Minggu, 07 April 2013

Sebuah Catatan Album Koes Plus Pop Anak-Anak Vol. 2

           
       Bulan April tahun 1975, Koes Plus membuat sebuah gebrakan dengan meluncurkan sebuah album yang menarik yaitu pop anak-anak volume kedua. Album ini terasa berbeda dibandingkan beberapa album Koes Plus yang beredar sebelumnya. Ketika setahun sebelumnya masyarakat pecinta musik disuguhi oleh beragam lagu-lagu Koes Plus yang dimonopoli untuk orang dewasa, pada bulan keempat tahun berikutnya Koes Plus kembali memberi perhatian pada dunia anak dengan merilis sekuel kedua album pop anak-anak.

Lagu pertama yang disajikan oleh Koes Plus pada album ini terasa segar sekali ketika kita mendengarnya. Tari Selendang yang dipilih sebagai lagu pembuka karya Yok Koeswoyo, seakan mengajak pendengar untuk segera menggerakkan kaki dan tangan mengikuti irama lagu yang disajikan. Vokal Yok yang terdengar riang dan renyah mengingatkan kita pada saat beliau membawakan lagu Kolam Susu di album Koes Plus yang kedelapan.

Tari Selendang rupanya memiliki kesan tersendiri di hati para penggiat seni. Beberapa even panggung kala itu seperti peringatan tujuh belasan maupun perpisahan sekolah sempat menampilkan lagu ini untuk menggunakan lagu ini sebagai pengiring tarian. Padahal Koes Plus sendiri tidak mengajarkan bentuk tarian dari lagu ini.

Sebagai catatan, pada tahun 1975 salah seorang pembaca sempat menuliskan surat pada majalah Aktuil yang menyatakan bahwa lagu Tari Selendang sebenarnya pernah terdengar jauh sebelum Koes Plus merekam lagu ini. Lagu ini semacam lagu daerah yang pernah dinyanyikan di masa lalu dari mulut ke mulut. Mungkin saja personel Koes Plus menambahi sedikit pada beberapa bagian lagu ini sebelum akhirnya direkam dalam sebuah album.

Hal ini tentu mengingatkan kita pada lagu Tul Jaenak dan Puk Ame-Ame yang notabene juga merupakan lagu daerah dengan beberapa penambahan syair pada lagu tersebut. Siapa pencipta aslinya, tentu bergelar NN ( No Name) namun karena Koes Plus memiliki andil pada lagu tersebut maka berhak mencantumkan nama pada kolom pencipta lagu.

Lagu lain yang termuat pada album ini tidak jauh pada romantisme masa kanak-kanak yang berkutat pada dunia sekolah, rutinitas sehari-hari hingga masa bermain. Yon Koeswoyo menyuarakan masa sekolah anak-anak melalui lagu Selamat Pagi. Dengan deskripsi yang singkat, seorang siswa digambarkan datang ke sekolah, lalu ketika lonceng berbunyi mereka masuk dan memberi salam pada bapak dan ibu guru yang telah menanti di dalam kelas. Sebuah penghormatan yang diberikan oleh siswa secara tulus kepada guru yang dikagumi. Sebuah lagu yang memiliki pesan moral yang luhur pada anak-anak usia sekolah.

Masih ingat lagu ‘bangun tidur ku terus mandi…’ karya Pak Kasur ? Koes Plus mempunyai lagu semacam itu dengan versi yang sedikit berbeda melalui lagu Nasihat Ibu yang didendangkan oleh Yok Koeswoyo. Kehidupan rutin seorang anak tentu tidak lepas dari situasi pagi hari. Rutinitas itu berupa bangun pagi, mandi dan aktivitas lain yang mengiringi. Yon Koeswoyo pun juga ikut memberi gambaran melalui lagu Bangun Pagi.

Pada urutan kelima tersedia lagu Di Taman yang dinyanyikan duet oleh Yon dan Tonny Koeswoyo. Lagu ini memberikan perumpamaan warna bunga dengan warna raga dan benda yang dimiliki oleh seorang anak. Namun agak sedikit janggal ketika penggambaran tersebut sampai pada syair “yang hitam, seperti rambutku…”. Ketika pertama kali mendengar, saya bertanya dalam hati : bunga apakah yang berwarna hitam ? Atau ini hanya sekedar perpaduan syair supaya terjalin kalimat yang rapi dalam sebuah lagu.

Mari Menari merupakan sebuah lagu yang unik karena hanya terdiri dari tiga kata yang diulang-ulang. Marina-Menari-Menara yang bila dinyanyikan secara cepat akan terdengar menggelikan. Lagu ini cocok digunakan sebagai ice breaker dalam sebuah acara yang memerlukan keseriusan. Saya pernah menjumpai seorang pembicara menggunakan lagu ini dalam sebuah simulasi kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Tonny Koeswoyo tidak ketinggalan menyisipkan sebuah lagu yang dinyanyikan secara solo yaitu Kucing Kecil. Lagu ini dibawakan dengan vokal yang unik oleh sang maestro karena kita akan mendengar gaya vokal beliau yang berbeda dibandingkan biasanya. Lagu ini terinspirasi ketika melihat Sari Koeswoyo yang saat itu bermain dengan kucing kecil kesayangannya.

Sebuah album Koes Plus tentu tidak lengkap tanpa vokal Murry. Saat Koes Plus mulai eksis di Remaco, suara khas pemain drum ini selalu menghiasi dengan 1-2 lagu yang selalu kita cari kala album baru Koes Plus beredar. Dalam album ini Murry menyumbangkan sebuah tembang yang bertajuk Berlari. Sekilas lagu yang dinyanyikan secara duet bersama Tonny Koeswoyo ini mengajak kita untuk berolah raga di pagi hari. Lebih sehat dengan berlari, tanpa henti sebelum letih. Tentu lagu ini cocok bagi mereka yang saat ini tergabung dalam sebuah komunitas lari yang bernama Indo Runners. Karena mengajak berlari, maka lagu ini dinyanyikan dengan tempo yang cepat namun tidak meninggalkan kesan riang. Konon lagu ini merupakan lagu yang terhitung diciptakan dalam kurun waktu yang singkat oleh Murry.

Album ini ditutup dengan sebuah lagu yang menggunakan nama hari. Hari apakah yang paling ditunggu seorang anak usia sekolah, tentu Hari Minggu. Sebelum dikenal istilah ‘full day school’ yang meliburkan siswa pada hari sabtu, tentu hari minggu merupakan hari yang sangat ditunggu. Di hari itu kita bisa berlibur ke pantai, ke desa atau jalan-jalan ke taman bersama keluarga. Yon Koeswoyo memilih mengajak pendengarnya untuk berwisata ke pantai. Dengan diiringi suara bongo yang mengalun pelan, lagu ini dinyanyikan dengan riang dan gembira.

Beberapa lagu lain yang terdapat di album ini yaitu Mari Bernyanyi, Tra-La-La, dan Sayang-Sayang-Sayang. Album ini cocok sekali didengarkan ketika suasana hati sedang suntuk, galau, letih dan lelah karena terjebak oleh sibuknya rutinitas. Maka pikiran kita akan menjadi segar kembali.

Tidak ada karya manusia yang sempurna, kritik pada album ini terdapat pada kemasan cover bagian belakang yang memuat susunan judul lagu. Pada versi kaset kita akan melihat betapa amburadulnya susunan judul lagu yang terkesan acak-acakan. Saking tidak beraturannya, seorang penggemar sampai harus menandai sendiri urutan lagu-lagu tersebut sesuai yang didengar pada kaset pitanya.

  Cover depan memuat gambar personel Koes Plus berupa foto yang dikemas dalam sebuah bingkai persegi. Baju yang dikenakan masing-masing personel mengingatkan pada cover album instrumental volume 8 dan 9, namun dengan pose yang berbeda. Yang menarik adalah gaya Tonny Koeswoyo yang meletakkan tangannya di seputar tubuh bagian atas secara berbeda pada kedua kaset tersebut. Sebagai penggambaran sebuah album anak-anak, dibuatlah sebuah karikatur koboi kecil bernama “dean” yang memegang pita bertuliskan volume 2.  

Demikian yang dapat kami sajikan mengenai sebuah album Koes Plus yang beredar di bulan April. Mohon maaf atas setiap rangkaian kata dan tulisan yang kurang berkenan. terima aksih atas kesempatan yang diberikan untuk membaca tulisan singkat ini.

Okky T. Rahardjo (Penggemar Koes Plus dari Surabaya-085645705091)