Minggu, 27 Desember 2015

Surabaya Koes Plus Night Edisi Akhir Tahun

   



        Senin, 21 Desember 2015 cuaca di Surabaya sepanjang hari seperti kurang bersahabat. Sepanjang pagi, siang, sore hingga malam hujan menitik tiada hentinya. Bahkan lambat laun makin deras tiada tampak akan berhenti. Waktu demi waktu berlalu tak kunjung reda hujan yang makin melanda membasahi bumi Kota Pahlawan. Kami bertiga semakin gelisah mengingat jam siaran sudah semakin mendekat.

            Memang benar, kami saat itu akan beranjak menuju lokasi radio tempat kami menyuarakan lagu-lagu Koes Plus. Radio Sonora Surabaya yang terletak di jl. Darmo Permai Utara menjadi tujuan utama kami malam itu. Kami saling berkirim kabar mengenai kondisi cuaca yang makin tidak menentu. Namun seperti kata orang kebanyakan “ show must go on”, kami pun segera berangkat dari rumah masing-masing. Sekitar pkl. 18.30 kami sudah beradu dengan ramainya kendaraan yang menerjang hujan. Memang jam acara siaran dimulai pkl. 21.00, namun kami sedari awal siaran sudah sepakat bahwa sebelum pkl. 20.00 harus sudah tiba di lokasi studio.

            Bukan apa-apa kami punya tekad seperti itu, namun kami kasihan juga kalau membuat sang penyiar dan pendengar harus kelabakan menunggu kami. Bagaimana pun ini adalah bentuk pengabdian dan kecintaan kami pada grup legendaris yang kami cintai yaitu Koes Plus. Sudah satu bulan kami bertiga yaitu Okky Rahardjo, Koesyanto dan Sam Sugeng menjadi narasumber tetap untuk acara Surabaya Koes Plus Night. Sementara pemandu tetapnya yaitu Dodik sebagai penyiar senior Radio Sonora Surabaya. Siaran ini berawal pada 15 November 2015 dan kali ini memasuki edisi ketujuh.

            Setelah menembus hujan yang masih terasa deras, kami bertiga pun tiba di parkir belakang Radio Sonora dengan selisih waktu yang masing-masing sekitar lima menitan. Usai mengeringkan pakaian dan tubuh yang tersiram hujan dan percikan banjir, kami mulai menapaki tangga menuju studio siaran. Mas Dodik menyambut kami sambil berbasa-basi menanyakan kabar dan kondisi cuaca di luar. Maklum, dia seharian berada di studio lantai tiga yang tertutup tembok tebal dan pendingin ruangan sehingga tidak terdengar bunyi hujan.

            Setelah bersalaman dengan Chandra selaku penyiar acara Sweet Memories yang memutar lagu-lagu era tahun 80an, maka kami mulai menduduki ruang siaran. Sebagaimana posisi semula, duduk di kursi operator sekaligus penyiar utama yaitu Dodik diikuti Okky, Koesyanto dan Sam Sugeng. Lagu pertama diputar yaitu Hidupku dari album Qasidahan Bersama Koes Plus. Usai lagu tersebut berkumandang, Dodik membuka siaran dengan menyapa ketiga narasumber yang hadir dan pendengar yang sudah siap di depan monitor radio masing-masing.

            Lagu kedua yang diputar yaitu Tiada Lagi Sakit yang ada pada album Natal Bersama Koes Plus. Memang siaran edisi kali ini sengaja mengawali dengan dua lagu bertema religi tersebut dikarenakan berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi dan Natal yang tahun ini kebetulan berdekatan. Pada prolog awal kami menyampaikan alasan pemutaran lagu tersebut sambil tetap menyampaikan bahwa pemesanan lagu tetap bebas. 

Dodik selaku penyiar sempat bertanya pada kami mengenai alasan Koes Plus membuat album dengan tema religi. Kami pun menjawab bahwa saat itu hari Idul Fitri dan Natal juga berlangsung dalam waktu ayng dekat, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh produser rekaman untuk meminta Koes Plus membuat kedua album religi yang berbeda aliran itu. Bahkan ikatan kontrak kedua album tersebut konon ada pada lembar kertas kontrak yang sama. Namun tentu saja Koes Plus melakukan hal tersebut semata dalam kapasitas mereka sebagai seniman.

 Lagu ketiga masih dari pilihan kami yaitu Hujan Angin dengan alasan memperingati hujan yang tiada berhenti sampai detik itu. Lagu ini kami ambil dari album Koes Plus yang bertajuk Album Cinta Nostalgia, ya supaya agak lain nuansanya. Lebih terdengar ringan di telinga dan nyaman untuk dinikmati dalam suasana malam itu yang masih sendu akibat ditimpa hujan merata di sekujur wilayah kota Surabaya.

            Request untuk pendengar mulai dibuka baik melalui telepon maupun SMS. Penelepon pertama bertanya apakah siaran kali itu khusus memutar lagu Qasidah dan Natal, kami tentu saja menjawab tidak. Request lagu Koes Plus tetap bebas, hanya saja pembukanya kedua lagu yang diambil dari album Qasidah dan Natal. Oleh karena merasa request bebas, maka pendengar tersebut memesan lagu Ibu dan Lagunja yang dikhususkan untuk memperingati hari ibu. Segera kami bertiga tersadar bahwa kami lupa kalau keesokan hari merupakan peringatan hari ibu. Segera kami memenuhi permintaan dengan memutar lagu karya Tonny Koeswoyo yang direkam dalam album Volume enam tersebut.

            Dodik pun penasaran dan bertanya, mengapa Koes Plus memiliki lagu yang bertemakan ibu. Kami pun menjawab bahwa lagu Ibu Dan Lagunja dibuat oleh mereka untuk mengenang Ibu Atmini, yaitu ibu dari ketiga personel klan Koeswoyo, yang meninggal saat belum melihat anak-anak mereka sukses dalam menyemarakkan blantika musik Indonesia dalam grup Koes Plus. Kami juga menyampaikan bahwa lagu bertemakan ibu ada beberapa judul yaitu diantaranya Doa Ibu dan Kata Ibu.

            Acara Surabaya Koes Plus Night malam itu berlangsung semarak dengan banyaknya pendengar yang memesan lagu baik secara telepon atau SMS. Bahkan saking antusiasnya, ada seorang ibu yang menelepon kala lagu sedang diputar. Menyadari bahwa telepon yang dilakukannya tidak diterima secara on air, maka ibu tersebut tidak melanjutkan pembicaraan lalu segera menutup telepon. Tak menyerah begitu saja, ibu ini pun memesan lagu melalui SMS yaitu Bisikan Di Hari Natal. Memang walaupun sejak awal kami sudah menyatakan tidak mutlak lagu Qasidah maupun Natal, tetapi tetap saja banyak yang menginginkan lagu Qasidah dan Natal diputar dalam acara yang berlangsung satu jam itu.

            Sekitar lima puluh SMS dan dua puluh penelepon menghiasi acara SKPN malam itu. Oh, jangan dibilang peminatnya sedikit dengan jumlah yang disebut di atas. Kalau kami membuka lebar durasi acara ini maka akan lebih banyak lagi yang berpartisipasi dalam acara yang masih berumur satu bulan ini. Namun kebijakan pimpinan radio tetap kami ikuti, oleh karena mereka menginginkan setelah acara SKPN versi lokal ini selesai langsung disambung The Legend Koes Plus versi nasional yang diudarakan dari Radio Sonora Pusat. Sehingga pendengar Koes Plus di Surabaya dan sekitarnya dimanjakan dengan tiga jam durasi acara Koes Plus.

            Menjelang pkl. 22.00, ketika SMS sudah penuh sesak dan tak mungkin lagi lagu permintaan dipenuhi semua, maka kami memutuskan untuk mengkahiri siaran malam itu. Usai mengucap salam “Jayalah Selalu Musik Indonesia...!!!”,  lagu Ya Allah dari album Qasidah menjadi pilihan terakhir untuk kami perdengarkan. Kami pun lega sudah bisa memenuhi permintaan beragam pendengar yang merupakan penggemar Koes Plus fanatik. Hal ini bisa kami nilai karena lagu-lagu yang dipinta sebagian besar bukanlah lagu yang populer di kalangan masyarakat umum. Kelegaan kami kedua yaitu karena di awal jumpa sebelum siaran tadi, Dodik menawarkan pada kami untuk senin depan tanggal 28 Desember siaran live diliburkan saja. Sebagai gantinya akan diputar play list lagu-lagu Koes Plus saja tanpa diisi request pendengar. Dan kami pun setuju saja, mengingat ada diantara kami yang harus mudik merayakan natal bersama keluarga.

            Terima kasih atas perhatian penggemar Koes Plus, khususnya pendengar acara Surabaya Koes Plus Night Radio Sonora Surabaya FM 98,0. Sampai jumpa di awal Januari dengan lagu-lagu Koes Plus yang siap memenuhi ruang dengar anda sekalian. Jayalah selalu musik Indonesia....!!!

( Okky T. Rahardjo, 085645705091, 5B32CC16 )


Senin, 21 Desember 2015

Fasilitas Wifi Bagi Para Peselancar



            Siapa diantara pengguna internet yang tidak pernah memanfaatkan fasilitas wifi yang tersebar di berbagai sudut kota ?. Saya rasa sebagian besar dari kita yang sudah melek dengan teknologi internet pasti pernah menggunakan fasilitas jaringan internet nirkabel ini. Fasilitas ini hampir ada di berbagai tempat umum baik secara gratis maupun membayar dengan biaya ringan namun pemakaian sepuasnya.

            Fasilitas wifi tersedia di perkantoran, beberapa mall, taman kota hingga ke warung-warung kopi yang ada di pinggir jalan pun tersedia wifi. Kita tinggal menanyakan password untuk login pada petugas atau pengelola fasilitas umum tersebut. Pada beberapa tempat tersebut biasanya fasilitas wifi tersedia gratis yang tinggal kita koneksikan dengan laptop atau smartphone yang kita bawa. Praktis, kita bisa berselancar di dunia maya sambil menikmati hidangan yang disediakan oleh penjual warkop.

Fasilitas wifi juga tersedia di wifi corner yang disediakan oleh Telkom sebagai bentuk pelayanan publik. Fasilitas wifi yang tersedia memang tidak gratis, membayar namun sangat terjangkau oleh siapa saja yang mau memanfaatkannya. Pada fasilitas wifi yang disediakan oleh Telkom ini pengguna tinggal membeli kartu voucher wifi seharga lima ribu rupiah lalu bisa menjelajah alam maya selama 12 jam. Iya, 12 jam, keren bukaaannn...Dalam arti kata kita bisa menggunakan sepuas kita mau. Ya karena menurut saya, jarang sekali ada yang bisa bertahan 12 jam maen internetan secara terus menerus.

Salah satu fasilitas wifi yang disediakan oleh Telkom saya temui di kantor Telkom Jl. Kapuas, Surabaya. Setiap hari di situ berkumpul anak-anak muda yang betah untuk menikmati fasilitas internet secara massal. Memang ada juga yang kategori bapak-bapak usia setengah baya, namun sedikit sekali. (Hmm, kalau saya kategori bapak-bapak atau bukan, yaaa...hehehe ). Ada yang datang bersama teman, ada yang sendirian, ada juga yang hadir bersama pasangannya. Semua demi satu tujuan, menikmati fasilitas wifi yang disediakan oleh Telkom.

Beberapa kantor Telkom yang ada di Surabaya tampaknya juga sudah mulai menyediakan fasilitas wifi corner sedemikian rupa. Selain di Telkom Kapuas, ada juga di Telkom Ketintang dekat kampus Unesa. Demikian pula kantor Telkom yang berlokasi di jl. Kendangsari dekat kantor pos. Tersedia pula fasilitas wifi di Plasa Telkom jl. Dinoyo dekat kampus UWM. Namun saya lebih suka singgah di kantor Telkom jl. Kapuas karena lokasinya yang strategis. Depan wifi corner ini sudah masuk kawasan jl. Diponegoro yang merupakan akses keluar dan masuk menuju pusat kota. Apalagi di lokasi ini juga terdapat penjual makanan dan minuman yang bersedia mengantar konsumsi yang kita pesan menuju tempat kita beradu cepat memacu jaringan on line.

Sekarang ini fasilitas internet sudah menjadi seperti kebutuhan pokok keempat setelah sandang, pangan, papan. Di mana pun orang membutuhkan internet untuk berkomunikasi. Berbagai wifi corner yang tersedia pun memudahkan masyarakat pengguna untuk beraktivitas di dunia maya. Pengguna tidak perlu bersusah payah mencari warnet yang kini keberadaannya semakin tidak populer. Sederhana sekali, setelah memarkir kendaraan kita tinggal membeli kartu vouher wifi ke petugas satpam yang berjaga. Namun cerita akan menjadi lain, bila kita sudah membeli voucher, sudah pula pesan makanan ringan ditambah minuman dan telah menemukan tempat duduk yang pas, akan tetapi kita lupa membawa laptop. Aduh, gawat nih ....

( Okky T. Rahardjo, 085645705091, 518CC94A )




Jumat, 18 Desember 2015

Catatan Album Natal Bersama Koes Plus

   

         Riang. Ceria. Menghentak. Penuh sukacita. Itulah gambaran saat kita mendengarkan album “Natal Bersama Koes Plus”. Album yang beredar pada tahun 1974 ini memang kental sekali dengan nuansa khas musik Koes Plus. Keempat musisi ini sangat piawai dalam meramu dan mengaransemen lagu yang sebenarnya dimaksudkan sebagai album religi ini menjadi begitu chatcy atau mudah diterima oleh semua kalangan.

            Pada album Natal Bersama Koes Plus ini kita dapat merasakan kegembiraan Natal dalam balutan musik yang sudah menjadi ciri khas Koes Plus. Bahkan kita dapat membandingkan dengan album Koes Plus Pop Indonesia Volume 9, 10, 11 atau bahkan album Ernie Johan yang digarap khusus oleh Koes Plus. Ketika didengarkan bersamaan album Natal ini rasanya tidak akan jauh berbeda, semua khas Koes Plus. Dibuka oleh musik yang riang dan vokal ceria Yok Koeswoyo menyanyikan sebuah lagu berjudul Haleluyah Natal, kita seakan diajak bangkit berdiri dari kursi malas kita untuk selanjutnya menggerakkan kaki dan tangan mengikuti irama musik. Duet vokal khas Yon dan Yok tampak padu ketika menyanyikan bagian reffrein lagu yang menyiratkan kegembiraan umat manusia merayakan hari Natal dengan penuh gembira.

            Natal begitu mengesankan bagi Yon Koeswoyo ketika dia teringat kekasihnya yang menyatakan cintanya di malam Natal. Begitu ungkapan yang dapat kita rasakan kala mendengar lagu kedua yang diberi judul Bisikan Di Hari Natal. Ya memang Natal bisa menjadi makna yang dalam bagi masing-masing pihak yang mengalaminya. Tidak hanya mengenang kelahiran Sang Juru Selamat, namun ketika ada momen indah bersama orang yang disayangi pun maka Natal tetaplah menjadi sesuatu yang mengesankan.

            Setelah duet Yon Yok menghiasi beberapa lagu awal, maka giliran sang maestro Tonny Koeswoyo unjuk suara. Kasih Yang Abadi menjadi lagu pertama yang menunjukkan vokal khas beliau yang syahdu dan mampu membawa suasana mengharu biru. Natal yang agung itu mampu dimaknai Tonny dalam rangkaian kasih yang vertikal antara manusia dan penciptanya serta bersifat horizontal antara manusia dengan sesamanya, sebagaimana yang diungkapkannya dalam lagu ini. Usai mengajak kita pada penghayatan yang mendalam, Tonny seakan mengajak kita untuk berdiri dan bergoyang mengikuti irama lagu yang didendangkannya pada lagu Tiada Lagi Sakit.

            Perpaduan antara permainan keyboard dan drum membuat kita tidak tahan lagi untuk tidak bergerak ketika mendengarkan lagu ini. Lagu yang berirama cha-cha ini menyiratkan kegembiraan seorang manusia yang menyambut kehadiran Sang Penebus Dosa yang membebaskan manusia dari  berbagai penderitaan. Lagu ini menyiratkan Koes Plus sebagai seniman yang benar-benar memberikan penghiburan secara profesional. Sekalipun ini lagu Natal namun ciri khas Koes Plus sebagai grup musik pop tidak luntur begitu saja.

            Yok Koeswoyo pun ikut menyumbangkan vokal emasnya pada lagu ini. Lahir Putra Maria yang disuarakannya secara lembut mampu mengajak pendengarnya untuk menundukkan kepala sejenak untuk mengenang kronologi kisah Natal yang sesungguhnya. Kepiawaian Yok Koeswoyo meringkas isi Injil secara singkat mampu membuat lagu ini sejajar dengan lagu-lagu Natal klasik yang sudah lebih dulu ada. Bukan hanya itu Hening yang disuarakan Yok secara duet dengan Yon Koeswoyo kembali mengajak hati kita pada suasana batin yang mendalam. Kalau kita mendengarkan lagu ini pada malam hari, maka akan terasa sekali bahwa Koes Plus membuat lagu Natal tidak asal-asalan. Pesan Natal tetap menjadi fokus utama bahwa kehadiran Yesus membawa damai sejahtera dan ketenteraman bagi umat manusia.

            Sukacita hari Natal tetap tidak dilupakan oleh Koes Plus sekalipun tidak meninggalkan kesan kesakralan Natal itu sendiri. Selain Haleluyah Natal yang tersaji di lagu pertama, Datanglah dan Di Ru Ri Ram merupakan contoh sukacita menyambut Natal yang dibawakan secara khas oleh musik Koes Plus yang sudah familier bagi penggemarnya. Ketukan drum Murry yang serba spontan dan penuh kejutan tetap menjadi sesuatu yang menarik dan menghiasi setiap lagu yang direkam dalam album ini. Murry sendiri tidak ikut menyumbangkan suaranya dalam album yang bersampul warna biru muda ini.

            Coba simak Di Ru Ri Ram, Koes Plus seakan mengajak kita untuk memahami bahwa sukacita Natal itu milik semua. Ayah, ibu, adik, kakak, paman, bibi, kakek dan nenek boleh merayakan Natal secara bersama-sama. Hmmm...dahsyat sekali lagu ini. Ketika era Koes Bersaudara mereka sempat mempunyai lagu yang mengungkapkan rasa cinta dengan mengatakan Dam Dam Da Ra Ra Ram, kini dengan Di Ru Ri Ram mereka mengungkapkan kegembiraan yang luar biasa di hari Natal.

            Secara umum album Natal Bersama Koes Plus ini terbagi atas tiga pesan utama. Yang pertama perenungan akan kehadiran Yesus Sang Penebus Dosa. Kedua, sukacita atas datangnya keselamatan bagi umat manusia. Ketiga, hubungan dengan sesama yang begitu mengesankan pada situasi menjelang Natal. Koes Plus begitu cerdas merangkum ketiga pesan tersebut dalam album yang pembuatan kontraknya menjadi satu dengan album Qasidahan Bersama Koes Plus ini.

            Brilian sekali ketika Koes Plus mengakhiri lagu ini tetap dengan nuansa yang riang melalui lagu Natal Di Hatiku. Duet maut Yon dan Yok yang membuka album ini dengan riang, kali ini menutup dengan ceria pula. Bahkan yang menarik adalah mereka mampu membagi tugas dengan baik, kapan waktunya lagu dinyanyikan secara duet, kapan pula Yon memisahkan diri pada bagian bridge lagu “bukankah kita semua tetap bersatu...di dalam keheningan kasih sayangnya...” lalu duet bersaudara itu pun melanjutkan lagi bagian lagu tersebut secara bersama-sama.

            Kalau boleh dikatakan sebagai kekurangan, hanyalah terletak pada kekurang khusyukan album ini dalam menghayati makna Natal. Coba bandingkan dengan kedua album Natal sebelumnya yang dirilis pada tahun 1972 dan 1973 yang begitu syahdu dan mendayu. Pada kedua album tersebut, selain lagu-lagu karya personel Koes Plus juga terdapat lagu Natal hymne yang sudah melegenda namun dibawakan secara apik oleh Koes Plus. Mungkin saja saat itu ada pertimbangan komersil yang membuat album Koes Plus tahun 1974 ini menjadi berbeda.

            Namun perlu diketahui bahwa album Natal Bersama Koes Plus ini diedarkan hampir berbarengan dengan album Qasidahan Bersama Koes Plus. Bahkan saat itu hari peringatan hari Natal juga hampir bersamaam dengan peringatan hari raya Idul Fitri, sebagaimana yang pernah terjadi pada tahun 2000 lalu. Oleh karena itu sempat terjadi pro kontra mengenai terbitnya dua album yang bersifat beda kutub ini. Bahkan sampai hari ini masih ada saja yang usil bertanya, apakah sebenarnya agama personel Koes Plus. Saya yakin kalau mereka merilis album Natal atau Qasidahan itu bukan karena mereka “beragama apa”, namun tak lain dan tak bukan hanya demi keprofesionalan sebagai seniman semata.

            Album ini secara keseluruhan berisi sebagai berikut : Haleluyah Natal, Bisikan Di Hari Natal, Hari Natal Telah Tiba, Kasih Yang Abadi, Tiada Lagi Sakit, Janji Setiamu, Lahir Putra Maria, Datanglah, Kenangan Natal, Di Ru Ri Ram, Hening, Natal Di Hatiku.

            Cover album Natal Bersama Koes Plus ini dibuat di salah satu lokasi Taman Mini Indonesia Indah. Menariknya, baju yang dipakai oleh keempat personel identik pula dengan yang dipakai untuk pemotretan album Qasidahan Bersama Koes Plus. Bahkan kaos yang dipakai oleh Yon Koeswoyo tampak pula melekat dalam pose album Another Song For You.

Demikian yang dapat kami sajikan mengenai catatan tentang album Natal Bersama Koes Plus ini. Mohon maaf atas setiap kekurangan dalam rangkaian kata, data dan kalimat dalam tulisan ini. Jayalah selalu musik Indonesia.


( Okky T. Rahardjo, Penggemar Koes Plus Di Surabaya, 085645705091, 518CC94A )

Minggu, 13 Desember 2015

UKG, Tes Bagi Para Guru






         Belakangan ini insan guru mulai akrab dengan kata “kompetensi”. Hal ini berkaitan dengan adanya Uji Kompetensi Guru atau yang biasa disingkat UKG.  Para guru mulai sibuk mengikuti UKG yang diselenggarakan di hampir seluruh negeri ini. Kompetensi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1. Kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu); 2. Kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah. Dengan kata lain, Uji Kompetensi Guru berarti dimaksudkan untuk mengetahui seberapa kemampuan guru dalam menguasai bidangnya.

            UKG sendiri dilaksanakan secara semi on line yang tentu saja menggunakan komputer. Sebagaimana ujian pada umumnya maka setiap guru diwajibkan mengerjakan soal secara individual. Hanya bedanya, kali ini ujian tersebut dilaksanakan menggunakan komputer yang masing-masing peserta berbeda materi soalnya. UKG biasanya diselenggarakan di sekolah yang memiliki laboratorium komputer secara memadai. Saya sendiri melaksanakan di SMA Negeri 16 Surabaya yang terletak di jl. Prapen. Dalam satu ruangan terdapat dua puluh peserta yang masing-masing tidak bisa saling menyontek jawaban mengingat materi soal sudah pasti berbeda.

            Oleh karena saya guru tingkat Sekolah Dasar, maka saya mengerjakan soal yang berkaitan dengan pelajaran SD secara umum. Materi soal UKG memang dibuat menyesuaikan dengan kapasitas masing-masing guru yang mengikuti. Mengingat saya mengajar  siswa kelas 4, maka kategori soal yang saya kerjakan adalah kelas atas. Sebagaimana diketahui, yang termasuk kategori kelas bawah yaitu siswa kelas 1-3 sementara selebihnya masuk kategori kelas atas.

            Saat memasuki ruangan ujian, peserta diharuskan menunjukkan Kartu Peserta UKG dan KTP pada panitia pengawas ruangan. Setelah membubuhkan tanda tangan absen, maka peserta boleh menempati tempat duduk yang sudah diatur. Saat itu saya mengikuti sesi pertama yaitu pkl. 08.00 – 10.30, sementara UKG sendiri setiap harinya terbagi menjadi tiga sesi dengan masing-masing durasi pelaksanaan selama 2,5 jam. Saya mengikuti UKG pada tanggal 10 November 2015 yang bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, sehingga sebagian besar peserta UKG masih mengenakan baju perjuangan usai mengikuti upacara di sekolah masing-masing.

            Ketika panitia sudah memberikan aba-aba tanda dimulainya pelaksanaan UKG, maka peserta mulai sigap menjalankan komputer yang ada di meja masing-masing peserta. Langkah pertama saya mengetik nomor peserta lalu diikuti memilih opsi kelas atas sebagai pilihan soal. Dalam satu ruangan tidak semua merupakan guru kelas atas. Memang semuanya guru SD namun kategori kelasnya dibuat campur dan acak. Selanjutnya peserta diberi kesempatan mengerjakan latihan sebanyak sepuluh soal. Mudah sekali soal yang dikerjakan dalam latihan ini, sehingga saya bisa mengetahui bahwa saya hanya salah satu dari sepuluh pertanyaan. 

Jelas mudah karena ini kan hanya latihan dulu, tujuannya untuk membiasakan peserta. Soal yang dibuat latihan tersebut diantaranya seperti “Apakah kepanjangan UKG ?”. Dalam empat pilihan jawaban tentu mudah sekali memilih jawaban yang tepat. Setelah peserta siap, maka peserta boleh melakukan klik “mulai” yang berarti siap mengerjakan soal UKG. Soal UKG terdiri dari 80 pertanyaan dengan pilihan jawaban A, B, C, dan D. Materi soal terdiri dari pelajaran umum yang berupa PKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan Matematika serta beberapa soal yang bersifat pedagogik yaitu tentang profesi sebagai seorang guru.

Bagi guru yang tidak terbiasa menghitung cepat, maka ketika menghadapi soal Matematika akan seperti keteteran. Saya sendiri sempat kewalahan menghadapi soal IPA yang memang sepertinya tidak terlalu akrab bagi saya. Betapa tidak, soal yang keluar sudah mengarah ke Fisika yang membuat dahi saya harus berkerut sekian lama sebelum memilih jawaban yang tepat. Untung saja, waktu yang diberikan cukup lama sehingga bisa leluasa mengerjakan soal yang tidak bisa dibilang mudah. Begitu pun ketika menghadapi Bahasa Indonesia, kesulitan yang dihadapi oleh sebagian peserta adalah panjangnya kalimat yang membuat soal jadi tidak mudah dipahami dengan segera.

Bagaimana ketika saya mengerjakan soal PKn yang bagi sebagian orang terlihat susah karena banyak kemiripan jawaban dan bertumpuk undang-undang, itu bukan soal besar bagi saya. Nah kan saya lulusan PPKn. Hehehe....sombong sedikit lah. Setelah 80 soal UKG terselesaikan dan yakin kepastian jawabannya, maka peserta diharuskan menjawab 20 soal yang berupa kuesioner. Mengenai kuesioner ini seputar keaktifan guru diantaranya dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) di lingkungan masing-masing juga mengenai pelaksanaan UKG ini. Semuanya juga bersifat pilihan ganda yang kebanyakan jawabannya bersifat relatif seperti “Setuju, Tidak Setuju, Kurang Setuju”. Salah satu pertanyaan yang bersifat relatif yaitu “Apakah lokasi UKG jauh dari tempat mengajar ? “. Jawaban yang bisa dipilih yaitu “Ya, Tidak, Tidak seberapa jauh, Jauh sekali”. Nah itu kan tidak sama masing-masing jawaban peserta. Ya sudahlah, dikerjakan saja.

Ada juga hal-hal unik yang terjadi seputar UKG ini. Dalam ruangan tempat saya mengerjakan UKG ini terdapat beberapa peserta yang kesulitan menemukan jawaban pada soal Matematika. Bukan peserta tidak mampu menjawab, namun ternyata jawaban yang dimaksud tidak ada dalam opsi jawaban yang tersedia. Begitu juga yang saya alami saat itu. Namun apa mau dikata, komplain ke pengawas ruangan pun tidak ada artinya, mengingat dia sendiri tidak berwenang untuk menjawabnya.

 Ada juga peserta yang karena berusia tua dan hampir pensiun, kesulitan untuk mengerjakan soal UKG ini. Bagaimana tidak, dia sendiri sepertinya gagap dengan teknologi komputer sehingga bingung harus berbuat apa dengan komputer yang ada di depannya. Peserta yang ada di sebelahnya juga tampak risih ditanya terus menerus. Kalau sudah begini, ganti pengawas ruangan yang bertindak. Pengawas yang tampak menahan sabar itu membacakan soal dan pilihan jawaban, peserta tinggal mengucapkan pilihan abjad jawaban yang diyakininya untuk kemudian di-klik oleh pengawas ruangan. Aduh, apa tidak capek membaca sekian banyak soal itu. Ampun dah ....

Pelaksanaan UKG di Kota Surabaya ini sejatinya dimulai pada 09 – 15 November diselenggarakan untuk seluruh guru tingkat TK, SD, SMP hingga SMA / SMK. Namun rupanya masih ada juga guru yang belum masuk database peserta sehingga dilaksanakan UKG susulan pada 11 – 13 Desember 2015. Mengenai penilaian UKG ditentukan bahwa skor minimum yaitu 55. Saat itu saya berhasil menjawab benar sebanyak 52 soal sehingga bila dihitung maka nilai saya yaitu 65. Lumayanlah, sedikit jauh di atas minimal. 

Ada juga seorang teman guru yang mendapat nilai sebesar 51. Setelah diselidiki, bukan karena beliaunya ini tidak menguasai materi. Namun dari 80 soal ternyata hanya 60 saja yang dikerjakan. Beliau tidak melihat bahwa masih ada 20 soal tersisa di layar komputer. Waduh, sayang banget...Hal yang perlu diingat yaitu bahwa UKG ini tidak mempengaruhi tunjangan apa pun, hanya merupakan pemetaan terhadap kemampuan guru.

Bagaimana pun, biarlah bapak dan ibu guru yang sudah menyelesaikan UKG benar-benar mampu menjadi guru yang diteladani dan membawa manfaat yang baik bagi kehidupan siswa. Kemuliaan seorang guru tentu tidak ditentukan oleh bagusnya nilai berbagai ujian atau tes yang diikuti, namun bagaimana dia mampu menjadi panutan dan membawa perubahan pola pikir yang baru pada siswa. 

Selamat mengabdi bagimu bapak dan ibu guru ! 

( Okky T. Rahardjo, seorang guru di Surabaya, 085645705091, 518CC94A )
             

Rabu, 02 Desember 2015

The Bottles Tampil Akustik Di Radio Sonora Surabaya

          
              Surabaya Koes Plus Night kembali siar pada Senin, 30 November 2015. Setelah pada edisi sebelumnya pendengar diajak untuk mengenang kembali kejayaan Koes Plus melalui album volume sembilan, kali ini ada sesuatu yang istimewa di acara yang disiarkan di radio Sonora ini. Pada edisi ketiga ini pendengar diajak untuk mendengar sebuah bentuk pelestarian terhadap Koes Plus yang dilakukan oleh sebuah band yang personelnya masih berusia muda. Band tersebut bernama The Bottles yang sudah berani mengambil langkah sebagai band pelestari Koes Plus.

            Senin malam itu The Bottles diwakili oleh dua personelnya yaitu Dody selaku pemain melody gitar dan Teguh sebagai vokalis utama. Ketiga personel lain berhalangan hadir mengingat ada tugas kerja yang sudah menjadi bagian shift mereka. Sebagaimana diketahui, The Bottles ini merupakan band yang berangkat dari kelima personelnya yang berasal dari sebuah perusahaan minyak goreng. Mereka pun awalnya berada pada satu divisi yang sama yaitu pengisian botol, hal itulah yang melatar belakangi nama The Bottles.

            Dody dan Teguh saat itu masing-masing membawa gitar akustik untuk unjuk kebolehan bernyanyi di udara. Kedua personel band pelestari ini sejenak menyelaraskan gitar yang mereka bawa sebelum masuk ruang siaran. Sementara itu narasumber tetap SKPN yaitu Okky Rahardjo, Sam Sugeng dan Koesyanto mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan siaran malam itu. Lagu yang akan diperdengarkan pun sudah diatur sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa memuaskan kerinduan para penggemar Koes Plus.

            Waktu menginjak pkl. 21.00, lagu Angin Laut versi rekaman pertama Koes Bersaudara diputar oleh Mas Dodik selaku penyiar radio Sonora.  Saat itu sempat sedikit ada kendala dari salahs atu narasumber yang akan memasukkan materi lagu dari flash disk ke CPU komputer siaran. Setelah data terbaca, keluarlah lagu Janjimu yang disuarakan oleh The Bottles. Ya, format siaran kali ini memang dikhususkan pada The Bottles. Oleh karena itu materi lagu pun diantaranya diambil dari rekaman live show The Bottles di beberapa kota. Setelah lagu Janjimu usia meluncur dengan baik, maka mulailah penyiar membuka acara dan memberi kesempatan untuk personel The Bottles memperkenalkan diri.

            Dody sang leader The Bottles dengan runtut berkisah tentang awal mula berdirinya The Bottles serta liku-liku mereka sebagai band pelestari Koes Plus di kota Surabaya. Dia mengatakan bahwa The Bottles berdiri sejak tahun 2004 bersamaan dengan kelahiran salah satu putranya. Sementara Teguh sendiri mengisahkan pengalaman sebagai vokalis yang membutuhkan proses yang tidak mudah. Dari sebelumnya yang menerapkan format tiga personel hingga tinggal dirinya seorang yang menempati posisi sebagai vokalis utama. Saat ini The Bottles terdiri dari lima orang personel yaitu Teguh (Lead Vokal dan rhytym), Dody (Melody gitar dan vokal2), Takari (Bass dan vokal), Joko (Keyboard) serta Agus (Drum).

            Dalam kesmepatan itu penyiar sempat bertanya apakah ada kenangan khusus ketika manggung selama ini. Teguh sang vokalis sejenak mengingat sebuah peristiwa yang mengharukan. Dia bertutur suatu ketika ada seorang satpam yang berjaga di sebuah mall tempat mereka manggung. Satpam ini tiba-tiba terharu bahkan hingga meneteskan air mata ketika mendengarkan The Bottles melantunkan Andaikan Kau Datang. Usai acara, satpam ini menghampiri Teguh dan menceritakan bahwa sejak kecil dia ditinggal oleh ayah kandungnya dan lama tak berjumpa. Namun yang menjadi keharuan tersendiri, ayahnya itu ternyata penggemar Koes Plus terlebih suka pada lagu Andaikan Kau Datang. Oleh karena itu ketika mendengarkan lagu tersebut maka timbul ingatan pada ayahnya yang sampai hari ini tak diketahui keberadaannya. Personel The Bottles pun sempat tercengang sendiri mendengarkan kisah tersebut.

            Dalam kesempatan siaran malam itu beberapa pendengar memberikan apresiasi pada The Bottles. Mereka salut masih ada orang-orang muda yang mau menyediakan diri menjadi pelestari Koes Plus. Salah seorang memberikan semangat untuk The Bottles terus berkarya dan berjuang dalam pelestarian. Semangat dan apresiasi yang diberikan ini menjadi semacam bahan bakar dan energi baru bagi personel The Bottles yang hadir malam itu. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan selama ini tidak pernah sia-sia dalam mewarnai pelestarian Koes Plus di kota Surabaya.

            Adapun dalam penampilan The Bottles secara live di radio Sonora mereka menghadirkan lagu-lagu Koes Plus secara akustik. Tiga buah lagu mereka perdengarkan yaitu Aku Cinta Padamu, Pelangi dan Jemu. Bahkan khusus lagu Pelangi merupakan request langsung dari salah seorang pendengar yang menelepon malam itu. Selain penampilan secara akustik, malam itu diperdengarkan rekaman live show The Bottles ketika tampil di beberapa kota. Lagu-lagu yang malam itu diudarakan diantaranya yaitu Janjimu, Mawar Bunga, Why Do You Love Me, Main Belakang dan tak ketinggalan lagu andalan mereka yaitu Nuswantoro.

            Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai hadirnya The Bottles sebagai bintang tamu dalam acara Surabaya Koes Plus Night di radio Sonora Surabaya. Mudah-mudahan pelestarian yang dilakukan oleh The Bottles akan terus bergema di kota Surabaya dan sekitarnya. Maju terus untuk The Bottles.


            ( Okky T. Rahardjo, 085645705091, 518CC94A )

Rabu, 25 November 2015

Terima Kasih Guruku ...

            Pada setiap tanggal 25 November bangsa Indonesia menyediakan hari untuk peringatan bagi bapak dan ibu guru. Saat itu sebagian besar jiwa kita seakan terlempar sejenak ke masa lalu. Masa di mana kita masih berada di bangku sekolah untuk menuntut ilmu. Tanpa sadar kita seakan diingatkan kembali akan jasa dan pengabdian para guru yang pernah mendidik dan mengajar kita sehingga menjadi insan yang berpengetahuan.  

            Pada tanggal 25 November yang sudah berlalu, sebagian besar kehidupan sosial kita tertuju pada sosok seorang guru. Status BBM, Facebook, Twitter serta berbagai lini sosial lainnya sebagian besar memberikan perhatian dan selamat pada guru yang sedang ber-hari raya. Mulai dari sekedar mengucapkan selamat hari guru, mengutip syair lagu tentang guru hingga mengenang romantisme pada sosok masing-masing guru yang pernah mendidik dan mengajar para pengguna media sosial.

            Presiden Joko Widodo pun dalam puncak peringatan hari guru tampk bahagia ketika di hadapan beliau duduk beberapa orang guru yang pernah mengajar beliau semasa SMA. Tanpa luput beliau menyebutkan nama beberapa guru yang  sengaja dihadirkan dari Kota Solo untuk memperingati hari guru bersama Presiden Republik Indonesia yang notabene merupakan bekas murid mereka.

            Setiap kita tidak lepas dari sosok seorang guru dalam berbagai tingkatan pendidikan. Mulai tingkat TK, SD, SMP hingga SMA. Jujur tidak banyak guru TK yang bisa saya ingat. Kalau guru SD saya masih ingat karena memang jangka waktu mereka mengajar cukup lama. Setidaknya masing-masing guru mengajar setiap hari selama  satu tahun. Salah satu yang saya ingat diantaranya guru kelas 5 yang sekarang sudah almarhum. Pada guru laki-laki ini saya seakan menaruh ”dendam” dan saat itu membuat saya tidak mau memiliki impian sebagai seorang guru.

            Betapa tidak, saat itu beliau ketika pelajaran berlangsung seringkali menggoda murid perempuan. Bahkan tidak tanggung-tanggung, menggodanya menjurus kea rah fisik sekalipun tidak sampai berlebihan. Saat murid-murid mengerjakan tugas, bapak ini acapkali mendatangi tempat duduk murid perempuan. Bahkan yang dikunjungi oleh bapak ini merupakan murid perempuan pilihan, artinya hanya yang memiliki paras cantik dan menarik saja yang didatangi oleh pak guru. Setelah duduk di sebelah sang murid putri, segera rambutnya dibelai dan tangannya dipegangi. Bila murid yang dirasa kurang cantik atau bahkan yang laki-laki, jangankan didatangi kalau ada yang bertanya pun tidak akan segera direspon.

Memang tindakan pak guru ini tidak sampai mengarah pada perbuatan mesum, namun tindakan dengan alasan kasih saying namun berlebihan tersebut sangat membuat risih. Bagi kami yang melihatnya saja rasanya jengah apalagi bagi murid perempuan yang mengalaminya, tentu muak namun sungkan untuk menyampaikan. Pada saat kami naik ke kelas 6, saya merasa bahagia karena tidak dajar oleh guru tersebut lagi.

Ketika saya masuk di tingkatan SMP yang termasuk SMP favorit nomer dua d kota Surabaya. Bangga juga karena di sekolah ini banyak anak pejabat yang bersekolah, sekalipun pada masa berikutnya ada juga yang belakangan diusut oleh penyidk KPK. Berita itu saya ketahui jauh setelah saya sudah lulus SMP, mengingat waktu saya SMP masih masuk dalam jaman orde baru. Oya ternyata di sekolah ini ada juga anak pelatih sepak bola yang menjad idola saya. Suatu kali ketika saya piket jaga di dekat lapangan sekolah, ada sosok Rusdy Bahalwan yang tiba-tiba mengajak saya bicara. Wah, bangga banget ada orang yang selama ini saya idolakan secara tak terduga mengajak berbincang sekalipun hanya basa-basi seputar keadaan sekolah. Tau kan Rusdy Bahalwan, pelatih Persebaya Surabaya yang fenomenal itu. Saat itu saya menggemari Persebaya yang sedang mencapai puncak kejayaan ditangani oleh duet Rusdy Bahalwan dan Subodro.

Pada masa SMP ini pula pandangan saya terhadap guru mulai berubah seratus persen. Saya mulai melupakan tindakan guru SD saya yang lalu itu. Saat itu saya menemukan sosok guru yang benar-benar menjadi panutan. Chamim Rosyidi Irsyad merupakan guru yang menyita perhatian saya dan sebagian besar siswa lain. Sosok beliau yang sederhana, lugas dan mau menghargai orang lain menjadikan saya rindu untuk suatu kali menjadi seorang guru seperti beliau. Semua pendapat dari berbagai siswa yang tentu beragam dan berbeda dapat diolahnya dengan baik. Menerima tapi selektif, menolak tapi tidak menyakiti.

Gaya beliau dalam mengajarkan Bahasa Indonesia membuat pelajaran yang semula diremehkan itu menjadi menarik untuk diikuti. Bahkan ketika beliau suatu kali harus tidak masuk, saya sepertinya kelewatan kesempatan besar. Pernah ketinggalan sebuah film serial yang rutin ditayangkan di televisi, nah seperti itu kira-kira rasanya saat saya mendapati Pak Chamim tidak masuk mengajar. Memang hasil didikan beliau tidak langsung saya rasakan saat itu, namun ketika belakangan saya mulai menekuni profesi sebagai pengajar dan mulai rajin menulis, baik di dunia maya maupun ketika menerbitkan buku maka ilmu yang beliau transferkan saat itu mulai terasa manfaatnya.

Saking kagumnya saya pada Pak Chamim, maka gaya beliau mengajar dapat saya tirukan dengan baik. Seperti ketika beliau menerangkan sebuah materi seringkali mengawali dengan perkataan “begini anak-anak….” sembari mengusap rambut bagian belakang. Pak Chamim saat itu masih terbilang sebagai guru baru di sekolah kami, sehingga saya sering mendengar selentingan negatif tentang beliau yang diucapkan oleh guru lain yang lebih senior. Namun saya tidak ambil pusing, bagi saya apapun komentar orang tentang Pak Chamim tidak akan mengurangi rasa hormat saya pada beliau.

Pada masa SMA saya kembali menemukan sosok guru ideal. Ketika saya kelas III jurusan IPS, sosok Suad Suryadinata seperti menunjukkan arah untuk kehidupan saya selanjutnya. Pak Suad selaku pengampu pelajaran Tata Negara mampu menerangkan masalah politik, hukum dan kebangsaan yang semestinya ruwet menjadi sederhana bagi otak anak seusia SMA yang biasanya malas berpikir ribet apalagi anak IPS. Istilah-istilah kenegaraan yang tidak mudah dapat saya serap dengan baik karena penyampaian yang lugas dan sesekali ditimpali humor. Saya yang saat itu masih gamang harus melanjutkan pendidikan ke mana, segera bertanya pada Pak Suad di mana beliau dulu kuliah.

Pak Suad yang asli dari Tasikmalaya ini menjawab kalau dulu kuliah di IKIP Surabaya jurusan PMPKn. Tanpa pikir panjang, pada waktu Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), saya segera mendaftarkan diri untuk masuk kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang dulunya bernama IKIP Surabaya. Jurusan pendidikannya tidak lain di PMPKn, tempat yang sama dengan Pak Suad kuliah dulu. Bahkan sebagian dosen yang mengajar saya, dulunya merupakan dosen Pak Suad juga.

Sosok Pak Chamim dan Pak Suad merupakan figur yang secara kuat mempengaruhi saya untuk saat ini memilih profesi sebagai seorang guru. Adapun guru SD yang masih membekas di hati saya hanya Bu Emi guru kelas 6, beberapa kali ketika bertemu di jalan saya sempatkan untuk berhenti hanya untuk sekedar cium tangan. Bahkan saya sempat juga mengantar beliau pulang saat mendapati beliau harus berjalan kaki setelah suaminya meninggal dunia, sehingga tidak ada yang menjemput di sekolah lagi.

Hari ini sudah delapan tahun saya secara resmi menjadi seorang guru, mengikuti jejak para penerus saya untuk mencerdaskan anak bangsa. Saya tidak akan melupakan jasa semua guru yang pernah mendidik saya dari kecil hingga lukus sekolah. Kalau pun ada sosok tertentu yang tidak bisa saya lupakan, itu karena figur mereka terlalu kuat melekat di hati dan ingatan saya. Terima kasih bapak dan ibu guru…terima kasih Pak Chamim dan pak Suad, anda berdua pahlawan bagi saya…Tuhan membalas kebaikan anda dengan kesehatan, kesejahteraan dan kedamaian hidup bersama keluarga.

( Okky T. Rahardjo, 085645705091, 518CC94A )

             

Minggu, 22 November 2015

Surabaya Koes Plus Night Radio Sonora Surabaya

  




        Sejak 16 November 2015 lalu Radio Sonora Surabaya memiliki sebuah program yang menampung apresiasi bagi para penggemar Koes Plus. Program tersebut bernama “Surabaya Koes Plus Night” yang selanjutnya akan mengudara setiap senin malam pkl. 21.00 – 22.00 WIB. program baru ini menghadirkan tiga narasumber tetap yaitu Okky T. Rahardjo, Koesyanto dan Sam Sugeng yang merupakan perintis komunitas penggemar Koes Plus di Surabaya.

            Program ini akan membahas seputar album Koes Plus yang pernah beredar pada masa kejayaan band legendaris tersebut. Sesekali nantinya akan hadir pula narasumber tamu yang berkompeten serta band pelestari yang akan tampil secara live show d radio yang terletak di bilangan Darmo Permai Utara ini. Pada edisi perdana Surabaya Koes Plus Night (SKPN) mengupas seputar album Dheg-Dheg Plas yang oleh sebagian orang disebut sebagai album Volume 1 Koes Plus.  Pemilihan album ini untuk dibahas tidak lain sebagai penanda dimulainya program baru tentang Koes Plus dan juga untuk membuka kembali wawasan para penggemar Koes Plus di Kota Surabaya.

            Sebagaimana diketahui, pada album ini Koes Plus masih belum atau tidak melibatkan Yok Koeswoyo. Pada posisi bass ditempati oleh Toto AR yang merupakan adik kandung salah seorang personel Dara Puspita. Saat itu narasumber juga menyampaikan mengenai liku-liku album pertama Koes Plus yang tidak segera diterima oleh penikmat musik Indonesia.  Koesyanto sebagai salah satu narasumber, menyatakan bahwa perbedaan album Koes Plus dengan album Koes Bersaudara selain pada formasi pemain band juga pilihan kiblat musik yang sudah mulai berubah. Pada era Koes Bersaudara penampilan duet vocal antara Yon dan Yok ditampilkan sebagai posisi utama. Hal ini mengacu pada grup musik Everly Brother dan Kalin Twin.

            Sementara pada era Koes Plus, corak musik lebih mengarah pada rock ‘n roll yang mengarah pada Rolling Stones, Led Zeppelin, Bee Gees atau The Beatles yang menjadi acuan mereka. Masuknya Murry memberi warna tersendiri pada pukulan drum dalam grup yang mulai rekaman pada 1969 ini. Sam Sugeng yang juga sebagai salah satu narasumber menuturkan lagu yang disukai dalam album ini yaitu Tiba-Tiba Ku Menangis dan Bergembira. Menurutnya kedua lagu tersebut menggambarkan kehidupan manusia yang selalu terdiri dari dua sisi. Ada kalanya kita sedih namun juga suatu kali merasakan kegembiraan.

            Siaran Surabaya Koes Plus Night ini dipandu oleh Dodik selaku penyiar senior di radio Sonora Surabaya. Pada saat itu banyak pula pendengar yang merespon dengan menelpon berkisah tentang pengalaman mereka menggemari Koes Plus. Ada pula seorang ibu yang bercerita pengalamannya menyaksikan penampilan Koes Plus yang didampingi oleh Dara Puspita. Saat itu show berlangsung di taman Chandra wilwatikta daerah Pandaan, seingatnya lagu Koes Plus yang populer kala itu yaitu Cubit-Cubitan.

            Pada senin ini program Surabaya Koes Plus Night masih akan mengudara dengan topik yang menarik untuk diperbincangkan seputar Koes Plus. Mudah-mudahan program baru ini akan tetap awet dan menjadi alternatif hiburan di kala menjelang istirahat malam. Menariknya, setelah jam siar program ini berakhir maka radio Sonora Surabaya melanjutkan dengan relay program The Legend Koes Plus dari radio Sonora Jakarta. Surabaya Koes Plus Night juga dapat didengarkan melalui sarana streaming : www.sonorasurabaya.co.id . Kalau ada waktu longgar, monggo didengarkan….nuwun.


( Okky Rahardjo, penggemar Koes Plus dari Surabaya, 085645705091, 518CC94A )