Jumat, 05 Mei 2017

SELAMAT JALAN BARTJE VAN HOUTEN


Bartje Van Houten, seorang musisi senior sekaligus pentolan dari grup lawas D'lloyd pada hari Jumat, 5 Mei 2017 meninggalkan jagad hiburan untuk selamanya. Bartje sebenarnya merupakan satu-satunya personel awal D'lloyd yang masih tersisa. Adapun personel awal lain satu per satu sudah berpulang mendahului musisi asal Ambon ini.

D'lloyd formasi awal berdiri pada 1969 dengan anggota Bartje Van Houten, Andre Gultom, Chaerul, Sam, Budiman Pulungan dan Papang. Yang lebih dulu berpulang adalah Papang pemain bass pada tahun 1987. Sejak itu D'lloyd bongkar pasang personel akibat ditinggal personel. Sepertinya band yang memulai rekaman pada tahun 1972 ini mengikat kontrak mati dengan para personelnya. Betapa tidak, berbeda dengan grup lain yang personelnya berganti karena keluar atau selisih paham, D'lloyd mengganti personel karena meninggal dunia.

Bartje Van Houten termasuk 'musisi gampangan', artinya beliau luwes untuk bergaul dan berkolaborasi dengan siapa pun. Kalau anda pernah mengikuti perkembangan musik tahun '70an, pasti akan teringat dengan band De Meicy yang formasinya terdiri dari gabungan berbagai musisi. Termasuk diantaranya Bartje Van Houten, Nana Sumarna dan Is Haryanto. Bartje bahkan beberapa kali dijadikan narasumber untuk acara tentang profil Koes Plus. Beliau dengan ringan bisa menyebut keunggulan Tonny Koeswoyo tanpa ada rasa dengki. Padahal pada masanya, Tonny merupakan kompetitor dan keduanya pernah terlibat konflik seputar karya lagu masing-masing.

Bartje juga bukan musisi yang sombong dan arogan. Meskipun hanya dia personel awal yang tersisa di D'lloyd sekaligus sebagai pimpinan, tapi dia tidak mau menguasai honor manggung. Uang hasil manggung dibaginya rata tanpa memandang perbedaan peran masing-masing personel.

Adapun nama D'lloyd sendiri merupakan masukan dari Sudomo, mantan Pangkopkamtib dan menteri era Orde Baru. Memang band ini berasal dari perusahaan kapal Djakarta Lloyd, namun ke mana pun pentas nama itu masih tetap disebut lengkap. Hingga akhirnya Sudomo menyarankan supaya disingkat menjadi D'lloyd. Adapun sampai saat ini, Bartje masih dianggap sebagai karyawan sehingga masih menerima gaji dari perusahaan kapal yang sempat kolaps itu.

Sudomo pula yang menyelamatkan muka D'lloyd dari kehancuran, saat band ini tersandung masalah akibat penggunaan kata "penjara di Tangerang" pada lagu Hidup Di Bui. D'lloyd sempat diminta bubar oleh pihak yang merasa didiskreditkan oleh lagu itu. Namun Sudomo mampu menetralisir suasana sehingga band ini bisa tetap eksis. Konon sejak itu Bartje sering menyembunyikan identitas dirinya sebagai pencipta lagu dengan inisial NN.

Bartje pada era '80an lebih sering berada di balik layar untuk ikut terlibat mengorbitkan beberapa musisi baru. Nama Mayangsari merupakan salah satu nama yang sering dikaitkan dengan Bartje pada awal karier penyanyi kelahiran Purwokerto itu. Rano Karno juga termasuk penyanyi yang sempat merasakan tangan dingin musisi kelahiran Ambon itu. Pada saat mantan presiden SBY aktif membuat album, Bartje juga terlibat dalam penanganan musik serta menjadi juri festival musik di beberapa daerah.

Sepeninggal Bartje, tentu D'lloyd yang sudah diisi personel baru sudah makin sulit untuk aktif lagi di blantika musik tanah air. Selamat jalan Bartje Van Houten. Terima kasih sudah membaktikan dirimu di industri musik Indonesia. Sampaikan salam hangat kami, saat engkau reuni dengan mantan personel D'lloyd lain di alam sana.

Jayalah selalu musik Indonesia.
(Okky Rahardjo. 085645705091)