym gitar.

Agus sebagai pemain drum, malam itu berhasil mencuri perhatian sekitar 150 pengunjung dengan memainkan pukulan-pukulan khas Murry. Meskipun posisinya tertutup rekan-rekannya yang lain, namun Agus nampaknya sudah berhasil tampil maksimal demi memuaskan kerinduan warga Tuban terhadap lagu-lagu Koes Plus. Di sela The Bottles membawakan beberapa lagu, pembawa acara menyela dengan membacakan riwayat singkat dan diskografi group musik legendaris, Koes Bersaudara & Koes Plus. The Bottles yang saat itu berada di panggung, tampak tidak bisa menyembunyikan kebanggaan bahwa mereka sebagai band pelestari ternyata mampu dianggap mewakili keberadaan Koes Plus.

Saatnya pengunjung diberi kesempatan untuk bernyanyi diiringi oleh kelima pemuda dari sebuah instansi penghasil minyak goreng itu. Istri dari ketua FKR Tuban saat itu diberi kesempatan untuk menyumbangkan suara emasnya. Duet bersama salah seorang kerabatnya, perempuan berkerudung dan berbaju terusan warna emas ini menyanyikan Bis Sekolah dengan penuh semangat. The Bottles yang mengiringi dengan aransemen versi The Best of Koes membuat lagu ini tidak terasa sulit untuk dinyanyikan. Pendonor suara berikutnya adalah vokalis Pelangi Band mencoba untuk ikut beraksi bersama The Bottles. Jangan Berulang lagi menjadi pilihan lagu yang dibawakan. Selanjutnya perwakilan pengurus JN Surabaya, yaitu Koesyanto dan Didiek B Jauhari ikut berdendang melalui dua lagu, Semanis Rayuanmu dan Kau Bina Hidup Baru.

Sebuah hal yang istimewa bagi The Bottles saat pembawa acara mendaulat salah seorang pengunjung yang ternyata adalah kerabat dari personel Koes Bersaudara ikut hadir malam itu. Hari Sunarno, yang masih terhitung sebagai misanan dari Koeswoyo bersaudara malam itu menyatakan rasa syukurnya karena dibuatkan acara yang menampilkan lagu-lagu dari keluarga mereka. Beliau yang juga menjabat sebagai Kabag Kesra Pemkab Tuban bahkan memberi apresiasi pada The Bottles yang bersedia melestarikan lagu-lagu karya Koes Bersaudara & Koes Plus. Malam itu Suhartono menyumbangkan suaranya pada lagu Mawar Bunga. Sembari bercerita bahwa lagu ini dulu mendapatkan penghargaan Platinum yang diterima oleh Yok Koeswoyo.

Seorang pengunjung dari Bojonegoro, seorang ibu yang hadir bersama anak kecilnya diberi kesempatan untuk mendendangkan sebuah lagu. Why Do You Love Me dibawakan dengan vokal yang kadang terasa kurang pas dengan musik yang dimainkan. Pembawa acara selanjutnya menyampaikan supaya The Bottles membawakan sebuah lagu request dari panitia sebagai tembang pamungkas. Reuni dibawakan oleh Agus yang saat itu maju ke mik utama, sedangkan posisi drum diganti oleh Mispomo, pembina teknis mereka. Usai Reuni didendangkan, kontingen JN Surabaya segera berteriak supaya The Bottles menyanyikan Kapan-Kapan karena melihat The Bottles akan segera mundur dari panggung tanpa menyanyikan “lagu wajib penutup” ini.

Pkl. 23.00 tepat, The Bottles mengakhiri penampilan yang sekaligus juga berakhirnya acara secara keseluruhan. Malam itu pengunjung seakan dipuaskan oleh The Bottles yang mampu membuat pengunjung terlena pada masa kejayaan Koes Plus. Hanya saja tetap ada beberapa catatan bagi band yang rutin manggung di pusat perbelanjaan di kota Surabaya ini. Sebagai band penghibur, The Bottles perlu melatih diri untuk mampu berinteraksi secara intensif dengan penonton. Terlihat beberapa kali The Bottles seperti bernyanyi untuk diri sendiri. Penonton yang hadir seperti dibiarkan pasif dan tidak terlibat dalam lagu yang dibawakan.

The Bottles juga terlihat beberapa kali seperti kebingungan di panggung saat usai sebuah lagu dan akan memasuki lagu berikutnya. Beberapa personel tampak saling berpandangan “tolah-toleh” kebingungan lagu apa yang berikutnya akan dibawakan. Namun disadari atau tidak, tampil di Tuban sebenarnya merupakan sebuah kebanggaan yang juga sekaligus beban bagi band pelestari. Hal ini yang membuat The Bottles sedikit grogi, karena ekspektasi pengunjung terhadap mereka sangat berlebihan. Tapi sejarah telah mencatat bahwa mereka telah berhasil menggebrak kota Tuban yang pernah melahirkan musisi bersaudara nan legendaris. Apalagi malam itu acara direkam secara langsung oleh sebuah radio lokal.

Berikut ini adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh The Bottles : Mars Jiwa Nusantara, Malam Yang Indah, Panah Asmara, Cintamu Telah Berlalu, Yo Ben, Malam Ini, Ela-Elo, Medley : Pring Gading-Til Kontal Kantil, Nuswantoro, Main Belakang, Tangis Di Hatiku, Diana, Bis Sekolah, Jangan Berulang Lagi, Semanis Rayuanmu, Kau Bina Hidup Baru, Mawar Bunga, Why Do You Love Me, Reuni, Kapan-Kapan.

Terima kasih kepada pengurus FKR Tuban yang sudah berkenan mengundang JN Surabaya untuk hadir. Kebersamaan kontingen JN Surabaya makin terasa akrab ketika sempat makan malam menjelang pagi di sebuah warung tenda area Pasar Agrobis Lamongan. Tiba kembali di Surabaya pkl. 02.30 WIB dengan sejuta kepuasan yang tak bisa digantikan dengan materi berapa pun nominalnya. Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf atas rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan. Merdeka …!!!

( Okky T. Rahardjo, Ketua JN Surabaya-085645705091 )






The Bottles sedang check sound





Pelangi band





Sanggare Cah Cah band





Uniro Band

Selasa, 20 September 2011

Catatan Album Koes Plus " Refresh "









“ Aku selalu sayang, kau slalu saja marah…
Kau balas aku dengan sikapmu, membenciku
Percayalah kau sayang, semua itu hanya …
Dalam khayalmu slalu mengganggu
Di dalam hatimu …. “

Rangkaian kalimat di atas merupakan petikan syair lagu karya terbaru Yon Koeswoyo yang berjudul “ Curiga”. Lagu ini merupakan salah satu bagian dari album terbaru Koes Plus. Tahun 2011 ini Koes Plus dengan energi baru yang sering kita sebut dengan nama Koes Plus Pembaruan mencoba mengeluarkan kreasi barunya dalam bentuk mini album.

Refresh merupakan judul album ini. Sebagaimana arti katanya, tampaknya album dalam format compact disc ini merupakan penyegaran kembali Koes Plus untuk terjun dalam blantika musik Indonesia. Sudah terlalu lama Koes Plus “ mengalah” dari hingar bingar industri musik Indonesia. Melalui album ini tampaknya mereka mulai menyapa penggemarnya yang benar-benar merindukan karya terbaru Koes Plus.

Koes Plus yang saat ini memang berbeda dengan Koes Plus yang kita kenal puluhan tahun silam. Tapi harus jujur diakui bahwa kita masih merindukan vokal khas Yon Koeswoyo membahana kembali menembus relung-relung hati kita yang terdalam.
Saat kita mulai memutar cakram padat ini, kita akan benar-benar serasa disegarkan melalui lagu pertama yang disajikan melalui olah vokal Yon Koeswoyo yang melengking tinggi. Kalau boleh digambarkan, seakan kita disiram air dingin yang segar setelah mengalami dahaga yang tertahan sekian lama.

Curiga memang tidak berbeda dengan gaya lagu khas karya Yon Koeswoyo yang lain. Seperti bertutur tentang kisah yang dialami. Bila kembali kita mengingat lagu-lagu karya Yon Koeswoyo sebelumnya, pola yang sama akan kita temui. Coba simak, Jeritan Hatiku, Hujan Angin, Bunga Di Tepi Jalan atau Maafkan Aku ( album Jeritan Hati ’80 ). Seakan kita diajak mendengarkan cerita yang dibawakan dalam sebuah nyanyian.

Vokal Yon Koeswoyo masih tetap melankolis, manja tapi melengking “ penuh power “. Ditunjang oleh gaya musik era masa kini, lagu ini menjadi sebuah karya yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal ini menandakan kematangan dari sang pembuat lagu. Hanya saja pada bagian reffrein yang dibawakan dengan gaya bersahutan, kita kehilangan peran Yok Koeswoyo yang pernah menjadi teman duetnya. Kali ini, Yon Koeswoyo membawakan sendiri.

Pada urutan lagu kedua, kita menjumpai judul “ Biar Berlalu”. Iringan musik yang penuh semangat membuat lagu ini juga memiliki nilai lebih. Pendengar seakan dibawa berlari cepat meninggalkan nuansa kesedihan yang diantarkan oleh lagu pertama. Bila disimak dengan teliti, sebenarnya lagu ini tidak sepenuhnya baru. Biar Berlalu pernah direkam sebelumnya dalam album “ Song of Porong”. Hanya saja terjadi perbedaan lirik. Bila dalam album SOP banyak bertutur tentang jani penguasa yang tidak pernah ditepati, dalam album Refresh ini Koes Plus menuturkan tentang hidup yang penuh semangat.

Pada urutan ketiga dan keempat, masih tetap menyajikan kisah cinta sepasang kekasih. Pada lagu ketiga, karya Yon Koeswoyo sekali lagi hadir dengan judul “ Cinta Pertama”. Track keempat, Danang pemain keyboard & lead guitar Koes Plus Pembaruan diberi kesempatan menyumbangkan karya. “Masihkah” merupakan satu-satunya karya Danang yang sekali lagi dinyanyikan oleh Yon Koeswoyo. Lagu tersebut sekaligus adalah lagu terakhir pada album ini.

Album ini bisa disebut mini album karena hanya terdiri dari empat lagu. Langkah ini sah saja, karena sebagian besar musisi masa kini juga menempuh jalur serupa. Biasanya sebagai langkah pemanasan sebelum album yang utuh benar-benar diluncurkan. Kemasan album ini terkesan minimalis karena dibungkus dalam soft cover kertas.

Hal lain yang unik adalah dipakainya logo huruf Koes Plus yang setelah sekian lama tidak pernah hadir dalam album Koes Plus. Bahkan logo ini terakhir muncul pada album Jeritan Hati yang dirilis tahun 1980. Bila logo ini menghiasi album baru Koes Plus, maka kita dapat menilai bahwa Yon Koeswoyo dkk sudah mulai berani dan percaya diri menyebut “ Koes Plus “ tanpa embel-embel yang lain. Padahal pada album Song Of Porong, grup ini masih menggunakan nama Koes Plus Pembaruan.
Album “Refresh” ini sebenarnya merupakan langkah ketiga dari grup Koes Plus formasi baru. Debut mereka pada rekaman dimulai pada tahun 2006, saat merilis album “ Melaut Bersama Koes Plus”. Album ini sempat beredar di pasaran berupa kaset pita. Dua tahun berikutnya, Koes Plus rekaman dengan judul “ Song Of Porong” yang sampai kini hanya beberapa orang kolektor saja yang memiliki.
Selanjutnya, apakah album Refresh ini mampu mewakili bangkitnya kembali Koes Plus, semua terserah pada penilaian penggemar. Namun lepas dari berbagai kekurangan yang ada, kita patut memberi apresiasi pada Yon, Danang, Soni dan Seno yang terus berusaha menghadirkan eksistensi Koes Plus di blantika musik Indonesia.

Jiwa Nusantara Surabaya selaku komunitas penggemar juga menyediakan album ini bagi yang membutuhkan. Bahkan disediakan sebuah merchandise menarik untuk setiap pembelian cd album Refresh. Pemesanan bisa menghubungi ketua JN Surabaya, Okky T. Rahardjo ( 085645705091 ).
Akhirnya, hanya ini yang bisa kami sajikan sebagai pengantar album baru Koes Plus. Mohon maaf atas segala tulisan dan rangkaian kata yang kurang berkenan. Atas perhatian teman-teman, kami ucapkan terima kasih. Merdeka…..!!!!

( Okky T. Rahardjo, ketua JN Surabaya – 085645705091 )