Sabtu, 30 November 2013

Edisi Kuliner Surabaya : Es Tebu Jl. Prapen, Menikmati Kesegaran Di Pinggir Jalan

es tebu siap dinikmati
            Siang hari suhu kota Surabaya terasa panas menyengat tiada ampun. Bagi manusia yang kebetulan sedang berada di jalanan sekitar jam dua belas ke atas maka akan mengalami terik kehausan yang melanda tenggorokan karena pengaruh panasnya cuaca Kota Pahlawan. Lalu lalang pengemudi kendaraan roda dua dan roda empat serta selebihnya yang sedang sibuk dilanda kerja, memaksa mereka untuk mencari tempat perhentian guna meredakan kehausan yang sudah sangat mencekam.

            Berikut ini kami akan mencoba menawarkan sebuah alternatif tempat mangkal yang cocok sebagai pereda kehausan kala anda sedang beredar menyusuri kepadatan lalu lintas kota Surabaya. Saat kebetulan melaju ke lintasan Surabaya Selatan, cobalah melewati jl. Jemur Sari menuju arah jl. Prapen. Di sudut jalan kita akan menemui sebuah tempat penjualan minuman yang bila beranjak siang akan terlihat ramai oleh pembeli guna menghentikan kehausan yang melanda. Ya, di situ kita akan mendapati sebuah stand penjualan es tebu, sebuah minuman yang bila tersaji dingin akan terasa nikmat dan menyegarkan.

            Es tebu akhir-akhir ini seakan menjadi minuman khas jalanan kota Surabaya. Betapa tidak, hampir di setiap sudut jalan kita akan menjumpai penjual minuman es tebu dengan berbagai variasinya tersedia di kota Surabaya. Berbagai variasi yang dimaksud di sini adalah adanya yang menjual es tebu dengan rasa yang murni, yaitu langsung disajikan setelah digiling di tempat saat itu juga. Selain itu ada pula yang mengemas es tebu dengan ditambah madu sebagai pelengkap selera, sehingga disebut sebagai es tebu rasa madu.

            Es tebu yang berlokasi di jl. Prapen ini menyajikan rasa yang murni karena di tempat itu juga tersedia gilingan mesin tebu yang siap setiap saat memproduksi kala stok yang ada di tempat penjualan terlihat menipis. Es tebu ini sangat cocok untuk mengatasi kehausan yang melanda kala kita sedang berada di jalanan. Rasanya yang nikmat dan menyegarkan akan membuat kita betah berlama-lama duduk nongkrong sambil melepas lelah sembari melihat ramainya lalu lintas jalanan Prapen yang terbentang menjadi dua arah.

            Harga yang ditawarkan murah meriah membuat es tebu ini ramai dikunjungi oleh para penghuni jalan raya. Satu gelas es tebu dihargai dua ribu rupiah, yang bila kita minta kemasan dibungkus harus menambah lima ratus rupiah. Bukan hanya es tebu, di tempat itu juga disajikan makanan ringan sebagai teman menikmati minuman es tebu. Tentu saja yang cocok dan akrab bagi warga kota Surabaya adalah pangananyang disebut sebagai jajan gorengan. Terlihat tersusun rapi di etalase kaca bertumpuk jajan yang menggoda selera yaitu tahu isi, ote-ote dan tempe goreng (menjes) yang dijual seharga seribu rupiah saja. Tapi tentu yang punya pantangan tertentu sebaiknya membatasi menikmati gorengan ini. Hanya saja ketika ditanyakan pada penjualnya tentang batasan menikmati jajan gorengan, dia akan menjawab bahwa makin banyak kita mengambil maka akan berdampak baik pada kesehatan keuangan penjual dan keluarganya. (ya pastinya begitu ya…hehhee..)

Masih mau makanan yang lebih ringan lagi, cobalah angkat tangan ke atas maka kita akan menjumpai segerombolan krupuk yang siap untuk diraih dan dinikmati. Tapi hati-hati jangan terlalu banyak, nanti bisa terbang sehingga makanan dan minuman yang sudah dinikmati jadinya tidak terbayar. Ketika kita duduk di bawah tenda penjualan es tebu sambil menikmati minuman segar dan makanan ringan, terpampang pula di hadapan kita serantang sambel petis sebagai penggugah selera menikmati gorengan yang bila persediaan habis, siap pula untuk ditambah dengan stok yang masih tersimpan di dalam rombong. Bagi pembeli yang mau menikmati sajian es tebu dan jajanan ini langsung di lokasi, tersedia tempat duduk bangku panjang berjajar tiga. Namun jangan harap kita akan mendapatkan kedudukan yang layak di tempat itu bila situasi sedang ramai oleh pelanggan yang menghampiri.

Tidak terlalu sulit menemui lokasi penjualan es tebu ini, karena letaknya yang sangat strategis. Bila kebetulan melintas di jl. Prapen, kita tentu akan menjumpai sebuah pertokoan Indogrosir. Nah, es tebu ini tepat berada di samping pintu masuk pertokoan tersebut. Yang juga berarti berada di seberang SMAN 16 Surabaya dengan sebuah sungai sebagai pemisahnya. Ya, benar sekali dugaan anda, lokasinya berada sebelum lampu merah perempatan antara panjang jiwo dan jagir wonokromo. 

Nah, kami sudah mereferensi salah satu tempat penjualan minuman dan makanan ringan yang berada di sudut kota Surabaya. Kalau penasaran, segera saja datang ke lokasi yang dibuka sekitar pkl. 09.00 hingga menjelang maghrib. Oya, bagi penderita kencing manis jangan kuatir karena anda bisa memesan es tebu tersebut tanpa menggunakan gula. ( hehhehe….yang namanya tebu ya jelas bahan bakunya gula, yo’opo siihh…).

Demikian yang dapat kami sajikan melalui tulisan ini. mohon maaf bila terdapat rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan. Selamat menikmati sajian kuliner di kota Surabaya. Jangan lupa, tetap jaga kesehatan.

( Okky T. Rahardjo, penikmat kota Surabaya—085645705091 )

es tebu dan jajan gorengan

Jumat, 29 November 2013

Favourite's Group, Sebuah Jejak Langkah Dalam Musik Pop Indonesia





       Siapa yang tidak mengenal Favourite’s Group. Rasanya siapa pun yang mengaku sebagai penggemar musik pop Indonesia pasti mengenal nama grup musik ini. Favourite’s Group mulai eksis menapaki jagad musik populer Indonesia pada tahun 1972. Sejak saat itu ragam lagu yang mereka hasilkan menjadi hits yang mengakrabi telinga masyarakat Indonesia. Terlebih lagi ketika Mus Mulyadi masih berkutat sebagai vokalis band yang mengawali debut di bawah label Golden Hand ini.

            Mus Mulyadi memantabkan karier sebagai vokalis band ini pada album rekaman pertama yang bertajuk “Mawar Berduri”. Saat itu grup ini tidak berani memunculkan wajah mereka dalam cover album. Hal ini dikarenakan sebagian besar personelnya masih terikat kontrak dengan label lain. Pada album kedua, A. Riyanto dan Mus Mulyadi meneruskan langkah dengan menggandeng Is Haryanto pada drum dan Harry Toos pada gitar. Sementara posisi bass dirangkap oleh Mus Mulyadi sekaligus vokalis. Sementara A. Riyanto tetap sebagai pemencet organ Farfisa. Memasuki album ketiga, Tommy WS masuk sebagai pemain bass yang terus memantabkan Favourite’s Group sebagai lima personel hingga album keempat.

            Bertahun-tahun mereka mengalami pasang surut perjalanan karier yang dihiasi dengan bergantinya vokalis serta musisi pendukung. Berbagai sanjungan maupun cacian telah mereka alami sebagai bagian dari resiko menapaki karier di dunia industri musik Indonesia. Tuntutan eksistensi membuat satu per satu personel memiliki karier tersendiri di luar Favourite’s Group. Mus Mulyadi sang vokalis, lebih dulu berpisah dengan keempat rekannya untuk menapaki karier sebagai seorang penyanyi lagu-lagu Jawa dan keroncong yang mumpuni. Is Haryanto pun sempat mengajak Harry Toos membentuk grup duet yang fenomenl yaitu Two Faces. Selain itu Is Haryanto juga sukses memoles artis-artis baru di bawah naungan label Remaco. Bersama band pengiring yang dibentuknya yaitu De Meicy, Is Haryanto pun berhasil mengangkat nama-nama baru dalam jagad pop musik Indonesia melalui lagu-lagu karya ciptanya. Sepanjang Jalan Kenangan, Setulus Hatiku Semurni Cintamu, Sepanjang Lorong Gelap, dan Rek Ayo Rek merupakan contoh kemahiran beliau dalam berolah lagu. 

            Akan halnya A. Riyanto, yang dalam band ini bertindak sebagai pimpinan, juga sukses berat mendampingi laju beberapa karier penyanyi solo. Tetty Kadi, Grace Simon maupun Broery Pesolima merupakan contoh kesuksesan tangan dingin beliau dalam memoles bibit-bibit penyanyi baru. Saat itu perusahaan rekaman Remaco sering mempercayakan lagu-lagu beliau untuk dinyanyikan oleh penyanyi atau grup lain yang berada dalam naungan label yang sama. Sehingga kita mengenal bagaimana Tetty Kadi mengulang sukses lagu Mimpi Sedih yang dulu pernah dipopulerkan oleh Favourite’s Group. Senja Kelabu pun mantab membuat nama Grace Simon melambung, padahal ketika dibawakan sendiri oleh A. Riyanto dalam album kelima Favourite’s Group lagu ini masih kalah melejit dibandingkan Cinta Monyet.  Bimbo pun pernah menikmati olah karya A. Riyanto melaui lagu Balada Gadis Desa.

            Hanya Tommy WS yang kurang terlalu menonjol eksistensinya di luar Favourite’s Group. Meskipun begitu, Tommy adalah sosok personel yang setia yang tidak pernah meninggalkan Favourite’s Group sejak beliau bergabung pada album ketiga. Berbagai vokalis telah berganti seiring keluarnya Mus Mulyadi dari grup ini. Uniknya, para penyanyi pengganti tersebut memiliki kemiripan vokal dengan Mus Mulyadi. Sebuah usaha yang dengan wajar dilakukan untuk meraih kembali kesuksesan kala bersama Mus Mulyadi pada album-album awal mereka. Tersebutlah nama Mamiek Slamet dan Rahmat (Mat’s) yang pernah mengisi barisan vokal sebagai pengganti Mus Mulyadi. Namun begitu keberadaan mereka tampaknya tidak mampu benar-benar mengulang kesuksesan Favourite’s Group era empat album rekaman awal mereka. Selain itu, sosok penynayi asal Surabaya tersebut  seakan memang menjadi bayang-bayang tak tergantikan dalam tubuh Favourite’s Goup.

Keteguhan mereka dalam berkarya pada akhirnya mengalami ujian berat manakala ditinggal pergi selamanya oleh sang leader yaitu A. Riyanto pada 17 Juni 1994. Kepergian A. Riyanto merupakan pukulan berat bagi favourite’s Group, mengingat saat itu mereka baru saja bangkit dari kevakuman. Menyusul bangkitnya kembali band-band era ‘70an seperti Koes Plus, Panbers dan D’lloyd pada 1993, Favourite’s Group pun turut hadir memeriahkan panggung showbiz Indonesia. Penampilan Favourite’s Group di kota Surabaya pada 9 Oktober 1993 di Plaza Tirta Swimming Pool (kini ditempati Monkasel), tampaknya merupakan penampilan terakhir grup ini bersama A. Riyanto menyambangi penggemarnya di kota Pahlawan.

Meskipun tertatih, Favourite’s Group terus melangkah di beberapa panggung hiburan. Bersama tiga personel yang tersisa yaitu Is Haryanto, Mus Mulyadi dan Tommy WS mereka mencoba hadir memenuhi kerinduan penggemar terhadap lagu-lagu hits grup ini. Dibantu oleh beberapa additional player seperti Yul Cristal, Pius, Denny Sammy dan Raharjo mereka kerap tampil di beberapa acara televisi yang menghadirkan lagu-lagu nostalgia.

Pada tahun 2005, mereka sempat mengeluarkan dua album yang ternyata saat ini bisa dikatakan merupakan album terakhir mereka dalam berkarya di blantika musik Indonesia. Album  tersebut adalah Pop Indonesia berjudul “Katakanlah Ya Ya Ya” yang kemasan cover kasetnya menyerupai album yang dirilis oleh Coklat band. Hal ini mungkin saja terjadi karena kedua album tersebut direkam di bawah label Sony Music. Album kedua yaitu sebuah album berbahasa jawa yang diberi judul “Favourite’s Group Pop Jawa Campursari”. Mengapa kedua album tersebut masuk kategori album terakhir Favourite’s Group, hal ini dikarenakan setelah itu hingga kini tak pernah dijumpai lagi mereka merilis album. Apalagi pada tahun 2009, goncangan melanda Favourite’s Group setelah ditinggal oleh Is Haryanto menghadap Yang Maha Kuasa. Setahun setelah itu, Mus Mulyadi mengalami kebutaan yang diakibatkan oleh parahnya penyakit gula yang dideritanya. Bahkan belakangan diketahui pula Tommy WS dilanda stroke berkepanjangan sehingga tidak mampu menyandang bass gitar lagi.

Secara perlahan, kita masih mendengar Favourite’s Group tampil di beberapa even. Dibantu oleh Mamiek Slamet dan Nana (eks bassis Empat Nada), Mus Mulyadi masih eksis mengibarkan bendera grup yang didirikannya bersama A. Riyanto ini. Adapun Harry Toos sudah lebih dulu menghindari hingar bingar gemerlapnya industri musik Indonesia, dengan memilih fokus membina keutuhan keluarga. Penampilan besar mereka sepat dilihat publik sekitar tahun 2010 dalam acara “Zona Memori” Metro Tv dan konser The Legend di Istora Senayan Jakarta pada tahun 2011. Saat itu Mus Mulyadi tampil dalam kondisi yang sudah sangat memprihatinkan, tak bisa melihat sekelilingnya yang hadir. Namun begitu tak sedikit pun beliau kehilangan semangat sebagai seorang penghibur.

Demikian yang dapat kami sajikan mengenai salah satu grup musik yang pernah melintasi kegemilangan jagad industri musik pop Indonesia. Bagaimana pun juga, kita merindukan mereka untuk tetap bersuara memenuhi ruang dengar dan menimbulkan kesan di hati kita sebagai penikmat musik. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam rangkaian kata maupun kalimat. Jayalah selalu musik Indonesia.

Favourite’s Group kami merindukanmu !

( Okky T. Rahardjo, penggemar Favourite’s Group dari Surabaya—085645705091 )

Jumat, 22 November 2013

Edisi Kuliner : Gado-Gado Unesa, Sebuah Kenikmatan Tersendiri

Kota Surabaya selain terkenal sebagai kota pahlawan, juga populer dengan sajian kuliner yang beraneka ragam. Bermacam-macam tempat menikmati panganan tersedia di berbagai sudut jalan kota metropolitan ini. Bila tengah berada di jalanan dan perut terasa lapar, tidak ada salahnya berhenti dulu mencari sebuah tempat alternatif untuk menikmati makan siang. Seperti yang tengah saya alami siang ini tadi.

Setelah menyelesaikan beberapa urusan, saya pulang dengan melintasi perkampungan Ketintang. Saat itu saya pulang dari sebuah bank cabang yang terletak di dekat kantor Polda Jawa Timur. Melintasi gedung Graha Pena saya belok ke kiri arah gedung Pembangkit Listrik Jawa Bali (PJB). Sedikit berputar kampung, saya melajukan kendaraan biru menuju kampus Unesa. Tujuan saya Cuma satu, Mencari alternatif tempat makan siang yang berbeda dari biasanya, mengingat saya juga tidak setiap hari melewati jalur ini. Sebelum memasuki kawasan kampus Unesa, saya teringat dengan seorang penjual gado-gado yang dulu pernah saya kunjungi selepas kuliah.

Ya, penjual gado-gado itu masih bertengger di pojok tikungan jalan. Mengambil tempat di depan Kantor Telkom Divre V Jawa Timur, stand Gado-gado ini terkesan Amigos alias Agak Minggir Got Sedikit, hehehe…. Warung gado-gado ini seringkali menjadi jujukan mahasiswa Unesa yang kebetulan melintas mau pulang tapi kelaparan. Siang itu rasanya nyaman sekali menikmati gado-gado sembari ditemani semilir angin dan riuh rendah kendaraan bermotor yang lalu lalang.

Gado-gado yang disajikan rasanya tidak berbeda dengan umumnya gado-gado lain yang pernah kita jumpai. Bahkan mungkin ada tempat lain di kota ini yang penyajiannya lebih istimewa dari pada gado-gado yang menghuni deretan warung kaki lima di jl. Ketintang ini. Namun karena tempatnya yang mendekati kampus menjadikannya sebagai gado-gado idola para mahasiswa Unesa. Mengingat dulu pernah menggelar stand di dalam kantin Unesa, maka warung gado-gado ini diberi nama Gado-gado Unesa. Mahasiswa yang kebetulan kos di seberang jalan, seringkali meluangkan waktunya untuk nongkrong atau sekedar membungkus seporsi gado-gado disertai taburan sambal yang mantab. Bahkan kaum pekerja pun seringkali menyediakan jam makan siangnya untuk menikmati gado-gado yang disediakan oleh seorang bapak yang saat ini terlihat makin tua ini.

Berapakah harganya, saat ini seporsi gado-gado bisa dinikmati dengan mengganti harga sebesar tujuh ribu lima ratus rupiah saja. Murah meriah, bukan. Walaupun seingat saya harganya sedikit lebih mahal dari pada ketika saya masih menjadi mahasiswa sekitar sepuluh atau sebelas tahun yang lalu. Us Namun rasanya tetap mantab dan nyaman bagi ukuran mahasiswa. Namun bila hendak membungkus, anda harus menambah biaya lima ratus rupiah. Sebagai teman pendamping makan, tersedia krupuk dan emping yang membuat makan siang kita semakin ramai dan nikmat.

Bagaimana bila kehausan, tidak usah kuatir. Memang penjual gado-gado tersebut tidak menyediakan minuman, namun tepat di sebelah kanan terdapat penjual minuman es degan atau kelapa muda yangs elalu siap sebagai pemadam kehausan bagi penikmat gado-gado. Sebuah hubungan yang saling menguntungkan terjalin antara penkjual gado-gado dan penjual es degan. Sebuah simbiosis mutualisme yang membuat pembeli pun merasa nyaman menikmati makan siang ditemani minuman segar langsung di tempat itu juga. Tidak perlu bayar mahal, cukup empat ribu rupiah per gelas maka kita dapat meredakan hausnya tenggorokan yang ditimbulkan oleh bumbu gado-gado yang kita santap.

Sayang sekali, ada sedikit catatan mengenai tempat penjualan gado-gado ini. Kita tidak bisa menikmati gado-gado secara leluasa mengingat tempat yang disediakan cukup sempit dan sesak. Tempat duduk yang disediakan tidak memadai untuk menampung banyak orang. Malah terkesan seadanya saja mengingat banyak sekali peminat gado-gado sebagai pereda rasa lapar di siang hari. Dulu semasa masih menempati area kantin fakultas ekonomi, stand gado-gado ini masih memiliki lokasi duduk yang strategis dan nyaman. Kini, bila kita ketinggalan beberapa menits aja maka bisa kehilangan peluang untuk mendapatkan tempat duduk yang nyaman.

Bagaimana, masih bingung memikirkan di mana besok mau menikmati makan siang di kota Surabaya ini ? Cobalah sesekali mampir ke warung Gado-gado Unesa yang buka mulai jam 10.00 hingga menjelang senja pkl. 17.00. Bila sudah menikmati santap siang gado-gado unesa ini, jangan lupa angkat dua jempolmu tanda kepuasan tak terkira. Setelah itu, jangan lupa bayar biar ga’ dipisuhi sama penjualnya…hehehehe…

( Okky T. Rahardjo, penikmat kota Surabaya-085645705091 )














Selasa, 12 November 2013

Tiga Pemain Drum Yang Sekaligus Vokalis

Murry "Koes Plus"

Mengamati blantika musik era 70an sangat menarik untuk diikuti. Saat itu ada banyak ragam aksi dari musisi yang hampir tidak ditemui saat ini. Bila boleh dibandingkan, vokal para penyanyi saat itu terdengar lebih alami dan merdu dibandingkan penyanyi saat ini. kita melihat beberapa penyanyi solo yang memiliki nafas lebih panjang dan merdunya mereka berolah vokal. Rasanya hanya masa-masa itu kita mengenal adanya pembagian suara yang terdengar manis dilantunkan oleh penyanyi-penyanyi pada sebuah band. Sementara saat ini setiap grup band hanya mengandalkan satu suara yang dilafalkan oleh vokalisnya. Tidak ada duet apalagi pembagian suara 1, 2 dan 3 pada sebuah lagu.

Tulisan ini tidak hendak membahas masalah olah vokal secara teknis, namun ada sebuah hal yang unik yang sayang untuk dilupakan begitu saja. Pada masa itu kita mengenal hampir sebagian besar personel band selain memainkan alat musik, mereka juga ikut mendendangkan suaranya dalam album yang mereka rekam. Selain grup tersebut juga memiliki personel yang dinobatkan sebagai vokalis secara khusus. Contoh yang paling mencolok adalah Koes Plus. Selain Yon Koeswoyo yang ditahbiskan sebagai vokalis, ternyata ketiga personel yang lain juga piawai melantunkan vokal bahkan dalam berkarya menulis lagu kemampuan mereka rata-rata sama. Selain itu ada juga Panbers, The Mercy’s, Favourite’s Group atau Usman Bersaudara. Kita mampu menyebutkan vokalis utama masing-masing grup tersebut, namun ternyata personel dari masing-masing grup tersebut juga ikut menyumbangkan suaranya dalam pita rekaman album mereka.

Secara spesifik tulisan ini akan membahas satu posisi dalam sebuah band yang hampir jarang kita dengar pada era millennium ini. Posisi tersebut adalah pemain drum yang juga merangkap sebagai vokalis. Beberapa band populer Indonesia tercatat memiliki vokalis yang merupakan pemain drum. Sebuah hal yang unik dan menarik. Mengingat biasanya yang kebagian tugas sebagai vokalis adalah pemain gitar atau organ. Pada dasawarsa 1970an, ada begitu banyak pemain drum yang handal. Contohnya Benny Mustafa, Fuad Hassan, Chairul atau Jelly Tobing. Demikian juga untuk vokalis yang dahsyat sangat banyak sekali. Tersebutlah Benny Panjaitan, Charles Hutagalung atau Yon Koeswoyo. Namun pemain drum merangkap vokalis, sedikit sekali.

Di antara yang sedikit itu muncullah nama Murry. Peran ganda Murry ini bisa kita ikuti ketika dia membentuk Murry’s Group selepas rehatnya Koes Plus pada 1977. Debutnya melalui album Papiku Mamiku membuktikan dirinya sebagai pemain drum sekaligus vokalis yang layak diperhitungkan. Memang dalam album-album yang diterbitkannya baik melalui Remaco maupun Irama Tara, terdapat nama lain yang mendampinginya berolah vokal, namun peran Murry sangat dominan. Tersebutlah lagu Terang Bulan, Pantun Lama, Palapa, Balada Gadis Kecil dan Selamat Tinggal Saudaraku. Di pihak lain kita juga mendengar tembang-tembang macam Besi Tua, Anak Cucu, Konco Becaan, Biar Lambat Asal Selamat atau Tujuh Tahun.

Murry benar-benar mampu membuktikan eksistensi dirinya bahwa dia tidak habis sekalipun tidak bergabung dengan tiga Koeswoyo bersaudara dalam Koes Plus. Memang yang dicatat pada tulisan ini adalah keberadaan Murry dalam formasi Murry’s Group karena pada grup inilah Murry benar-benar eksis sebagai vokalis. Sementara dalam formasi Koes Plus, Murry memang berolah vokal namun keberadaannya bukan sebagai lead vocal sebagaimana pada Murry’s Group. Vokal Murry benar-benar menonjol pada grup yang dibentuk bersama ketiga personel Yeah Yeah Boys asal Surabaya ini. sayang sekali sedikit sekali catatan tentang show Murry’s Group pada masa itu. Sehingga praktis keberadaan mereka hanya dapat dideteksi melalui album rekaman yang mereka rilis.

Catatan kedua mengenai pemain drum sekaligus vokalis adalah Sofyan dari grup Usman Bersaudara. Siapa yang menyangka bahwa vokal merdu dari lagu indah macam Kasih Mama, Wulandari, Gelap, Mandolin atau Angkat Topi dinyanyikan oleh seseorang yang duduk di balik kursi drum. Bahkan peran Sofyan sebagai pemain drum sekaligus vokalis ini sudah bisa diikuti sejak beliau bergabung pada Man’s Group atau No Koes. Album No Koes “Sok Tahu” yang masih belum ada vokal Nomo Koeswoyo, ternyata sebagian besar Sofyan lah yang menyanyikan. 

Tentu tidak mudah menabuh drumj sembari bernyanyi, namun keberadaannya yang unik itulah yang selalu ditunggu oleh penonton kala Usman Bersaudara manggung. Usman memang tetap berfungsi sebagai announcer, namun vokalis sebagian besar lagu-lagu mereka ya Sofyan ini yang merupakan ayah kandung Puput Melati. Sambil sedikit membungkuk menyorongkan badan mendekatkan diri pada mik yang terpasang di atas drum, Sofyan dengan perlahan mendendangkan lagu yang harus dia selesaikan. Saat Usman Bersaudara tampil secara reuni pada tahun 2002 di studio TVRI Jakarta, Sofyan tetap menjalankan fungsi gandanya. Hanya saja karena tertolong oleh kemajuan teknologi, dia bernyanyi sembari dikelilingi mik kecil yang melilit di kepalanya.

Profil ketiga yaitu Syech Abidin. Pemain drum AKA dan SAS ini rupanya juga seorang vokalis yang bersuara merdu. Saat AKA manggung, orang boleh saja terbius oleh gaya eksentrik Ucok Harahap, namun dalam album rekaman penggemar musik akan terbuai oleh suara yang mendayu-dayu dari pria keturunan Arab ini. Saat itu grup musik seganas AKA tetap harus tunduk pada tuntutan pasar. Arus komersil saat itu sedang berpihak pada lagu yang mendayu-dayu alias melankolis yang didominasi oleh grup musik pop. Jadilah kita mengenal album-album AKA sebagian lagu berirama rock, sebagian lagu lagi berirama pop. Untuk urusan rock and roll, bolehlah Ucok Harahap ambil bagian dengan lagu-lagu berbahasa Inggrisnya. Namun orang akan selalu teringat dengan lagu-lagu macam : Badai Bulan Desember, Akhir Kisah Sedih, Dunia Buram atau Di Akhir Bulan Lima. Di situlah Syech Abidin mengambil peranan dengan sangat baik. Teringat pula ketika bergabung bersama SAS lagu yang populer yaitu Rindu meluncur dari vokal manisnya. Pria kelahiran kampung Arab kompleks makam Sunan Ampel Surabaya ini telah meninggalkan hingar bingar musik Indonesia selama-lamanya untuk menghadap Tuhannya pada Sabtu, 9 November lalu.

Memang sederet pemain drum lain macam Reynold Panggabean, Asido Pandjaitan atau Is Haryanto juga ikut bernyanyi bersama grup mereka dalam rekaman album. Namun ketiga nama di atas benar-benar seorang pemain drum yang juga vokalis utama. Sebuah kombinasi unik yang jarang ditemui pada jagad hiburan belakangan ini.

Demikian yang dapat kami sajikan melalui tulisan ini. mohon maaf atas segala rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan. Jayalah selalu musik Indonesia.

( Okky T. Rahardjo, penggemar musik pop Indonesia di Surabaya—085645705091 )

Sofyan Usbross