Bulan
April tahun 1975, Koes Plus membuat sebuah gebrakan dengan
meluncurkan sebuah album yang menarik yaitu pop anak-anak volume
kedua. Album ini terasa berbeda dibandingkan beberapa album Koes Plus
yang beredar sebelumnya. Ketika setahun sebelumnya masyarakat pecinta
musik disuguhi oleh beragam lagu-lagu Koes Plus yang dimonopoli untuk
orang dewasa, pada bulan keempat tahun berikutnya Koes Plus kembali
memberi perhatian pada dunia anak dengan merilis sekuel kedua album
pop anak-anak.
Lagu pertama yang disajikan oleh Koes Plus pada album ini terasa
segar sekali ketika kita mendengarnya. Tari Selendang yang
dipilih sebagai lagu pembuka karya Yok Koeswoyo, seakan mengajak
pendengar untuk segera menggerakkan kaki dan tangan mengikuti irama
lagu yang disajikan. Vokal Yok yang terdengar riang dan renyah
mengingatkan kita pada saat beliau membawakan lagu Kolam Susu
di album Koes Plus yang kedelapan.
Tari Selendang rupanya memiliki kesan tersendiri di hati para
penggiat seni. Beberapa even panggung kala itu seperti peringatan
tujuh belasan maupun perpisahan sekolah sempat menampilkan lagu ini
untuk menggunakan lagu ini sebagai pengiring tarian. Padahal Koes
Plus sendiri tidak mengajarkan bentuk tarian dari lagu ini.
Sebagai catatan, pada tahun 1975 salah seorang pembaca sempat
menuliskan surat pada majalah Aktuil yang menyatakan bahwa lagu Tari
Selendang sebenarnya pernah terdengar jauh sebelum Koes Plus
merekam lagu ini. Lagu ini semacam lagu daerah yang pernah
dinyanyikan di masa lalu dari mulut ke mulut. Mungkin saja personel
Koes Plus menambahi sedikit pada beberapa bagian lagu ini sebelum
akhirnya direkam dalam sebuah album.
Hal ini tentu mengingatkan kita pada lagu Tul Jaenak dan Puk
Ame-Ame yang notabene juga merupakan lagu daerah dengan beberapa
penambahan syair pada lagu tersebut. Siapa pencipta aslinya, tentu
bergelar NN ( No Name) namun karena Koes Plus memiliki andil pada
lagu tersebut maka berhak mencantumkan nama pada kolom pencipta lagu.
Lagu lain yang termuat pada album ini tidak jauh pada romantisme masa
kanak-kanak yang berkutat pada dunia sekolah, rutinitas sehari-hari
hingga masa bermain. Yon Koeswoyo menyuarakan masa sekolah anak-anak
melalui lagu Selamat Pagi. Dengan deskripsi yang singkat,
seorang siswa digambarkan datang ke sekolah, lalu ketika lonceng
berbunyi mereka masuk dan memberi salam pada bapak dan ibu guru yang
telah menanti di dalam kelas. Sebuah penghormatan yang diberikan oleh
siswa secara tulus kepada guru yang dikagumi. Sebuah lagu yang
memiliki pesan moral yang luhur pada anak-anak usia sekolah.
Masih ingat lagu ‘bangun tidur ku terus mandi…’ karya
Pak Kasur ? Koes Plus mempunyai lagu semacam itu dengan versi yang
sedikit berbeda melalui lagu Nasihat Ibu yang didendangkan
oleh Yok Koeswoyo. Kehidupan rutin seorang anak tentu tidak lepas
dari situasi pagi hari. Rutinitas itu berupa bangun pagi, mandi dan
aktivitas lain yang mengiringi. Yon Koeswoyo pun juga ikut memberi
gambaran melalui lagu Bangun Pagi.
Pada urutan kelima tersedia lagu Di Taman yang dinyanyikan
duet oleh Yon dan Tonny Koeswoyo. Lagu ini memberikan perumpamaan
warna bunga dengan warna raga dan benda yang dimiliki oleh seorang
anak. Namun agak sedikit janggal ketika penggambaran tersebut sampai
pada syair “yang hitam, seperti rambutku…”. Ketika
pertama kali mendengar, saya bertanya dalam hati : bunga apakah yang
berwarna hitam ? Atau ini hanya sekedar perpaduan syair supaya
terjalin kalimat yang rapi dalam sebuah lagu.
Mari Menari merupakan sebuah lagu yang unik karena hanya
terdiri dari tiga kata yang diulang-ulang. Marina-Menari-Menara
yang bila dinyanyikan secara cepat akan terdengar menggelikan. Lagu
ini cocok digunakan sebagai ice breaker dalam sebuah acara
yang memerlukan keseriusan. Saya pernah menjumpai seorang pembicara
menggunakan lagu ini dalam sebuah simulasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
Tonny Koeswoyo tidak ketinggalan menyisipkan sebuah lagu yang
dinyanyikan secara solo yaitu Kucing Kecil. Lagu ini dibawakan
dengan vokal yang unik oleh sang maestro karena kita akan mendengar
gaya vokal beliau yang berbeda dibandingkan biasanya. Lagu ini
terinspirasi ketika melihat Sari Koeswoyo yang saat itu bermain
dengan kucing kecil kesayangannya.
Sebuah album Koes Plus tentu tidak lengkap tanpa vokal Murry. Saat
Koes Plus mulai eksis di Remaco, suara khas pemain drum ini selalu
menghiasi dengan 1-2 lagu yang selalu kita cari kala album baru Koes
Plus beredar. Dalam album ini Murry menyumbangkan sebuah tembang yang
bertajuk Berlari. Sekilas lagu yang dinyanyikan secara duet
bersama Tonny Koeswoyo ini mengajak kita untuk berolah raga di pagi
hari. Lebih sehat dengan berlari, tanpa henti sebelum letih. Tentu
lagu ini cocok bagi mereka yang saat ini tergabung dalam sebuah
komunitas lari yang bernama Indo Runners. Karena mengajak berlari,
maka lagu ini dinyanyikan dengan tempo yang cepat namun tidak
meninggalkan kesan riang. Konon lagu ini merupakan lagu yang
terhitung diciptakan dalam kurun waktu yang singkat oleh Murry.
Album ini ditutup dengan sebuah lagu yang menggunakan nama hari. Hari
apakah yang paling ditunggu seorang anak usia sekolah, tentu Hari
Minggu. Sebelum dikenal istilah ‘full day school’ yang
meliburkan siswa pada hari sabtu, tentu hari minggu merupakan hari
yang sangat ditunggu. Di hari itu kita bisa berlibur ke pantai, ke
desa atau jalan-jalan ke taman bersama keluarga. Yon Koeswoyo memilih
mengajak pendengarnya untuk berwisata ke pantai. Dengan diiringi
suara bongo yang mengalun pelan, lagu ini dinyanyikan dengan riang
dan gembira.
Beberapa lagu lain yang terdapat di album ini yaitu Mari
Bernyanyi, Tra-La-La, dan Sayang-Sayang-Sayang.
Album ini cocok sekali didengarkan ketika suasana hati sedang suntuk,
galau, letih dan lelah karena terjebak oleh sibuknya rutinitas. Maka
pikiran kita akan menjadi segar kembali.
Tidak ada karya manusia yang sempurna, kritik pada album ini terdapat
pada kemasan cover bagian belakang yang memuat susunan judul lagu.
Pada versi kaset kita akan melihat betapa amburadulnya susunan judul
lagu yang terkesan acak-acakan. Saking tidak beraturannya, seorang
penggemar sampai harus menandai sendiri urutan lagu-lagu tersebut
sesuai yang didengar pada kaset pitanya.
Cover depan memuat gambar personel Koes Plus berupa foto yang dikemas
dalam sebuah bingkai persegi. Baju yang dikenakan masing-masing
personel mengingatkan pada cover album instrumental volume 8 dan 9,
namun dengan pose yang berbeda. Yang menarik adalah gaya Tonny
Koeswoyo yang meletakkan tangannya di seputar tubuh bagian atas
secara berbeda pada kedua kaset tersebut. Sebagai penggambaran sebuah
album anak-anak, dibuatlah sebuah karikatur koboi kecil bernama
“dean” yang memegang pita bertuliskan volume 2.
Demikian yang dapat kami sajikan mengenai sebuah album Koes Plus yang
beredar di bulan April. Mohon maaf atas setiap rangkaian kata dan
tulisan yang kurang berkenan. terima aksih atas kesempatan yang
diberikan untuk membaca tulisan singkat ini.
Okky T. Rahardjo (Penggemar Koes Plus dari Surabaya-085645705091)