Rabu, 25 Juni 2014

Vitara Band, Mengusung Nostalgia Di Kota Madiun




Vitara Band Beraksi




Senin malam, 23 Juni 2014 pkl. 19.30. Sebuah telepon datang dari Bambang KPM, salah seorang personel KPM  ( Koes Plus Mania )Band. Saat itu dia memberitahu bahwa KPM band malam itu akan tampil di Hotel Merdeka Madiun. Ketika saya tanyakan perihal jam mainnya, dia menjawab pkl. 20.30. “Hmmm...kurang 1 jam lagi. Mendadak sekali..” Setelah mengadakan negosiasi dengan orang seisi rumah, malam itu segera saya mengajukan sepeda motor warna oranye yang saat itu sedang tidak bertugas.

Kebetulan saat itu saya sedang berada di Takeran, Magetan. Sebuah desa yang berbatasan dengan kota Madiun. Sedikit terpincang, saya mengusahakan diri untuk hadir. Mengingat baru ini saya menyaksikan penampilan KPM band di kota Madiun. Bahkan telepon dari mas Bambang tersebut seakan spekulasi karena tidak menduga saya berada di Takeran. Melintasi malam yang beralaskan jalan penuh lubang dan batu yang seperti menjebak, saya lalui jalanan penghubung antara Takeran-Gorang Gareng tersebut. Jembatan Madigondo dan Sambi Rejo pun terlampaui sudah. Singkatnya, saya pun tiba di depan hotel Merdeka Madiun.

Setibanya di hotel legendaris kota Madiun itu saya ditanya petugas keamanan “hendak menghadiri pernikahan ya..”. Saya yang tidak tahu bentuk acaranya hanya mengiyakan sambil berkata kalau saya diminta teman pemain band untuk hadir. Di dinding depan terpajang sebuah banner berukuran besar dengan tulisan “ Selamat datang Sigit Budiarto dan Trikus Heryanto, juara dunia bulu tangkis”. Ya ampun, iki mantenan opo badminton yo....:)

Setelah berkomunikasi dengan mas Bambang, kami berjumpa di pintu samping hotel Merdeka. Sekilas kami melihat mobil Walikota Madiun meninggalkan lokasi acara dengan diiringi mobil jeep pengawalnya. Setelah bincang santai sejenak di ruang tunggu belakang panggung, pkl. 20.35 tibalah saatnya teman-teman KPM band tampil di panggung utama Hotel Merdeka. Sebuah hotel yang juga merupakan saksi perjuangan bagi warga kota Madiun.

Malam itu pembawa acara memperkenalkan mereka sebagai Vitara band. Memang mas Bambang pernah berkata kalau mereka mempunyai dua nama. Ketika mereka manggung dengan nama KPM band, maka mereka akan full membawakan lagu-lagu Koes Plus. Namun ketika job yang mereka terima adalah mendendangkan lagu-lagu nostalgia umum, baik barat maupun Indonesia, maka saat itu merk mereka adalah Vitara Band. Bambang selaku vokalis dan melody gitar didampingi tiga rekan setianya. Sapto malam itu kebagian memencet tuts keyboard. Kokok bertugas mencabik bass gitar. Sementara di posisi penggebuk drum diisi oleh Hari. Namun lagu-lagu abadi karya Koes Bersaudara maupun Koes Plus tetap menjadi landasan bermusik mereka.

Kembali Ke Jakarta menjadi pilihan pertama untuk dibawakan oleh Vitara band. Secara berkelakar Bambang mengatakan bahwa lagu ini identik dengan Massachusette milik Bee Gees. Beberapa tamu yang duduk di barisan depan pun menyetujui pendapat tersebut. Selanjutnya secara bertubi-tubi meluncurlah lagu-lagu Koes Plus yang dibawakan secara atraktif oleh Bambang dkk. Bujangan, Kisah Sedih Di Hari Minggu dan Jemu serta Aku Kembali meluncur dengan lancar dari band pelestari Koes Plus pertama di kota Surabaya ini. Suasana makin meriah ketika lagu-lagu pop Jawa dinyanyikan secara medley oleh Vitara band. Tul Jaenak, Ojo Nelongso serta Pring Gading dibawakan secara duet oleh Bambang bersama Kokok.

Malam itu Vitara band tampil mengenakan kemeja serta celana serba hitam. Banyaknya jam terbang dalam menapaki dunia hiburan membuat mereka mampu menguasai panggung dan matang dalam menghibur tamu-tamu undangan yang hadir. Bahkan ketika ada yang maju untuk menyumbangkan suaranya pun Vitara dengan sigap memenuhi permintaan itu. Bermula dari seorang ibu yang mendendangkan Manis dan Sayang serta Andaikan Kau Datang, berikutnya satu per satu permintaan lagu mulai bergulir. 

Malam itu suasana hall utama hotel Merdeka tampak dipenuhi oleh tamu undangan yang menghadiri resepsi pernikahan salah satu tokoh di Madiun. Sang tuan rumah adalah Slamet Budiarto yang adalah aah dari pebulu tangkis kebanggaan Indonesia, Sigit Budiarto. Pernikahan ini adalah pernikahan kedua setelah isteri yang terdahulu meninggal dunia. Oleh karena yang punya gawe adalah seorang yang cukup pnya nama, maka yang hadir pun orang-orang yang memiliki strata kelas menengah ke atas. 

Duduk melingkar dalam format round table, para tamu menikmati sajian hiburan sambil menyantap hidangan malam yang tersedia di sisi kanan panggung. Beberapa pejabat kota madiun hadir untuk memberikan ucapan selamat bagi penyelenggara acara. Pejabat kepolisian, para birokrat sampai pengusaha tampak bergembira larut dalam nuansa nostalgia yang dihadirkan malam itu. Tampak duduk di meja depan panggung salah seorang seniman kenamaan asal Madiun yang sukses di ibu kota yaitu Harry Cahyono. Sekedar mengingatkan bahwa beliau ini pernah sukses menulis skenario film “Langitku Rumahku” dan sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”. Bagi penggemar Koes Plus, Harry Cahyono dikenang melalui lagu Indahnya Kasih dan Song of Porong. Bahkan Yon Koeswoyo pernah mendendangkan lagu karya Harry pada debut album solonya yaitu Lantaran.

Deretan ucapan selamat berupa karangan bunga yang terpajang di pintu masuk pun tampaknya menandakan bahwa sang tuan rumah bukan orang sembarangan. Mulai Kapolres Kota Madiun yaitu Anom Wibowo hingga sekelas menteri Djoko Suyanto pun menyediakan diri untuk mengirimkan ucapan selamat berbahagia.

Kembali ke panggung, suasana makin marak dengan berbagai tamu yang menyumbangkan suaranya di atas panggung untuk diiringi oleh Vitara band. Namun tidak semua lagu yang dinyanyikan adalah Koes Plus. Setelah ibu berbaju hitam yang mendendangkan lagu karya Tonny Koeswoyo tadi, yang lain tampaknya memilih menyanyikan lagu-lagu nostalgia umum. Seorang bapak menyanyikan Kemesraan. Diikuti pula yang lain mendendangkan Carol, Diana dan lagu-lagu oldies lain. 

Suasana makin malam tapi tanda usai acara pun tak nampak juga. Segera saya beringsut mengundurkan diri dari lokasi pada pkl. 22.00. mengingat makin malam, perjalanan pulang maki membahayakan. Maklum saja, walaupun sudah memasuki era millenium namun kondisi jalan tampaknya tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Tak ubah seperti tahun 1950an. Selain berlubang, juga minim penerangan. Kalau tidak hati-hati, bisa terjebak ranjau berupa lubang berbatu. Sambil menuntun motor oranye, sayup saya mendengar “Badai Bulan Desember” didendangkan oleh seorang pria diiringi oleh Vitara band. 

Salut untuk Vitara band yang mampu menyediakan diri sebagai penghibur yang profesional bagi siapa pun yang mengundang. Salut juga untuk komitmennya menjujung tinggi karya besar Koes Plus dalam bentuk apa pun. Terima kasih untuk undangannya, mudah-mudahan kita bisa berjumpa lagi baik di Surabaya, Madiun maupun tempat lain. Sukses selalu untuk perjuangan mas Bambang, mas Sapto, mas Hari dan mas Kokok. Jaga kesehatan selalu ya, mas...

( Okky T. Rahardjo, penggemar Koes Plus dari Surabaya—085645705091 )




Hari beraksi bermain drum