Minggu, 11 Oktober 2015

Bung Karno ( Memang ) Lahir Di Surabaya

     


       Beberapa waktu lalu saya mendapatkan kiriman sebuah buku istimewa dari seorang rekan yang berasal dari Malang.  Buku tersebut berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Buku bersampul merah ini terbilang istimewa karena merupakan cetakan pertama dari terjemahan bahasa Inggris yang ditulis oleh Cindy Adams, seorang wartawati asal Amerika Serikat. Dengan mengganti biaya pengadaan buku serta ongkos kirim yang ditotal sejumlah selembar uang bergambar Dwi Tunggal Proklamator, buku ini dengan selamat sampai di tangan saya.

            Saat ini memang sudah beredar cetak ulang yang entah keberapa dari buku biografi Sang Proklamator ini, namun terasa lebih istimewa bila mendapatkan cetakan pertama dari buku yang keberadaannya sempat menjadi kontroversi pada awal berdirinya Orde baru. Bahkan menurut kisah beberapa orang pada tahun 1967 terdapat beberapa data yang sengaja dibelokkan dari fakta yang sebenarnya. Adapun buku yang saya miliki ini terbitan Gunung Agung Djakarta pada tahun 1966.

            Pada buku ini wawasan saya terbuka dengan senyatanya data bahwa Bung karno memang dilahirkan di Kota Surabaya. Sejak tiga tahun terakhir ini memang ada sebuah penemuan data baru yang menyatakan bahwa Soekarno atau Bung Karno dilahirkan di Surabaya menggantikan keterangan sebelumnya yang menyebutkan beliau dilahirkan di Blitar. Hal ini pernah diungkapkan oleh seorang wartawan senior dari Surabaya yaitu Pieter Rohi.

            Saya bukan bermaksud menyanggah atau membandingkan data dengan bapak Pieter Rohi yang sudah sekian lamanya malang melintang dalam dunia jurnalistik baik di Surabaya maupun di ibu kota atau mempertentangkan data  yang dimiliki oleh sejarahwan lain. Keberadaan Bung Karno yang dilahirkan di Kota Surabaya tertuang dengan lugas pada bab 2 halaman 29. Saat itu bab kedua yang berjudul Putera Sang Fadjar sedang membahas mengenai kisah cinta antara Raden Sukemi Sosrodihardjo, yang berasal dari Jawa dengan Idaju yang berasal dari Bali. Pada saat kedua insan ini menautkan cinta mereka pada pernikahan, Soekarno menuliskan sekilas mengenai kelahirannya di Kota Pahlawan ini.

            Berikut saya ketikkan ulang sesuai aslinya, sebuah paragraf terakhir yang berada pada halaman 29 buku yang dicetak oleh percetakan Gita Karya ini.

            “ Karena bapak merasa tidak disukai orang di Bali, ia kemudian mengadjukan permohonan kepada Departemen Pengadjaran untuk dipindahkan ke Djawa. Bapak dikirim ke Surabaja dan disanalah putera sang fadjar dilahirkan. ”

            Hal ini diperkuat pada halaman berikutnya yang memuat pula alamat lengkap tempat tinggal Bung karno semasa kecil. Berikut ini alinea kedua yang dimuat pada bab ketiga berjudul Modjokerto : Kesedihan Dimasa Muda.

            “ Dengan kakakku perempuan Sukarmini, jang dua tahun lebih tua daripadaku, kami merupakan suatu keluarga jang terdiri dari empat orang. Gadji bapak f25 sebulan. Dikurangi sewa rumah kami di Djalan Pahlawan 88, neratja mendjadi f15 dan dengan perbandingan kurs pemerintah f3,60 untuk satu dollar dapatlah dikira-kira betapa rendahnja tingkat penghidupan keluarga kami. “

            Saya tidak begitu paham, apakah Soekarno dilahirkan di jl. Pandean sebagaimana yang diakui saat ini, namun yang pasti melalui buku ini dapat diketahui bahwa Soekarno menjalani masa kecilnya di jl. Pahlawan 88 sebagaimana yang terungkap di atas. Pada usia enam tahun, Soekarno dan keluarganya pindah domisili ke Mojokerto. Di sinilah kehidupan berikutnya dimulai. Kehidupan yang ternyata tidak lebih baik dibandingkan saat mereka tinggal di Kota Pahlawan. Digambarkan oleh Bung karno bahwa mereka hidup dalam suasana kemelaratan. Bahkan di bagian lain disebutkan bahwa saat umur empat atau lima tahun, Soekarno sempat tinggal di Tulungagung di bawah asuhan nenek dari pihak sang ayah.

            Kehidupan Soekarno di kota Surabaya dimulai lagi ketika menempuh pendidikan akademik kelas menengah. Saat itu ayahnya menyekolahkan Soekarno di sekolah menengah yang tertinggi di Jawa Timur yaitu HBS di kota Surabaya. HBS sendiri kependekan dari Hogere Burger School atau setingkat SMP di masa penjajahan kolonial. Saat itu ayah Soekarno menitipkannya di rumah seorang sahabatnya yaitu HOS Tjokroaminoto, seorang tokoh politik terkenal.

            Dalam ingatannya Bung Karno memaparkan bahwa dia saat itu tinggal di kampung yang penuh sesak yang tidak jauh dari sebuah kali. Kampung tersebut saking sempitnya sampai digambarkan tidak cukup bila dilalui oleh sebuah mobil. Kampung itu disebutnya bernama Jl. Peneleh Gang 7 Surabaya. Hal ini termuat dalam halaman 46 pada bab keempat yang bertajuk Surabaja : Dapur Nasionalisme. Soekarno tak lupa mengingat bahwa keluarga Tjokroaminoto yang berjumlah enam orang tinggal di bagian depan rumah, sementara dia beserta rekan-rekan yang indekos harus menginap di bagian belakang rumah.

            Sangat membanggakan sekali menemukan kenyataan otentik bahwa sang putera fajar,yang kelak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, dilahirkan dan tumbuh sebagai seorang remaja idealis di kota Surabaya. Betapa tidak, saat saya dulu masih usia Sekolah Dasar kelas 3 mendapati pembahasan tentang Bung Karno yang disebutkan lahir di kota Blitar. Sayang sekali buku pelajaran sejarah tersebut tidak pernah saya simpan. Pernyataan yang menyebutkan Soekarno lahir di Blitar itulah yang mengacaukan sebagian sejarahwan hingga seorang tokoh sekaliber presiden Republik Indonesia.

            Sebuah penegasan mengenai kebanggaan dirinya yang dilahirkan di Surabaya diungkapkan oleh Bung Karno sekali lagi dalam sebuah alinea singkat. Saat itu dia menggambarkan kondisi revolusi di Jakarta yang harus menunggu hadirnya dirinya yang masih baru hadir di dunia melalui kota Surabaya. Perhatikan untaian kalimat berikut yang terdapat di halaman 45 ini :

            “ Bangsa Indonesia jang menderita setjara perseorangan sekarang mulai menjatukan diri dan persatuan nasional mulai tersebar. Ia lahir di Djakarta, akan tetapi sang baji baru pertama kali melangkahkan kakinja di Surabaja. “

            Terima kasih Bung karno telah pernah lahir dan hadir di Kota Surabaya, walaupun kami tahu itu bukan pilihan dan kehendakmu sendiri. Kami bangga seorang tokoh besar bangsa ini pernah menghiasi dinamika Kota Surabaya, sebuah kota revolusi yang sesungguhnya.


( Okky Rahardjo, salah seorang pengagum Soekarno, 085645705091, 518CC94A )