Sabtu, 13 Februari 2016

Sisa Cerita Liputan Koes Plus, Seminggu Lalu ...


Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 09.00
Udara pagi Kota Madiun masih terasa sejuk dan segar. Hujan semalam menyisakan kesegaran yang membuat diri ini terasa enggan untuk beranjak dari kamar tidur, di penginapan sederhana yang kami tinggali sejak sehari sebelumnya. Memang seharian sampai malam hujan mengguyur bumi Madiun yang membuat kota pecel ini menjadi lebih dingin dibandingkan hari-hari biasanya. Namun begitu kami merasa bersyukur karena dapat menikmati suasana lain dibandingkan keseharian kami yang terasa penat di sela udara Kota Surabaya yang begitu menyengat dan menguras keringat.

Saat itu kami memang ada di Kota Madiun untuk meliput jalannya konser bersejarah yang diadakan oleh pengggemar Koes Plus di Kota Madiun. Kami menyebut sebagai konser bersejarah karena terhitung sangat jarang dan bahkan langka menyaksikan penampilan Koes Plus di Kota Madiun. Di kota kecil ini segalanya terasa sulit untuk mengadakan pementasan band ibu kota termasuk Koes Plus. Berbagai kerumitan kami dengar dari keluhan beberapa orang panitia sejak hari-hari yang lampau. Mulai perijinan keramaian, pengurusan pajak, penjualan tiket dan sebagainya. Maklum saja kalau rentang waktu penampilan Koes Plus terhitung lama di kota ini. Dibandingkan pementasan Koes Plus di Kota Surabaya yang masih lebih beruntung karena banyak sekali even organizer, maka pihak penyelenggara di Kota Madiun harus berjuang ekstra keras.

Pagi itu kami berdua selaku tim dokumentasi penampilan Koes Plus mulai beranjak mencari sarapan untuk pengisi perut sebelum banyak beraktivitas di sepanjang hari. Mau makan apa lagi di Madiun kalau bukan nasi pecel. Ya, kuliner khas kota madiun ini memang sangat disayangkan kalau sampai terlewatkan. Setelah berjalan sekitar lima puluh meter dari hotel Matahari tempat penginapan kami, sebuah warung nasi pecel di depan stasiun Kota Madiun menjadi tujuan kami untuk makan pagi. Murah sekali, makan nasi berdua dengan lauk telur dadar ditambah dua teh hangat dihargai sejumlah lima belas ribu rupiah. Wah kalau di Surabaya harga segini hanya cukup untuk porsi satu orang.

Usai makan pagi, kami pun kembali ke tempat penginapan. Kalau penginapan ini bernama Hotel Matahari jangan pernah dibayangkan bahwa tempat ini seperti hotel yang ada di kota besar seperti Surabaya atau Jakarta. Namanya saja hotel, tapi levelnya ya losmen. Mungkin bisa disebut hotel kelas melati. Yang penting kami bisa meneduhkan diri untuk waktu yang singkat ini. Hotel ini pun juga menjadi tujuan saya ketika dulu menjalin gadis di kota ini. Oleh karena saya berasal dari Surabaya, maka ketika menemui kekasih hati saya pun harus bermalam di penginapan. Masih belum boleh tinggal walau semalam di rumahnya, karena selain belum ada hubungan yang serius juga menjaga etika di antara penduduk sekitar tempat tinggal sang calon istri. Hmm, jadi bernostalgia nih...

Kemabli ke hotel kami pun segera mempersiapkan diri untuk berkemas. Mengingat jam 12 siang merupakan waktu check out bagi semua pengunjung yang bermalam.  Sambil berkemas, kami pun menanyakan pada panitia tentang keberadaan Yon Koeswoyo yang dijawab masih diantar jalan-jalan sehingga kalau mau menemui disarakan satu jam lagi saja. Jarum jam masih menunjukkan kisaran pkl. 10.00, menurut kami sekalian nanti saja check out kami menuju tempat personel Koes Plus tinggal selama di Kota Madiun.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 12.00
Kami berdua menuju lokasi Sun Hotel. Di sinilah nanti malam akan berlangsung konser bersejarah. Di tempat ini pula personel Koes Plus menginap sejak tiba di kota brem ini sehari sebelumnya. Kami melintasi jalanan protokol Kota Madiun mengendarai kendaraan tipe MMM yaitu Motor Milik Mertua yang saya gunakan untuk keperluan meliput konser Koes Plus ini. Saat kami tiba di lokasi parkir hotel yang merupakan bagian dari jaringan komplek Sun City ini kami berjumpa dengan Tri Cahyono, koordinator KPK Madiun alias Komunitas Penggemar Koes Plus.

Berdua kami menuju lobby hotel dengan tujuan untuk menunggu kabar kapan bisa berjumpa personel Koes Plus. Secara kebetulan pula kami berjumpa dengan Effendy selaku panitia yang terlibat sibuk menyibuk urusan konser Koes Plus di Madiun ini. Kepada kami Effendy berkata kalau dia masih repot menyaipkan makan siang untuk Koes Plus. Sedianya akan disiapkan rawon istimewa di depot langganannya, namun karena depot tersebut tutup maka dia hanya bisa menyediakan rawon seadanya. Malahan kami melihat dia sudah membawa sekantong plastik berisi “black soup” yang katanya merupakan pesanan Yon Koeswoyo itu. Jadilah kami bertiga duduk di lobby yang sudah berhias pohon angpao, sambil menunggu Yon Koeswoyo bersama personel yang lain menikmati santap siang.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 13.00
Handphone saya yang berkategori warga keturunan mulai bergetar. Segera saya baca SMS yang masuk. Rupanya dari panitia yang mengabarkan “Sekarang di kamar 310...”. Tak perlu banyak tanya kami sudah paham maksudnya. Segera kami menuju lift untuk mengantarkan kami ke lantai atas yang tentu saja merupakan kamar tinggal personel Koes Plus. Saat kami bertiga berjalan menuju lift, sekilas di sebelah kiri kami beberapa orang panitia sedang duduk di sebuah ruangan besar. Rupanya itu tempat yang kelak akan dijadikan venue pelaksanaan konser Koes Plus.

Saat kami mengurutkan nomor kamar, kami mendengar suara riuh rendah orang bercakap-cakap di sebuah kamar yang terbuka pintunya. Segera kami masuk dan melihat Yon Koeswoyo duduk ditemani dua orang panitia. Sebagaimana sikap saya ketika beberapa kali sebelumnya jumpa Yon Koeswoyo, maka spontan saya menyalami dan mencium tangan sang musisi legendaris itu. Cium tangan tanda penghormatan kepada seseorang yang menjadi sosok yang saya kagumi. Selain sebagai bakti seorang muda kepada yang lebih senior.

Haru, bahagia dan speech less saat jumpa Yon Koeswoyo setelah empat tahun tak sempat berjumpa. Terakhir saya berjumpa beliau saat konser reuni di Kota Malang. Beberapa kali penampilan di Kota Surabaya saya lewatkan dengan berbagai alasan yang membelakangi. Setelah rekan peliput yaitu Heri Purwanto dan Tri cahyono ikut berjabat tangan, saya pun mengajukan diri untuk berfoto bersama beliau. Saat saya berfoto semula mengambil posisi duduk bersama di ranjang beliau. Namun karena posisinya membelakangi matahari, beliau memperingatkan Heri Purwanto yang hendak menjepret menggunakan kamera android milik saya.

“ Sebentar, ini kan menghadap matahari...nanti kurang bagus...Kita pindah posisi saja. Masa’ tukang foto ga ngerti posisi yang bagus...”. Lalu kami pun ganti posisi duduk di ranjang seberang yang lebih aman dari jangkauan sinar matahari. Jadilah sebuah foto berharga berdua bersama Yon Koeswoyo setelah foto terakhir enam tahun sebelumnya terjadi di Surabaya. Usai mengambil gambar bersama Yon Koeswoyo, kami pun memohon ijin kepada panitia untuk mempersiapkan kamera di lokasi konser.

Kami sempat mendapatkan bocoran bisikan dari panitia bahwa check sound akan dimajukan dari jadwal semula pkl. 15.00 menjadi lebih awal. Hal ini disebabkan sudah banyak yang mendengar kabar tentang check sound sehingga akan menimbulkan keramaian. Namun Yon Koeswoyo sempat berkata “Sudah seperti semula saja, tidak usah diubah-ubah jamnya...”. Kami tidak sempat mendengarkan perbincangan selanjutnya, kami sudah mohon diri lebih dulu.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 13.30
Kami berdua selaku tim dokumentasi sudah memasuki ruangan pertunjukan dipandu oleh salah seorang panitia. Kami mengenali pria ini sebagai panitia karena mengenakan kaos yang sama dengan orang lain yang berlalu lalang di dalam area Sun Hotel. Kaos yang menjadi dress code yaitu warna hitam dengan gambar personel diambil dari cover volume 7.

Banner besar terpampang menghiasi panggung dengan titel “Nostalgia Bersama Koes Plus”. Pada banner berlatar belakang warna merah ini terpampang gambar besar sosok Yon Koeswoyo memegang gitar. Tidak ada gambar personel lain. Hal ini rupanya juga berlaku saat Koes Plus mengadakan pementasan di kota lain seperti di Cilegon beberapa waktu lalu. Entah apa alasannya, padahal beberapa tahun lalu masih tergambar empat personel Koes Plus formasi baru atau yang sering kita sebut Koes Plus Pembaruan saat promosi pementasan.

Segera kami berdua mulai berurusan dengan kabel yang saling menjuntai untuk menghubungkan dengan kamera yang sudah disiapkan. Oya di mana ketua KPK tadi....Rupanya tertinggal di kamar Yon Koeswoyo karena berjumpa dengan panitia yang merupakan teman lamanya. Sekalian berbincang dengan Yon Koeswoyo lebih puas, silakan mas...hehehe. Posisi kamera sudah siap untuk mengabadikan jalannya konser. Kami pun juga menyiapkan segala sesuatunya termasuk menyicil gambar untuk dijadikan suasana awal sebelum konser berlangsung. Termasuk juga pengambilan adegan untuk keperluan opening dan closing video.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 13.45
Personel dan kru Koes Plus mulai memasuki lokasi untuk melakukan check sound. Teknisi Koes Plus berjumlah tiga orang yang dikomandani oleh kru senior yaitu Aam mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Saat itu yang kami lihat sebagai personel Koes Plus yang bersiap check sound hanya Seno dan Soni. Sementara Yon Koeswoyo memilih untuk beristirahat supaya lebih prima untuk penampilan malam harinya. Bagaimana dengan Acil yang menjadi additional player pada Koes Plus formasi terbaru ini, menurut kabar yang beredar rupanya saat itu masih belum tiba di Madiun karena baru mengisi acara semalam sebelumnya bersama B Plus.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 15.30
Hujan mulai mengguyur lagi Kota Madiun. Sejuta perasaan berkecamuk saat itu. Akankah cuaca menjadi penghalang datangnya penonton menghadiri konser yang berlangsung di belakang Carefour Madiun ini. Kami tim dokumentasi hanya bisa duduk di dalam ruangan sambil menantikan segala sesuatunya. Kamera sudah disiapkan tinggal menunggu “waktu pertempuran” saja. Kami sengaja memilih untuk menetap di ruangan besar itu supaya tidak repot keluar masuk. Kami tinggal di lokasi acara bersama tim sound system dan lighting yang sedang menata peralatan juga.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 18.00
Panitia mulai tampak mempersiapkan diri di dalam lokasi acara. Pembawa acara pun mulai mengecek mik yang tersedia. Pengisi acara pembuka yaitu seorang gadis cantik juga mulai menata diri bersama seorang pemain keyboard. Rupanya acara akan dibuka dengan penampilan elektone lagu-lagu hits masa kini. Satu per satu penonton mulai memasuki lokasi acara menduduki kursi sesuai dengan kategori masing-masing. Konser kali ini terbagi menjadi tiga kategori penonton yaitu Kategori A bagi penonton dengan tiket seharga Rp. 400.000, kategori B untuk kursi dengan biaya Rp.300.000 dan kategori C bagi mereka yang membeli tiket dengan nominal Rp. 200.000.

Konser kali ini dijaga oleh petugas keamanan yang berlapis tingkat. Tidak cukup dari pihak kepolisian setempat, namun tampak juga aparat bertuliskan provost ikut mengamankan jalannya konser Koes Plus malam ini. Entah apa alasannya, sampai pengamanan begitu kompleks. Mungkin juga karena akan ada pejabat yang akan menghadiri konser musik grup legendaris ini.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 19.00
Kursi yang dibedakan dengan pita warna emas, biru dan merah sudah mulai terisi. Tampaknya antusiasme penggemar Koes Plus di Madiun dan sekitarnya mengalahkan cuaca hujan yang mengiringi malam itu. Walikota Madiun Bambang Irianto juga tampak hadir duduk di kursi VVIP di barisan terdepan tanpa ditemani pejabat setingkat lainnya. Penyanyi elektone pun juga sudah mulai mengisi acara dengan lagu-lagu hits Indonesia masa kini. Pembawa acara juga mulai menjalankan tugas dengan sesekali improvisasi dengan mengajukan pertanyaan seputar Koes Plus pada penonton yang merupakan penggemar fanatik. Pertanyaan mengapa suka Koes Plus hingga direkam tahun berapa lagu Diana dapat dijawab dengan baik oleh penonton yang sudah merindukan penampilan Koes Plus setelah hampir lima tahun tidak mengadakan pementasan di kota Madiun ini.

Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 20.00
Waktu sudah berlalu satu jam dari jadwal acara. Penyanyi elektone sudah kehabisa stok lagu dan harus segera menyingkir dari panggung. Pembawa acara sudah mulai terasa menjemukan dalam mengolah kata. Namun Koes Plus yang ditunggu-tunggu tidak segera tampil. Penonton pun mulai was-was. Terbersit kabar bahwa pemain keyboard yaitu Acil belum bergabung dengan personel Koes Plus dan masih dalam perjalanan. MC pun mencoba menenangkan penonton dengan mengatakan bahwa sang personel sudah memasuki daerah Maospati, yang berarti tidak lama lagi akan memasuki lokasi acara.


Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 20.20
Tiba-tiba kru Koes Plus memasuki acara untuk menata posisi keyboard dan gitar. Heri Purwanto yang sedang duduk karena jenuh menunggu segera bangkit berdiri setelah saya memberi kode “ayo om, ini pertanda segera dimulai..”. Benar saja, sekitar sepuluh menit setelah keyboard dan gitar disiapkan dengan baik masuklah Yon Koeswoyo diikuti oleh ketiga personel lain. Tepuk tangan dan sorak sorai membahana terdengar memenuhi seisi gedung. Seperti sudah memahami kerinduan penggemar yang sudah menanti sekian lama, tepat pkl. 20.30 Koes Plus segera naik ke atas panggung.

Sebagaimana biasa, sebelumj memulai penampilan Koes Plus mengambil posisi berdiri sejajar untuk memberi hormat pada penonton. Sekitar dua menit Koes Plus berdiri berjajar memberi kesempatan bagi yang hendak mengabadikan dalam kamera foto sebelum akhirnya mereka  menundukkan kepala tanda hormat dan salam pada penonton.

Sebagai awal pembuka, Yon Koeswoyo mengajak penonton untuk menundukkan kepala mengenang dua tahun berpulangnya Murry sang drummer asli Koes Plus. Yon Koeswoyo sempat berkomentar “Murry itu drummer hebat dan top...”. Tanpa banyak basa-basi lagi Koes Plus meluncurkan Pelangi sebagai tembang pembuka. Sontak seisi gedung seperti sebuah koor massal mengikuti Yon Koeswoyo mendendangkan lagu yang awalnya direkam di Volume 7 ini.

Usai Pelangi, lagu berikut yaitu Why Do You Love Me dibawakan oleh Koes Plus yang kembali diikuti oleh nyanyian penonton yang memadati ruangan yang ada di lantai pertama itu. “Saya percaya anda semua pasti pernah muda...berikutnya, Muda- Mudi” Demikian ujar Yon Koeswoyo menyambut lagu berikutnya yang akan dibawakannya. Satu per satu lagu dibawakan yang disambut dengan nyanyian koor penonton yang mulai beranjak dari tempat duduknya.

Pada penampilan Koes Plus kali ini, penonton yang membeli di kategori A sepertinya “rugi”. Betapa tidak, penonton yang ada di bagian belakang yaitu kategori C tiba-tiba menyeruak berdiri di sisi kiri dan kanan panggung untuk ikut berjoget dan bernyanyi bersama mengikuti alunan lagu-lagu Koes Plus secara bebas. Setiap Yon Koeswoyo akan membawakan sebuah lagu, penonton dengan antusiasnya ikut menimpali dan menawarkan lagu-lagu pilihan untuk dibawakan oleh sang idola.

“Pak tani...Pak tani...” teriak seorang penonton atau “Senyumanmu..senyumanmu sayang...” seorang penonton coba meminta lagu sambil mendendangkan baris lagu tersebut. Kadang penonton tidak peduli siapa yang menyanyikan asli, pokoknya diteriakkan dulu judul lagunya seperti Pak Tani atau Pak Guru dan Kolang Kaling yang notabene merupakan lagu milik Murry. Yon Koeswoyo pun tidak mau kalah dengan spontanitas penonton. Dia segera menimpali teriakan penonton yang berdiri di sisi kanan panggung dengan berkata “Anda itu tidak ikut duduk di situ tapi minta minta lagu...”. Penonton yang ditegur cuma tertawa saja tanpa harus menyisakan kemarahan karena ditegur sang idola.

Malam itu benar-benar menjadi malamnya Koes Plus. Sebuah konser yang interaktif dan komunikatif yang jarang sekali ditemui pada penampilan band atau artis lain. Kalau artis lain biasanya siap tampil dengan lagu yang sudah disetting, tapi Koes Plus tampil menghibur dengan memenuhi permintaan lagu dari penonton. Saat Kolam Susu dibawakan, penonton kembali mengikuti setiap baris demi baris lagu dengan riang dan penuh kegembiraan. Ketika akan membawakan sebuah lagu, Yon Koeswoyo segera menawarkan Layang-Layang. “Sekarang Layang-Layang saja, buat apa lagu yang aneh-aneh..” yang disambut acungan jempol oleh Walikota Madiun yang sedari tadi tampak diam tanpa ekspresi seperti mencoba mengenali lagu demi lagu yang dibawakan oleh Koes Plus.

Konser ini terasa unik ketika ada beberapa lagu Pop Jawa yang dibawakan oleh Yon Koeswoyo. Bila pada konser lain hanya sekitar 2 atau 3 lagu, maka pada penampilan kali ini sampai delapan lagu pop Jawa dibawakan oleh Koes Plus. Bahkan lagu-lagu yang sebelumnya hanya kita dengar melalui kaset pun saat itu dibawakan dengan baik oleh Yon Koeswoyo memenuhi permintaan penonton. Seperti ketika akan membawakan lagu dengan judul Koyo Ngene Rasane. Yon Koeswoyo sudah bersiap untuk menyanyi dan melambaikan tangan untuk membuka lagu tersebut. Namun yang terjadi, Acil seperti lupa intro pada lagu ini. Setelah beberapa kali meleset, Yon Koeswoyo mencoba mengajak penonton untuk menirukan intro melalui senandung mulut “teng teng teng teng teng teng...”. Setelah irama intro spontan muncul dari mulut penonton, Yon Koeswoyo menimpali “aduh ngene rasane..aduh ngene rasane...atiku kok koyo ngene..”. Wajar bila lagu ini tidak begitu mulus meluncur pada awalnya dikarenakan jarang sekali ditampilkan di panggung oleh Koes Plus.

Soni selanjutnya kebagian tugas menyanyikan Jemu. Hampir usai Jemu dibawakan, saat itu jarum jam menunjukkan Pkl. 21.55 ketika tiba-tiba listrik padam, ruangan menjadi gelap dan aktivitas panggung pun berhenti. Panitia pun panik dan segera mencari penyebabnya. Tak lama sekitar dua menit, ruangan kembali menyala namun sound system tidak mampu lagi berfungsi seperti semula. Rupanya ada kesalahan teknis yang tidak bisa diatasi dan diantisipasi. Seorang panitia pun berinsiatif memberitahukan permasalahan yang terjadi pada Yon Koeswoyo. Setelah berdiri dan terdiam sekitar lima menit, Yon Koeswoyo pun turun panggung dan segera menyalami Walikota Madiun. Soni segera menenangkan penonton yang berada di sisi kanan panggung. Sementara Acil menghampiri penonton di sisi kiri panggung.

Setelah dikerubung penonton yang mengajak foto bersama, Yon Koeswoyo pun diamankan oleh petugas keamanan. Konser pun berakhir tidak tuntas namun tanpa keributan. Semua penonton sepertinya sudah memaklumi kondisi teknis yang terjadi. Satu per satu pengunjung meninggalkan ruangan lokasi acara. Tampak juga di lokasi acara personel D’ Plus yang sebelumnya berjoget di sisi kiri panggung, berfoto bersama Acil sebelum akhirnya meninggalkan ruangan juga. Secara keseluruhan semua puas dengan konser yang berlangsung. Insiden yang terjadi tidak mengurangi kepuasan dan rasa hormat terhadap penampilan Koes Plus malam itu. Sekitar 1,5 jam penampilan Koes Plus sudah lebih dari cukup untuk memenuhi dahaga penonton terhadap penampilan grup legendaris itu.

Peliputan konser bersejarah pun berakhir juga. Kami selalu menyebut konser ini sebagai konser bersejarah karena Koes Plus jarang sekali tampil di Kota Madiun. Dalam sejarah penampilan Koes Plus di Madiun tercatat pernah tampil tahun 1974 di Stadion Wilis, tahun 1977 saat Koes Bersaudara jilid 2 di lapangan Bosbow, lalu di Hotel Merdeka masing-masing pada tahun 1996 era Yon Murry Hans dan Najib, tahun 2002 era Yon Murry Jack Andolin dan tahun 2011 saat Koes Bersaudara konser reuni. Lalu yang terbaru penampilan di Sun Hotel ini. Acara ini pun dapat terdokumentasi dengan baik kerja sama dengan Herdon Videography yang saat ini sudah tersedia dalam bentuk dvd.

Berikut merupakan lagu yang dibawakan oleh Koes Plus : Pelangi, Why Do You Love Me, Muda Mudi, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Bujangan, Andaikan Kau Datang, Kolam Susu, Buat Apa Susah, Cintamu Tlah Berlalu, Bis Sekolah, Ojo Nelongso, Til Kontal Kantil, Tul Jaenak, Ela Elo, Yo Ben, Omah Gubuk, Koyo Ngene Rasane, Atiku Gelo, Diana, Derita, Manis Dan sayang, Nusantara Medley, Hidup  Yang Sepi, O La La, Bunga Di Tepi Jalan, Cinta Buta, Layang Layang, Jemu.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai penampilan Koes Plus di Madiun. Mohon maaf atas kekurangan data maupun kalimat dalam penyusunan tulisan ini. Tetap sehat selalu untuk Yon Koeswoyo dan terus berkarya dalam mengumandangkan lagu-lagu Koes Plus. Jayalah selalu musik Indonesia ...!!!

( Okky T. Rahardjo,SMS/WA :  085645705091, 5B32CC16A )