Kamis, 24 November 2011

JN Surabaya Jumpa sejenak dengan T-KOES band


Kamis malam, 24 November 2011 JN Surabaya mendapatkan kabar yang mengejutkan. Personel T-Koes band beserta rombongan sedang berada di Surabaya. Saat itu juga kami mencari info di mana keberadaan band pelestari dari ibu kota ini menginap dan berkoordinasi dengan beberapa teman yang bisa ikut serta untuk menemui personel T-Koes. Berbekal info dari mas Agusta, kontingen JN Surabaya yang terdiri dari Sam Sugeng beserta isteri dan anak, Hery Purwanto juga ketua JN Surabaya beserta isteri segera bergegas menuju hotel Inna Simpang yang terletak di jl. Gub Suryo Surabaya.

Waktu menunjukkan pkl. 19.30 ketika kami sudah berada di lobby hotel yang terletak di jantung kota pahlawan ini. Setelah menunggu beberapa saat, muncullah Agusta dari lift yang mengantarnya dari lantai atas. Selanjutnya ketua JN Pusat periode 2007-2010 ini memperkenalkan diri kepada teman-teman JN Surabaya yang saat itu hadir. Memang baru kali ini teman-teman JN Surabaya bertemu langsung dengan pria yang biasa menjadi narasumber tetap di acara Koes Plusholic radio Sonora ini. Walaupun begitu, pertemuan pertama itu terasa akrab dan cair seakan sudah mengenal lama. Tentu ikatan sebagai penggemar Koes Plus yang mempersatukan semuanya.

Tidak lama kemudian, Teddy seorang penggemar Koes Plus senior dari Jakarta juga ikut bergabung berbincang. Rupanya rombongan T-Koes band usai menunaikan tugas menghibur penggemar Koes Plus beberapa hari sbeelumnya. Pada hari Minggu, 20 November 2011 mereka tampil di acara ulang tahun radio P2SC Jakarta dengan bintang tamu Murry. Selanjutnya, hari Senin, 21 November 2011 mereka tampil mengiringi Yok Koeswoyo di THR Sriwedari Solo. Lalu pada hari rabu, 23 November 2011 T-Koes band menghibur masyarakat Tulungagung dalam rangka hari jadi kota tersebut. Perjalanan keliling itu diakhiri dengan transit semalam di kota Surabaya yang selanjutnya hari Jumat pagi rombongan T-Koes band kembali ke Jakarta melalui bandara Juanda Surabaya.

Agusta banyak berbicara mengenai pengalamannya selama menjadi bagian dari pelestarian karya Koes Plus, terutama melalui T-Koes band. Ada banyak suka dan duka yang dialui. Bahkan harus mengalami diremehkan lebih dulu sampai akhirnya saat ini menjadi salah satu band pelestari yang sukses karena memiliki personel yang tergolong unik, masih usia belia namun mahir memainkan lagu-lagu Koes Plus.

Tak lama kemudian, satu per satu personel T-Koes band hadir di lobby setelah sebelumnya menghabiskan waktu dengan berenang. Jaru, Galih dan Jim muncul dengan kepolosan seusia anak-anak yang masih malu-malu ketika bertemu dengan teman-teman ayahnya yang usianya jauh di atas mereka. Kesempatan langka bertemu personel T-Koes ini digunakan oleh teman-teman JN Surabaya untuk berfoto bersama. Saat disodori kertas untuk tanda tangan, ketiga personel T-Koes yang masih usia belia ini tampak canggung karena tidak terlalu terbiasa untuk memberikan tanda tangan kepada penggemar.

Agusta dan Teddy banyak menceritakan seputar liku-liku komunitas penggemar Koes Plus yang mereka ketahui. Tidak semua berjalan mulus, ada juga yang mengalami kendala dan ada juga yang masih tertatih melangkah menapaki perjalanan sebagai fans club. Termasuk juga berbagai rencana seputar pendirian museum Koes Plus yang terus dirintis oleh penggemar Koes Plus yang berada di Jakarta dan sekitarnya.

Pada kesempatan itu Agusta juag menyampaikan mengenai siaran terakhir di radio Sonora pada Jumat, 25 November 2011 ini. Siaran terakhir ini dimaksudkan untuk rehat sejenak sebelum pada tahun yang baru mendatang tampil dengan format baru yang lebih segar dan menarik. Hal itulah yang sekarang masih menjadi bahan evaluasi dan masukan. Mudah-mudahan acara Koesplusholic yang disuarakan melalui radio Sonora dengan relay 16 kota dapat terus berlangsung sebagai pemersatu penggemar Koes Plus yang tersebar di pelosok negeri ini.

Ketika waktu menunjukkan pkl. 22.00 WIB, ketua JN Surabaya memohon diri untuk pulang karena hari sudah semakin malam dan mempersilakan personel T-Koes band beserta rombongan untuk beristirahat. Teman-teman JN Surabaya pun satu per satu mulai menyusuri jalanan kota Surabaya untuk selanjutnya berpencar menuju kediaman masing-masing. Demikian reportase singkat yang dapat kami sajikan untuk penggemar Koes Plus sekalian.

( Okky T. Rahardjo- Ketua JN Surabaya, 085645705091 )

Sabtu, 12 November 2011

Laporan Persiapan Mukernas JN Pusat di Surabaya






Minggu, 06 November 2011 merupakan salah satu even bersejarah yang pernah diadakan oleh JN Surabaya. Saat itu para penggemar Koes Plus yang berasal dari beberapa daerah berkumpul untuk mempersiapkan Mukernas Jiwa Nusantara. Bertepatan dengan pelaksanaan Idul Adha, even yang juga bertepatan dengan peringatan dua tahun berdirinya JN Surabaya ini berlangsung di Resto Makan Time yang berlokasi di JL Majapahit no 2 Surabaya ( Depan Univ Widya Mandala, area Jl Dinoyo ).

Satu per satu perwakilan penggemar Koes Plus berdatangan memenuhi undangan dari panitia pelaksana. Peserta pertama yang hadir adalah peserta terjauh yaitu Wahyudi, yang berasal dari Medan. Beliau datang lebih pagi bahkan sebelum café yang menjadi lokasi acara dibuka. Berikutnya disusul beberapa panitia lokal yang hadir untuk mempersiapkan penyambutan tamu. Panitia yang merupakan penggila Koes Plus di kota Surabaya terdiri dari : Sam Sugeng beserta istri, Koesyanto, Sugeng Santoso, Siswanto dan Hery Purwanto. Mereka berusaha menyambut kedatangan peserta dari luar kota dengan maksimal sesuai tugas masing-masing.

Menyusul berikutnya adalah kehadiran Beat Plus, home band dari JN Surabaya pimpinan bpk Sutaryono. Hadir dengan formasi lengkap : Sutaryono (lead vocal, gitar), Nuryanto (bass), Heri (keyboard), Yopi (drum) dan Sugeng (gitar). Tidak lama berikutnya, beberapa perwakilan dari Mojokerto datang yaitu Edy Nuryanto, Nurul Hidayat dan Basori beserta putrinya. Ketua JN Surabaya saat itu hadir bersama isteri sambil membawa foto copy makalah diskusi dari ketua JN Pusat yang siap dibagikan kepada peserta yang hadir.

Lima belas menit menjelang pkl. 11.00 rombongan dari JN Pusat hadir ke lokasi acara menggunakan dua mobil. Cecep Rosadi beserta isteri, Sugeng “Bendahara” beserta isteri, dan Acil B Plus hadir ditemani seorang rekan yang membantu mngemudikan kendaraan. Kedatangan mereka saat itu dipandu oleh drg Winaryo yang menjemput dari hotel Satelit menuju lokasi acara. Bahkan Edy Kuncoro, perwakilan dari Solo juga ikut hadir dalam rombongan tersebut. Kedatangan para kontingen JN Pusat ini sangat ditunggu, mengingat sebenarnya mereka yang berperan besar dalam even kali ini. JN Surabaya hanya menjadi perantara fasilitas pertemuan antara JN Pusat dan JN daerah. Bahkan demi hadir ke Surabaya, rombongan dari Jakarta harus menempuh perjalanan mulai Jumat malam sampai Minggu pagi baru tiba di kota Pahlawan ini.

Menjelang dimulainya acara, berturut-turut perwakilan daerah yang hadir adalah Edy Suyanto beserta isteri dari Pekalongan, Agus Wisono dari Madiun dan Pengky Priyocahyono mewakili JN Lawang. Pertemuan siang itu dijadikan ajang melepas rindu dari berabagai rekan penggemar Koes Plus yang hadir. Rindu karena lama tidak bertemu. Juga, rindu karena lama menantikan saat bertemu dengan rekan penggemar Koes Plus yang baru dikenal. Semua dilakukan dnegan dasar untuk menyambung tali persaudaaarn sesama penggemar Koes Plus. Beat Plus mulai membuka penampilan dengan beberapa lagu Koes Plus sambil menunggu panitia mempersiapkan dimulainya acara secara resmi. Bahkan Acil B Plus saat itu didapuk menjadi bintang tamu untuk ikut serta menampilkan beberapa lagu Koes Plus bersama Beat Plus. Pelangi, Yo Ben, Kr. Surabaya dan Hidup Yang Sepi merupakan hidangan pembuka yang disampaikan kepada peserta yang sudah mulai beradatangan siang itu.

Pkl. 11.25 WIB panitia mulai sepakat untuk membuka acara. Koesyanto selaku pembawa acara menyampaikan salam pembuka kepada seluruh peserta yang hadir. Segala ucapan syukur kepada Tuhan disampaikan karena di sela berbagai ketidak pastian yang sempat terjadi, waktu yang seakan tidak memungkinkan juga berbagai situasi kondisi yang ada tapi acara bisa tetap terlaksana dengan dukungan berabagai pihak. Koesyanto yang merupakan penggemar Koes Plus senior di kota ini kala itu tampil dengan memakai topi pet ala Yok Koeswoyo. Kesempatan berikutnya adalah sambutan pengantar yang disampaikan oleh ketua JN Surabaya selaku tuan rumah. Saat itu dia menyampaikan terima kasih atas dukungan berabagai pihak dalam berbagai bentuk sehingga acara ini boleh terlaksana.

Sesi berikutnya adalah sambutan dari Edy Kuncoro selaku pendiri Jiwa Nusantara Pusat menceritakan secara singkat kronologi berdirinya fans club penggemar Koes Plus ini. Cecep Rosadi berikutnya maju untuk menyampaikan pengantar selaku ketua JN Pusat. Berikutnya, ketua JN Surabaya diberi kesempatan untuk memberikan kenang-kenangan. Saat itu cendera mata berupa “baju eksklusif” buatan JN Surabaya diberikan kepada ketua JN Pusat atas segala bentuk perhatian dan bimbingan kepada JN daerah juga kepada Wahyudi sebagai peserta terjauh. Acil B Plus juga mendapatkan kenangan berupa vcd dokumentasi penyelenggaraan acara JN Surabaya bersama John Koeswoyo.

Acara berikutnya adalah perkenalan singkat perwakilan penggemar Koes Plus yang hadir. Uniknya, tanpa ada instruksi khusus masing-masing memperkenalkan diri sambil bercerita seputar perkenalannya band legendaris Koes Plus. Sesi perkenalan diawali dari Wahyudi yang berkisah mengenai awal mengenal lagu-lagu Koes Plus hingga berjumpa dengan Tonny Koeswoyo di Jl Haji Nawi. Setelah masing-masing daerah memperkenalkan diri, peserta diberi kesempatan untuk menikmati sajian makan siang yang disajikan di café yang memang dibuat khusus untuk para penggemar musik.

Sedikit catatan tentang Makan Time Resto, tempat ini didesain khusus sedemikian rupa sehingga penggemar musik bisa menjadikan tempat ini sebagai rujukan untuk bersantai sekaligus menikmati hidangan yang tersedia. Di sekeliling dinding tergantung semacam memora billia grup musik lama yang pernah berjaya di eranya. Sebagai contoh, terdapat sebuah pigora yang memuat cover PH AKA beserta Plaat album Do What You Like terpasang di bawahnya. Demikian juga untuk pigora grup The Gembell’s tergantung PH album Ballada Kalimas. Tak ketinggalan, pigora Koes Plus juga terdapat di situ berupa PH album vol. 2. Grup musik barat juga diberi aprsiasi diantaranya adalah The Beatles, Bee Gees dan Rolling Stones. Bahkan kabarnya, grup musik senior asal kota Surabaya Casino band masih rutin manggung di tempat ini.

Setelah sesi makan siang, acara dilanjutkan dengan diskusi. Tepat pkl. 13.05 diskusi dipimpin oleh Cecep Rosadi selaku ketua JN Pusat. Masing-masing perwakilan penggemar Koes Plus duduk berputar saling berhadapan di meja kotak sambil membawa makalah diskusi yang memuat segala pikiran dan gagasan dari ketua JN Pusat. Diskusi pertama mengambil topik seputar rencana pelaksanaan Mukernas. Saat itu Cecep menyampaikan bahwa JN Surabaya akan mengadakan pemecahan Rekor MURI berupa penampilan lagu-lagu Koes Plus oleh band pelestari. Drg Winaryo yang saat itu hadir selaku penggagas pemecahan rekor MURI menyampaikan bahwa pelaksanaan rekor ini akan berlangsung pada 11-12 Februari 2012 dengan mengambil even hari kasih sayang. Pemecahan rekor ini sendiri rencananya akan menampilkan beberapa artis ibu kota untuk mendukung kemeriahan acara. Beliau mengusulkan bila tidak keberatan, pelaksanaan MUKERNAS dilangsungkan pada waktu yang hampir bersamaan dengan pelaksanaan rekor MURI sehingga tidak perlu rekan-rekan JN bingung memikirkan lokasi acara.

Sebelumnya, ketua JN Pusat memberi kesempatan kepada ketua JN Surabaya apakah bersedia menjadi penyelenggara MUKERNAS. Ketua JN Surabaya menyatakan bersedia menjadi tuan rumah pelaksanaan MUKERNAS. Setelah melalui beberapa pembicaraan, pelaksanaan MUKERNAS disepakati pada hari Jumat, 10 Feb 2011. Acara rencana diadakan di hotel Sahid yang bertepatan dengan tempat penginapan pengisi acara rekor MURI. Mengingat pelaksanaan acara rekor MURI akin berlangsung di Grand City Mall Surabaya di kawasan Gubeng. Secara teknis, peserta MUKERNAS diharapkan sudah berkumpul pada pkl. 18.00 WIB. Malam itu juga segera diadakan MUKERNAS yang diharapkan tidak membutuhkan waktu berlarut-larut untuk pembicaraan. Adapun untuk hal ini, panitia memberi fasilitas kepada satu orang peserta perwakilan daerah penggemar Koes Plus. Fasilitas tersebut berupa akomodasi dan konsumsi selama MUKERNAS. Esoknya, hari Sabtu hingga Minggu peserta diajak menyaksikan pemecahan rekor MURI.

Pembicaraan kedua adalah mengenai topik yang akin dibicarakan dalam MUKERNAS mendatang. Salah satu yang menjadi topik pembicaraan diskusi siang itu adalah mengenai banyaknya konflik yang terjadi di beberapa fans club daerah. Ketua JN Pusat menyinggung mengenai gagalnya beberapa JN daerah menjalin keharmonisan dengan sesamanya. Sehingga terjadi perselisihan yang tidak mencerminkan sikap Jiwa Nusantara yang mengedepankan persatuan dan persaudaraan.

Hal lain yang ditekankan oleh Cecep adalah komitmen untuk menjalankan prinsip “ satu pintu “ dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan Koes Plus dan pelestariannya. Satu pintu ini sebagaimana yang pernah dinasehatkan oleh Yok Koeswoyo, diuraikan oleh Cecep Rosadi sebagai berikut : “ Kalau urusannya dengan keluarga Koeswoyo, selesaikan di Haji Nawi. Kalau urusannya menyangkut dengan masing-masing personel Koes Plus, selesaikan dengan Ketua JN Pusat”. Melalui hal ini Cecep Rosadi, selaku ketua JN Pusat mengharapkan adanya kerja sama JN daerah untuk bisa melaksanakan koordinasi satu pintu dalam berbagai hal termasuk even penyelenggaraan Koes Plus yang berkaitan dengan Jiwa Nusantara.

Cecep Rosadi berharap pertemuan hari itu sudah bisa disepakati bersama karena bila menunggu lagi akin terlalu lama. Namun sebelumnya, beliau mengusulkan supaya pada bulan Desember bisa diadakan Pra Mukernas di Pekalongan. Hal itu dirasa perlu untuk mematangkan pembicaraan di Mukernas, sehingga Mukernas tidak perlu terlalu berlarut dalam melaksanakan diskusi. Pihak Pekalongan menyatakan akan segera menyampaikan masukan tersebut kepada rekan-rekan penggemar Koes Plus setempat. Mengingat ada beberapa daerah yang belum terbentuk organisasi Jiwa Nusantara seperti Pekalongan, Madiun dan Mojokerto hal itu dirasa tidak terlalu menjadi masalah oleh ketua JN Pusat. Karena yang penting adalah keikhlasan hatinya dalam mendukung komunitas penggemar Jiwa Nusantara ini. Soal deklarasi secara fisik hal itu bukan yang utama.

Pkl. 15.10, segala rangkaian acara persiapan Mukernas ini berakhir deng an sesi foto bersama seluruh peserta. Disertai hujan rintik-rintik yang mengguyur bumi kota Surabaya, satu per satu peserta pulang dengan penuh kepuasan dan membawa kenangan di hati atas pertemuan hari itu. Sembari pulang, peserta mendapatkan kenang-kenangan berupa cd album B Plus volume pertama dari Acil B Plus. Selain itu ada juga produk dari salah satu sponsor yaitu pasta gigi Sensodyne yang dibagikan oleh panitia. Kami sadar, bukan masalah fasilitas, bentuk acara maupun penyajian yang tersedia yang bisa memuaskan. Karena hal-hal tersebut tentu masih ditemui banyak kekurangan. Namun pertemuan sebagai sesama penggemar Koes Plus itu yang mampu mempererat persaudaraan. JN Surabaya merasa bangga dan terhormat mampu memberikan sumbangsih dalam bersatunya penggemar Koes Plus melalui pertemuan bersejarah ini.

Sebagian kontingen JN Pusat dan JN Surabaya selanjutnya segera bersiap diri untuk menuju studio radio Mercury 96 fm yang terletak di jl. Citandui. Malam itu akin ada siaran perdana acara talk show Koes Plus dengan nara sumber ketua JN Pusat dan ketua JN Surabaya.

Sekali lagi, atas nama panitia kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang mendukung pelaksanaan acara “ Persiapan Mukernas JN Pusat & HUT ke-2 JN Surabaya “ pada Minggu, 6 November 2011 ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada :

1) Bp. Drg Winaryo
2) Bp. Didiek B Jauhari
3) Bp. Sutaryono
4) Bp. Antonius Suseno
5) Bp. Cecep Rosadi beserta jajaran kontingen JN Pusat
6) Bp. Wahyudi ( JN Medan )
7) Bp. Edy Kuncoro ( KPFS Solo )
8) Bp. Edy Suyanto & Ibu Tri Lestari ( JN Pekalongan )
9) Bp. Edy Nuryanto, Bp. Nurul Hidayat & Bp. Basori ( JN Mojokerto )
10) Bp. Agus Wisono & Bp. Siyantoro Benjot ( JN Madiun )
11) Bp. Pengky Priyo Cahyono ( JN Lawang )
12) Beat Plus band
13) Tim JN Surabaya
14) Resto Makan Time
15) Pasta gigi Sensodyne
16) Serta berbagai pihak lain yang mendukung acara ini.

Demikian yang dapat kami sajikan sebagai laporan pelaksanaan pertemuan penggemar Koes Plus yang berlangsung di kota Surabaya. Mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan dalam penyambutan kami sebagai tuan rumah. Mudah-mudahan kita selalu sehat sehingga bisa berjumpa lagi dalam keadaan yang lebih baik. Terima kasih atas perhatian teman-teman penggemar Koes Plus. Tuhan memberkati selalu.

( Okky T. Rahardjo, ketua JN Surabaya – 085645705091 )

Kamis, 20 Oktober 2011

Cattan ku tentang album Pop Jawa Nomo Koeswoyo






“ Ngene Gus, wong urip nang alam donya kuwi mung ngrampungake lelakone nang alam donya…mulo yen biso mbok iyo nganggo ati nurani …”

Kalimat di atas merupakan sebuah kata-kata pembuka yang disampaikan oleh Nomo Koeswoyo pada lagu yang berjudul “ Kahanan”. Sebagaimana umumnya lagu-lagu pop Jawa, kata-kata celetukan atau umumnya disebut senggakan seringkali menjadi pelengkap yang unik pada lagu yang dinyanyikan. Demikian juga pada lagu ini, pada bagian pembuka, tengah maupun penutup celetukan dari sang penyanyi mampu menjadi penguat isi lagu.

Kahanan merupakan salah satu lagu yang ada pada album baru Nomo Koeswoyo dengan irama Pop Jawa. Sudah lama kita menantikan pemain drum Koes Besaudara ini menghasilkan karya baru, tanpa kita duga ternyata tahun 2011 beliau meluncurkan album dalam kemasan cd ini. Sebagaimana biasanya karya khas Nomo Koeswoyo, kita bisa melihat berbagai rasa dalam lagu-lagu karya beliau. Pitutur yang disampaikan dengan bahasa yang jenaka seakan sudah menjadi ciri khas maestro musik yang saat ini menetap di Magelang itu.

Kahanan merupakan sebuah pitutur untuk kita hidup berhati-hati dalam dunia yang makin sulit ini. Penyajian yang santai pada lagu ini membuat seseorang tidak merasa digurui oleh sang penyanyi. Bahkan seakan-akan Nomo sedang akrab berbincang kepada seseorang yang disebutnya dengan kata “ Gus…”. Gus merupakan sebuah panggilan untuk laki-laki di suku Jawa. Lagu kedua pada album ini masih juga bersifat nasehat yang diberi judul Piweling. Nomo seakan mengajak kita untuk terus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak melupakan kata-kata bijak dari pendahulu kita sebagai penuntun langkah kehidupan.

Sebuah lagu dengan kata-kata agung dan penuh makna yang tinggi terdapat pada track ketiga yang berjudul “ Kembang Jagung”. Bila dibandingkan dengan sebagian besar lagu-lagu lain, lagu ini memuat kata-kata dalam bahasa Jawa yang tidak populer. Perumpamaan yang dipakai pun mengandung makna yang tinggi. Coba kita simak syair berikut :
“ kembang – kembang jagung
omah gedong pinggir lurung,
Jejer-jejer telu sing tengah dadi omahku
Cempo munggah guwo
banjur medun kebon rojo
Metik kembang soka, dicaoske Kanjeng Romo”

Konon syair ini sudah dikenal di kalangan masyarakat Jawa pada periode tahun 1940an. Merupakan syair yang agung dan memiliki makna yang tinggi. Sebuah ungkapan syukur dari seorang manusia kepada Tuhan Yang Maha Agung. Bahkan dikatakan “ jejer jejer telu sing tengah dadi omahku” yang maksudnya adalah manusia terdiri dari tiga bagian, yang kita huni adalah yang sisi tengah terdiri dari nafsu, pikiran dan kemauan. Demikian seperti diungkapkan oleh Goesmanto, orang dekat Nomo Koeswoyo.

Sekilas tentang proses pembuatan lagu Kembang Jagung ini, berawal dari Goesmanto yang mempunyai aransemen musik yang menurutnya bagus lalu diserahkan pada Nomo supaya diisi dengan lirik untuk menjadi sebuah lagu yang bagus. Nomo lalu teringat tentang syair kuno bahasa Jawa seperti yang tertulis di atas. Namun sayang sekali, ada beberapa bagian pokok yang beliau lupa. Demi menuntaskan rasa penasarannya, John sang kakak ditelpon untuk membantu mengingatkan syair sacral tersebut. John pun segera memenuhi dengan mengirim syair lagu melalui sms.

Namun bila kita jeli, sebenarnya Nomo sendiri pernah merekam syair serupa pada album No Koes Pop Jawa Melayu “ Nagih Janji ” tahun 1975 dengan judul “ Omah Kampung “. Hanya saja pada album No Koes, dibawakan dengan tempo cepat. Hal lain yang membedakan, pada album No Koes terjadi perbedaan kiasan. Pada Pop Jawa Melayu vol 2 itu kiasan yang dipakai adalah “ kembang kangkung” tapi pada album ini digunakan kata “kembang jagung”. Bahkan kata “ omah gedong “ pada lagu ini sebelumnya direkam dengan kata “ omah kampung “. Seharusnya Nomo lebih teliti dalam menggunakan kutipan syair supaya tidak terkesan terjadi pengulangan namun malah meleset dari aslinya.

Lagu – lagu lain dinyanyikan dengan bahasa yang sederhana namun sarat dengan kritik sosial. Nomo pada album ini banyak menyoroti kondisi bangsa dan negara yang makin merosot karena maraknya kasus korupsi. Setidaknya tujuh lagu memuat kritik sosial tentang korupsi yaitu : Enda Endo, Pamong, Aji Mumpung, Sego Kucing, Jondal Jondil, Semut Ireng dan Eling. Bukan hanya langsung berani mengungkapkan kekesalan tentang korupsi namun juga rasa gemasnya pada para pemimpin yang Cuma bisa janji tapi tidak bisa menepati.

Bukan Nomo Koeswoyo kalau tidak berhasil mengangkat kehidupan sosial “ masyarakat ekonomi bawah” melalui lagu-lagu Jawa ciptaannya. Kita tentu ingat di kala No Koes lagu-lagu macam Ronda Malam, Gal Ugalan, Sariman, dan Pring Tutul merupakan lagu yang khas dengan masyarakat ekonomi bawah. Pada album ini masyarakat pinggiran disapa melaui lagu Panguripan dan Sego Kucing. Bumi yang semakin tua dengan ancaman kepunahan alam disinggung Nomo melalui lagu Jaman Edan. Kerinduan untuk berkumpul kembali dengan saudara-saudaranya diungkapkan secara lugas melalui lagu yang berjudul Katresnanku. Semua tema lagu seakan bisa dirangkum menjadi satu album yang komplit. Itulah kelebihan Nomo dalam mengemas sebuah karya.

Beberapa catatan yang bisa diberikan oleh penulis terhadap album ini yaitu supaya Nomo tidak terlalu sering mengulang lagu yang direkam dalam album sebelumnya dengan hanya mengganti judul. Sebagai contoh, pada album No Koes Jawa tahun 1983 sebuah lagu Surya Kencana direkam ulang pada album Koes Bersaudara Pop Jawa 1987 dengan judul “ Kodok Numpak Jaran”. Demikian juga pada album ini terdapat lagu Aji Mumpung yang sebelumnya pada tahun 1983 direkam dengan judul Semprul. Mungkin bagi masyarakat yang tidak mengikuti secara teliti perjalanan album beliau akan merasa semua lagu karya beliau adalah baru, namun bagi yang mengikuti karya beliau akan merasa bahwa seakan terjadi krisis ide walaupun lagu yang disajikan masih memiliki tema yang relevan.

Hal berikutnya adalah bahwa pada album ini musik secara keseluruhan diisi dengan sarana musik program keyboard atau elektone yang dimainkan oleh Goesmanto, mantan personel Dedelan Group yang saat ini aktif membantu Nomo Koeswoyo. Padahal dalam cover belakang tertulis musisi yang terlibat secara band. Walaupun ternyata diketahui bahwa band yang dimaksud adalah untuk pengiring Nomo Koeswoyo kala tampil live show. Goesmanto dalam album ini mampu bermain secara maksimal terutama ketika bagian interlude seakan mampu mencuri perhatian. Mengingatkan kita pada sosok Tonny Koeswoyo ataupun Pompy pada masa-masa lalu. Namun alangkah baiknya bila musik yang disajikan seharusnya juga bersifat band supaya terdengar lebih alami.

Bila kita simak mulai album Koes Bersaudara Kidung Nusantoro, Pop Jawa 2009, Jawa Tengah Bangkit hingga solo album Pop Jawa ini tampak sekali Nomo lebih nyaman menggunakan musik secara midi dari pada band. Dalam hal rekaman, proses ini tentu lebih mudah karena tidak membutuhkan waktu yang lama. Namun akan menemui kesulitan tersendiri ketika harus tampil secara live show. Pemain band harus menyesuaikan diri dengan permainan musik yang sudah jadi dalam rekaman.

Namun ada satu nilai lebih pada kemasan album ini dibandingkan dengan album baru Koes Plus maupun Yok Koeswoyo, solo album Pop Jawa Nomo Koeswoyo dikemas menggunakan hard cover yang menarik. Hal ini disebabkan distribusi album ini dibantu oleh Bravo Musik, perusahaan rekaman besar yang banyak bergerak dalam bidang rekaman musisi-musisi lama.

Pada akhirnya, album Pop Jawa Nomo Koeswoyo ini bagaimana pun penilaian kita mudah-mudahan dapat berkenan di hati masyarakat penggemar musik Koes Bersaudara, Koes Plus maupun No Koes. Catatan ini tentu tidak akan mempengaruhi baik atau buruk album ini, hanya merupakan sebuah bentuk apresiasi dari seorang penggemar yang selalu merindukan karya-karya terbaik dari Koes Bersaudara maupun Koes Plus.
( Okky T. Rahardjo – ketua JN Surabaya, 085645705091 )

Selasa, 27 September 2011

Reportase Halal Bi Halal FKR Tuban


Sabtu, 24 September 2011 dengan berbekal niat tulus untuk menjalin silaturahmi dengan sesama penggemar Koes Plus, kontingen JN Surabaya bersepakat untuk mengadakan sebuah perjalanan kunjungan ke sebuah belahan kota di ujung Jawa Timur. Sore itu pkl 16.00, beberapa penggemar berat Koes Plus dari Surabaya berkumpul sesuai janji di SMA Santo Yoseph untuk bersama berangkat menuju Tuban. Setelah semua peserta sudah dirasa lengkap, maka tepat pkl 16.30 kontingen JN Surabaya mulai berjalan merangkak meninggalkan kota Surabaya melalui gerbang tol Gunung Sari menuju Tuban. Informasi dari salah seorang panitia, supaya lebih baik melewati jalur Pantura karena terjadi macet total melalui Kebomas dan seterusnya.

JN Surabaya sore itu dengan personel Didiek B Jauhari beserta isteri, Sam Sugeng beserta isteri, Koesyanto, Siswanto serta ketua JN Surabaya beserta isteri. Menyusuri langkah meninggalkan senja dengan fasilitas dua kendaraan roda empat. Hari itu kami mendapatkan undangan acara berupa Halal Bi Halal Fans Koes Plus Ronggolawe Tuban. Sebagian besar personel JN Surabaya rela melupakan penat selepas kerja demi terbinanya rasa persaudaraan yang erat bersama pernggemar Koes Plus di Tuban.

Gresik sebagai kota pertama yang dilewati sudah mulai tertinggal di belakang, menyusul Lamongan sebagai kota berikut yang menjadi perantara menuju Tuban. Senyap sekali kota kecil ini menyusul senja yang mulai turun berganti malam. Wisata Bahari Lamongan yang biasanya ramai kala itu kami lewati sudah dalam keadaan sunyi nan senyap. Sepanjang jalan, hanya tampak gunung dan hutan yang menghitam diwarnai gelapnya malam. Perjalanan kami lalui dengan saling bercerita seputar aktivitas terakhir Koes Plus. Tiada sempat kami memutar lagu, karena kondisi tape mobil yang rusak. Hingga tanpa terasa kami memasuki wilayah Kabupaten Tuban dengan wilayah Palang sebagai pintu pembuka.

Gedung KSPKP yang menjadi lokasi berlangsungnya acara dapat kami singgahi tepat pkl. 19.00. Walaupun undangan tertulis tepat pukul tujuh malam, namun rupanya kami menjadi peserta pertama yang hadir selain tim panitia. The Bottles sebagai band pengisi acara, malam itu tampak sudah siaga di lokasi acara dengan sejuta ekspresi di wajah para personel. Senang. Haru. Serta berbagai perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata tergambar pada wajah personel The Bottles kala berjumpa dengan kami. Betapa tidak, malam itu band yang diawaki oleh Doddy (lead gitar, vocal II), Teguh (rhytym, lead vocal), Agus (drum), Joko (keyboard) dan Takari (bass) serasa mendapatkan kehormatan luar biasa untuk tampil sebagai band bintang tamu di kota kelahiran Koes Bersaudara.

The Bottles membuat penasaran pengunjung malam itu kala sesi check sound baru dimulai, dua lagu karya Koes Plus digeber dengan kekuatan maksimal. Pelangi dan Kelelawar menjadi dua pilihan lagu sesi check sound. Sebagian penonton mulai menata tempat duduk dan mengarahkan pandangan ke panggung utama. Mereka mengira acara sudah mulai berlangsung padahal masih check sound. Namun The Bottles sudah mampu menyajikan penampilan yang prima.

Tepat pkl 19.35, pembawa acara memulai membuka gelaran Halal Bi Halal ini. Setelah menyapa semua pengunjung yang hadir, tanpa banyak basa-basi sebuah band sudah bersiap untuk ditampilkan. Malam itu, konsep acara berupa tampilnya empat band pemula dan dua band senior. Sambil menikmati makanan ringan yang disediakan, para pengunjung mulai mengarahkan pandangan pada panggung untuk menyaksikan penampil pertama. Enam mahasiswa yang menamakan diri Uniro band mencoba membawakan lagu-lagu Koes Plus menurut versi mereka. Andaikan Kau Datang, Dara Manisku dan Jemu dinyanyikan secara kemasan ubderground. Tentu saja itu membat kami yang lebih suka dengan aransemen asli terus menahan nafas menanti berlalunya band yang semua personelnya adalah mahasiswa Universitas Ronggolawe itu.

Usai penampilan band yang terdiri dari lima personel putra dan seorang putri ini, pembawa acara segera memanggil penampil berikutnya dengan nama “Sanggare Cah- Cah”. Band ini tampil dengan tiga personel, karena seorang pemain keyboard tidak bisa hadir. Jatah tiga lagu yang seharusnya dibawakan, menjadi hanya satu lagu mengingat tidak komplitnya personel. Walaupun begitu, satu lagu yang dibawakan cukup menghibur mengingat dibawakan dengan aransemen asli. Lagu itu adalah Surkak Sorgung.

Penampil berikutnya adalah kembali munculnya band pelestari yang mencoba menarik perhatian pengunjung yaitu, Cuplis Band. Pilihan lagu yang dibawakan oleh anak-anak muda dari kota Tuban itu adalah Hari Ini dan Nanti, Jangan Berulang Lagi dan Nusantara II. Pengunjung dibuat makin tersenyum menahan tawa ketika Pelangi Band muncul dengan perpaduan nyanyi dan gaya yang unik. Buat Apa Susah menjadi pilihan pertama untuk dibawakan oleh band ini. Penampilan vokalis band ini termasuk unik karena berusaha menampilkan gerak dan mimik yang lucu walaupun lagu yang dibawakan tetap serius. Konon nama Pelangi band dipilih karena perpaduan personelnya yang berusia tua, setengah tua dan usia muda. Malam itu Pelangi band membawakan Layang-Layang, Bunga Di Tepi Jalan dan Melati Biru.

Setelah beberapa penampilan band dari kalangan usia muda, kali ini personel senior dari Tuban tidak mau kalah unjuk kebolehan. Koes Plus Mania ( KPM ) Tuban hadir sebagai band tuan rumah yang menghibur sebelum bintang tamu tampil. Dipimpin oleh bpk Eddy Supeno yang di kalangan komunitas Jiwa Nusantara sudah dikenal, band ini mampu menyegarkan suasana malam itu. Eddy yang bertindak sebagai vokalis mampu memandu acara dengan baik. Sehingga di sela personel lain menyiapkan alat musik, suasana panggung tidak terasa kosong. Tegur sapa Eddy pada pengunjung yang hadir mampu menghangatkan suasana. Penampilan mereka malam itu dibuka dengan sebuah lagu yang pas untuk menyapa penggemar Koes Plus yang hadir, O La La.

Setelah lagu pembuka, Eddy memberi kesempatan kepada ketua FKR Tuban, Hadi Tugur untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Hadi yang juga seorang rector UniRo ini menyatakan prihatin bahwa di kota tempat kelahiran personel Koes Bersaudara ternyata penggemar Koes Bersaudara & Koes Plus yang bergabung dalam fans club sangat sedikit. Setelah menyampaikan sambutan, Hadi mendendangkan sebuah lagu kesukaannya yaitu Kr. Cincin.

KPM Tuban kembali memeriahkan suasana panggung dengan lagu-lagu hits Koes Plus yaitu : Bersama Lagi, Jangan Sedih, Why Do You Love Me, Untukmu, Kolam Susu dan Rajawali. Permainan yang kompak dan rapi membuat band yang terdiri dari enam personel berusia senior ini mampu memberikan kesan tersendiri.

Pkl 21.30 WIB tepat saat The Bottles sebagai band tamu mulai mengisi panggung Halal Bi Halal. Rapi sekali menggunakan seragam khas mereka, baju dan celana komprang warna biru kelima pemuda asal Surabaya ini sudah siap menggebrak dengan sajian lagu-lagu Koes Plus. Setelah basa-basi sejenak, meluncurlah “Mars Jiwa Nusantara” sebagai tembang pembuka. Komplit dengan ucapan Sumpah Pemuda pada bagian spoken, The Bottles berhasil membuat penonton penasaran terhadap lagu ini. Usai lagu tersebut dibawakan, Doddy sebagai leader yang merangkap lead gitar mengatakan kalau lagu ini sengaja dibawakan sebagai ungkapan pemersatu sebagaimana dimaksudkan oleh Yok Koeswoyo, sang empunya lagu.

Suasana makin menghangat kala The Bottles menyambung dengan “Malam Yang Indah”, yang membuat pengunjung makin terbuai pada suasana nostalgia pada lagu yang popular pada tahun 1973 dan direkam dalam album ketujuh Koes Plus. Pada tembang ketiga “Panah Asmara” menjadi pilihan berikut untuk dibawakan. Namun sayang sekali lagu ini harus berakhir anti klimaks. Sedikit terjadi kesalah pahaman, antara Joko selaku pemain keyboard dengan Takari, pemain bass yang menyanyikan lagu dari album Pop Melayu tahun 1978 ini. Nada yang seharusnya tinggi keliru dibawakan lebih rendah. Sehingga penyajian lagu menjadi kurang maksimal.

The Bottles tampaknya tidak mau berhenti pada kesalahan di lagu ketiga, sebagai band yang sudah memiliki banyak “jam terbang” di pentas lagu-lagu Koes Plus, mereka mulai memperbaiki penampilan pada lagu-lagu berikutnya. Berturut-turut lagu mereka bawakan, baik dari persiapan mereka pribadi maupun request pengunjung yang memadati gedung yang terletak di jalur menuju Semarang ini. Setelah mencoba memancing dengan sebuah lagu Jawa berjudul Yo Ben, banyak pengunjung yang mulai meneriakkan “pesanan lagu” Koes Plus berbahasa Jawa. The Bottles mulai memenuhi respon pengunjung dengan menggeber beberapa lagu pop Jawa termasuk lagu yang menjadi andalan mereka saat tampil di berbagai panggung, yaitu Nuswantoro. Suluk dalang yang menjadi ciri khas lagu ini berhasil dibawakan dengan mulus oleh Teguh, vokalis sekaligus pemegang rhytym gitar.

Agus sebagai pemain drum, malam itu berhasil mencuri perhatian sekitar 150 pengunjung dengan memainkan pukulan-pukulan khas Murry. Meskipun posisinya tertutup rekan-rekannya yang lain, namun Agus nampaknya sudah berhasil tampil maksimal demi memuaskan kerinduan warga Tuban terhadap lagu-lagu Koes Plus. Di sela The Bottles membawakan beberapa lagu, pembawa acara menyela dengan membacakan riwayat singkat dan diskografi group musik legendaris, Koes Bersaudara & Koes Plus. The Bottles yang saat itu berada di panggung, tampak tidak bisa menyembunyikan kebanggaan bahwa mereka sebagai band pelestari ternyata mampu dianggap mewakili keberadaan Koes Plus.

Saatnya pengunjung diberi kesempatan untuk bernyanyi diiringi oleh kelima pemuda dari sebuah instansi penghasil minyak goreng itu. Istri dari ketua FKR Tuban saat itu diberi kesempatan untuk menyumbangkan suara emasnya. Duet bersama salah seorang kerabatnya, perempuan berkerudung dan berbaju terusan warna emas ini menyanyikan Bis Sekolah dengan penuh semangat. The Bottles yang mengiringi dengan aransemen versi The Best of Koes membuat lagu ini tidak terasa sulit untuk dinyanyikan. Pendonor suara berikutnya adalah vokalis Pelangi Band mencoba untuk ikut beraksi bersama The Bottles. Jangan Berulang lagi menjadi pilihan lagu yang dibawakan. Selanjutnya perwakilan pengurus JN Surabaya, yaitu Koesyanto dan Didiek B Jauhari ikut berdendang melalui dua lagu, Semanis Rayuanmu dan Kau Bina Hidup Baru.

Sebuah hal yang istimewa bagi The Bottles saat pembawa acara mendaulat salah seorang pengunjung yang ternyata adalah kerabat dari personel Koes Bersaudara ikut hadir malam itu. Hari Sunarno, yang masih terhitung sebagai misanan dari Koeswoyo bersaudara malam itu menyatakan rasa syukurnya karena dibuatkan acara yang menampilkan lagu-lagu dari keluarga mereka. Beliau yang juga menjabat sebagai Kabag Kesra Pemkab Tuban bahkan memberi apresiasi pada The Bottles yang bersedia melestarikan lagu-lagu karya Koes Bersaudara & Koes Plus. Malam itu Suhartono menyumbangkan suaranya pada lagu Mawar Bunga. Sembari bercerita bahwa lagu ini dulu mendapatkan penghargaan Platinum yang diterima oleh Yok Koeswoyo.

Seorang pengunjung dari Bojonegoro, seorang ibu yang hadir bersama anak kecilnya diberi kesempatan untuk mendendangkan sebuah lagu. Why Do You Love Me dibawakan dengan vokal yang kadang terasa kurang pas dengan musik yang dimainkan. Pembawa acara selanjutnya menyampaikan supaya The Bottles membawakan sebuah lagu request dari panitia sebagai tembang pamungkas. Reuni dibawakan oleh Agus yang saat itu maju ke mik utama, sedangkan posisi drum diganti oleh Mispomo, pembina teknis mereka. Usai Reuni didendangkan, kontingen JN Surabaya segera berteriak supaya The Bottles menyanyikan Kapan-Kapan karena melihat The Bottles akan segera mundur dari panggung tanpa menyanyikan “lagu wajib penutup” ini.

Pkl. 23.00 tepat, The Bottles mengakhiri penampilan yang sekaligus juga berakhirnya acara secara keseluruhan. Malam itu pengunjung seakan dipuaskan oleh The Bottles yang mampu membuat pengunjung terlena pada masa kejayaan Koes Plus. Hanya saja tetap ada beberapa catatan bagi band yang rutin manggung di pusat perbelanjaan di kota Surabaya ini. Sebagai band penghibur, The Bottles perlu melatih diri untuk mampu berinteraksi secara intensif dengan penonton. Terlihat beberapa kali The Bottles seperti bernyanyi untuk diri sendiri. Penonton yang hadir seperti dibiarkan pasif dan tidak terlibat dalam lagu yang dibawakan.

The Bottles juga terlihat beberapa kali seperti kebingungan di panggung saat usai sebuah lagu dan akan memasuki lagu berikutnya. Beberapa personel tampak saling berpandangan “tolah-toleh” kebingungan lagu apa yang berikutnya akan dibawakan. Namun disadari atau tidak, tampil di Tuban sebenarnya merupakan sebuah kebanggaan yang juga sekaligus beban bagi band pelestari. Hal ini yang membuat The Bottles sedikit grogi, karena ekspektasi pengunjung terhadap mereka sangat berlebihan. Tapi sejarah telah mencatat bahwa mereka telah berhasil menggebrak kota Tuban yang pernah melahirkan musisi bersaudara nan legendaris. Apalagi malam itu acara direkam secara langsung oleh sebuah radio lokal.

Berikut ini adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh The Bottles : Mars Jiwa Nusantara, Malam Yang Indah, Panah Asmara, Cintamu Telah Berlalu, Yo Ben, Malam Ini, Ela-Elo, Medley : Pring Gading-Til Kontal Kantil, Nuswantoro, Main Belakang, Tangis Di Hatiku, Diana, Bis Sekolah, Jangan Berulang Lagi, Semanis Rayuanmu, Kau Bina Hidup Baru, Mawar Bunga, Why Do You Love Me, Reuni, Kapan-Kapan.

Terima kasih kepada pengurus FKR Tuban yang sudah berkenan mengundang JN Surabaya untuk hadir. Kebersamaan kontingen JN Surabaya makin terasa akrab ketika sempat makan malam menjelang pagi di sebuah warung tenda area Pasar Agrobis Lamongan. Tiba kembali di Surabaya pkl. 02.30 WIB dengan sejuta kepuasan yang tak bisa digantikan dengan materi berapa pun nominalnya. Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf atas rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan. Merdeka …!!!

( Okky T. Rahardjo, Ketua JN Surabaya-085645705091 )






The Bottles sedang check sound





Pelangi band





Sanggare Cah Cah band





Uniro Band

Selasa, 20 September 2011

Catatan Album Koes Plus " Refresh "









“ Aku selalu sayang, kau slalu saja marah…
Kau balas aku dengan sikapmu, membenciku
Percayalah kau sayang, semua itu hanya …
Dalam khayalmu slalu mengganggu
Di dalam hatimu …. “

Rangkaian kalimat di atas merupakan petikan syair lagu karya terbaru Yon Koeswoyo yang berjudul “ Curiga”. Lagu ini merupakan salah satu bagian dari album terbaru Koes Plus. Tahun 2011 ini Koes Plus dengan energi baru yang sering kita sebut dengan nama Koes Plus Pembaruan mencoba mengeluarkan kreasi barunya dalam bentuk mini album.

Refresh merupakan judul album ini. Sebagaimana arti katanya, tampaknya album dalam format compact disc ini merupakan penyegaran kembali Koes Plus untuk terjun dalam blantika musik Indonesia. Sudah terlalu lama Koes Plus “ mengalah” dari hingar bingar industri musik Indonesia. Melalui album ini tampaknya mereka mulai menyapa penggemarnya yang benar-benar merindukan karya terbaru Koes Plus.

Koes Plus yang saat ini memang berbeda dengan Koes Plus yang kita kenal puluhan tahun silam. Tapi harus jujur diakui bahwa kita masih merindukan vokal khas Yon Koeswoyo membahana kembali menembus relung-relung hati kita yang terdalam.
Saat kita mulai memutar cakram padat ini, kita akan benar-benar serasa disegarkan melalui lagu pertama yang disajikan melalui olah vokal Yon Koeswoyo yang melengking tinggi. Kalau boleh digambarkan, seakan kita disiram air dingin yang segar setelah mengalami dahaga yang tertahan sekian lama.

Curiga memang tidak berbeda dengan gaya lagu khas karya Yon Koeswoyo yang lain. Seperti bertutur tentang kisah yang dialami. Bila kembali kita mengingat lagu-lagu karya Yon Koeswoyo sebelumnya, pola yang sama akan kita temui. Coba simak, Jeritan Hatiku, Hujan Angin, Bunga Di Tepi Jalan atau Maafkan Aku ( album Jeritan Hati ’80 ). Seakan kita diajak mendengarkan cerita yang dibawakan dalam sebuah nyanyian.

Vokal Yon Koeswoyo masih tetap melankolis, manja tapi melengking “ penuh power “. Ditunjang oleh gaya musik era masa kini, lagu ini menjadi sebuah karya yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal ini menandakan kematangan dari sang pembuat lagu. Hanya saja pada bagian reffrein yang dibawakan dengan gaya bersahutan, kita kehilangan peran Yok Koeswoyo yang pernah menjadi teman duetnya. Kali ini, Yon Koeswoyo membawakan sendiri.

Pada urutan lagu kedua, kita menjumpai judul “ Biar Berlalu”. Iringan musik yang penuh semangat membuat lagu ini juga memiliki nilai lebih. Pendengar seakan dibawa berlari cepat meninggalkan nuansa kesedihan yang diantarkan oleh lagu pertama. Bila disimak dengan teliti, sebenarnya lagu ini tidak sepenuhnya baru. Biar Berlalu pernah direkam sebelumnya dalam album “ Song of Porong”. Hanya saja terjadi perbedaan lirik. Bila dalam album SOP banyak bertutur tentang jani penguasa yang tidak pernah ditepati, dalam album Refresh ini Koes Plus menuturkan tentang hidup yang penuh semangat.

Pada urutan ketiga dan keempat, masih tetap menyajikan kisah cinta sepasang kekasih. Pada lagu ketiga, karya Yon Koeswoyo sekali lagi hadir dengan judul “ Cinta Pertama”. Track keempat, Danang pemain keyboard & lead guitar Koes Plus Pembaruan diberi kesempatan menyumbangkan karya. “Masihkah” merupakan satu-satunya karya Danang yang sekali lagi dinyanyikan oleh Yon Koeswoyo. Lagu tersebut sekaligus adalah lagu terakhir pada album ini.

Album ini bisa disebut mini album karena hanya terdiri dari empat lagu. Langkah ini sah saja, karena sebagian besar musisi masa kini juga menempuh jalur serupa. Biasanya sebagai langkah pemanasan sebelum album yang utuh benar-benar diluncurkan. Kemasan album ini terkesan minimalis karena dibungkus dalam soft cover kertas.

Hal lain yang unik adalah dipakainya logo huruf Koes Plus yang setelah sekian lama tidak pernah hadir dalam album Koes Plus. Bahkan logo ini terakhir muncul pada album Jeritan Hati yang dirilis tahun 1980. Bila logo ini menghiasi album baru Koes Plus, maka kita dapat menilai bahwa Yon Koeswoyo dkk sudah mulai berani dan percaya diri menyebut “ Koes Plus “ tanpa embel-embel yang lain. Padahal pada album Song Of Porong, grup ini masih menggunakan nama Koes Plus Pembaruan.
Album “Refresh” ini sebenarnya merupakan langkah ketiga dari grup Koes Plus formasi baru. Debut mereka pada rekaman dimulai pada tahun 2006, saat merilis album “ Melaut Bersama Koes Plus”. Album ini sempat beredar di pasaran berupa kaset pita. Dua tahun berikutnya, Koes Plus rekaman dengan judul “ Song Of Porong” yang sampai kini hanya beberapa orang kolektor saja yang memiliki.
Selanjutnya, apakah album Refresh ini mampu mewakili bangkitnya kembali Koes Plus, semua terserah pada penilaian penggemar. Namun lepas dari berbagai kekurangan yang ada, kita patut memberi apresiasi pada Yon, Danang, Soni dan Seno yang terus berusaha menghadirkan eksistensi Koes Plus di blantika musik Indonesia.

Jiwa Nusantara Surabaya selaku komunitas penggemar juga menyediakan album ini bagi yang membutuhkan. Bahkan disediakan sebuah merchandise menarik untuk setiap pembelian cd album Refresh. Pemesanan bisa menghubungi ketua JN Surabaya, Okky T. Rahardjo ( 085645705091 ).
Akhirnya, hanya ini yang bisa kami sajikan sebagai pengantar album baru Koes Plus. Mohon maaf atas segala tulisan dan rangkaian kata yang kurang berkenan. Atas perhatian teman-teman, kami ucapkan terima kasih. Merdeka…..!!!!

( Okky T. Rahardjo, ketua JN Surabaya – 085645705091 )

Selasa, 26 Juli 2011

Mengingat Album Koes Plus Volume 11




Saat ini bulan Juli, yang bila kita lihat pada diskografi Koes Plus maka diantaranya akan kita dapati sebuah album fenomenal yang pernah diterbitkan pada bulan ini. Pada tahun 1974 lalu, tepatnya pada bulan Juli Koes Plus di bawah bendera perusahaan rekaman Remaco mengeluarkan album serial Pop Indonesia yaitu vol. 11. Pada album ini kita akan melihat kematangan Koes Plus dalam memainkan dendang musik dan lagu. Lirik yang dihasilkan pun tidak bisa dibilang sembarangan. Bahkan kualitas penciptaan lagu pun sudah mulai “merata dan stabil”. Artinya, sebagaimana pada beberapa album sebelumnya keempat personel Koes Plus sudah mulai urun membuat karya masing-masing tanpa didominasi oleh Tonny Koeswoyo lagi.

Album edisi sebelas ini memiliki banyak kekuatan tersendiri yang masing-masing kita tentu akan memiliki apresiasi berbeda pada setiap lagunya. Beberapa hal istimewa yang bisa kita pelajari dari album ini antara lain yaitu pada lagu Nusantara V. Semua kita sudah hafal betul kalau yang empunya lagu ini adalah Yok Koeswoyo. Artinya, karya lagu bertema Nusantara tidak lagi dimonopoli oleh seorang Tonny Koeswoyo. Memang Yok sudah membuat lagu Nusantara sejak vol. 9, namun bisa dibilang sekuel kelima ini termasuk yang istimewa. Musiknya menarik, liriknya cerdas dan ungkapan pujian yang dilantunkan pun tidak terasa hambar. Kita serasa dibawa keliling negeri tercinta ini selama lebih kurang tiga menit melalui lagu yang dibawakan secara bersahut-sahutan ini.

Belum habis kekaguman kita akan lagu Nusantara V, Yon Koeswoyo membuat gebrakan dengan menciptakan sebuah lagu yang berirama mandarin. Kota Lama adalah lagu yang sampai saat ini membawa kesan di hati para pendengarnya. Bahkan sampai saat ini banyak yang dibuat penasaran dengan apa yang dimaksud Kota Lama pada lagu ini. Dulu orang tua saya mengira bahwa Kota Lama ini terinspirasi dari nama sebuah daerah di kota Malang, tempat kelahiran orang tua saya. Tapi sekian lama ternyata anggapan saya tersebut terpatahkan ketika ada yang mengatakan Kota Lama yaitu menunjuk pada sebuah wilayah yang terletak di kota Semarang. Belum habis rasa penasaran itu, ada seorang rekan yang dekat dengan personel Koes Plus mengatakan bahwa Kota Lama menunjuk pada sebuah daerah yang sering dilewati oleh Yon Koeswoyo saat menuju lokasi studio rekaman. Tapi yang jelas, teman-teman di kota Malang dan Semarang pasti pernah merasa “ge-er” ketika mendengarkan lagu ini. Karena meng-klaim bahwa ini yang dimaksud adalah salah satu wilayah di kota mereka.

Hal lain di balik itu, musik dalam lagu ini yang berirama Mandarin boleh jadi merupakan trend kala itu yang sedang “demam dengan lagu-lagu Mandarin”. Kita ingat Titiek Sandhora pernah menyanyikan lagu Gunung Fujiyama yang berirama Mandarin. Bahkan beberapa group musik populer pun sempat rekaman dengan lagu-lagu Pop Indonesia berbahasa mandarin. D’Lloyd, The Mercys dan Madesa adalah contoh band yang terjebak dalam tekanan produser untuk merekam Pop Mandarin. Tonny Koeswoyo saat itu konon menolak arus komersialisme ini dengan hanya merekam satu lagu saja yang berirama Mandarin, tidak perlu sebuah album khusus.

Kekuatan vokal Yon Koeswoyo nampak sekali dieksploitasi secara luar biasa pada lagu-lagu dalam album ini. Hampir 90 % lagu-lagu pada volmue 11 ini dinyanyikan oleh pria yang memiliki kegemaran melukis ini. Apa Salahku dan Aku Terharu menunjukkan betapa Yon Koeswoyo yang saat itu dijuluki “suara emas” benar-benar merupakan seorang vokalis sejati di jamannya. Vokal yang terasa begitu jernih dan terang membuat Koes Plus mudah dikenali melalui ciri khas vokal Yon Koeswoyo.
Yok Koeswoyo dalam album ini menyumbangkan sebuah lagu yang mengandung suasana duka. Lagu yang berjudul Maria itu merupakan ungkapan isi hati seorang pria yang ditinggal pergi isterinya menghadap ke alam baka. Kepergian yang begitu tragis itu mengakibatkan Yok sangat terpukul sehingga siapa pun yang mendengarkan lagu ini akan merasakan penghayatan yang begitu dalam dari seorang penyanyinya. Tanpa terasa kita pun juga akan terbawa hanyut dalam suasana emosionil sampai menitikkan air mata. Konon dalam pembuatan klip lagu ini di studio TVRI, Yok Koeswoyo sampai berkali-kali harus dipapah karena pingsan. Tak kuat menahan haru mengenang kepergian isteri tercinta, Sonya Maria Tulaar. Tembang abadi ini menjadi salah satu keksukaan penggemar Koes Plus hingga saat ini.

Koeswoyo Senior kembali mempercayakan sebuah lagu karyanya yang kali ini berirama keroncong untuk direkam oleh Koes Plus. Yon Koeswoyo selalu mendapatkan kepercayaan untuk menyanyikan lagu karya ayah tercinta. Ku Sendiri merupakan lagu yang kontemplatif, melankolis namun tidak terkesan cengeng. Sederhana namun penuh makna, hal itu merupakan ciri khas karya lagu Koeswoyo Senior.

Murry yang biasa kita cari pada setiap kaset Koes Plus kali ini tidak bernyanyi. Beliau hanya menyumbangkan karya lagu untuk dinyanyikan oleh personel Koes Plus yang lain. Percayalah dan Jangan Marah merupakan dua buah lagu karya Murry yang bernuansa riang dan penuh optimis. Tentu lagu-lagu tersebut sudah pasti mendapatkan sentuhan tangan dingin sang maestro, Tonny Koeswoyo. Sebagaimana kita ketahui bahwa Tonny Koeswoyo yang selalu ikut mengolah lagu karya Murry sehingga tidak terasa monoton.
Kaset volume 11 ditutup oleh sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Tonny Koeswoyo yaitu Hai kasihku. Sederhana sekali aransemen musiknya tapi selalu membuat kita terngiang akan suara khas beliau sampai hari ini. Vokal yang tipis dan melengking, menjadi akrab terdengar di kuping. Tonny Koeswoyo melantunkan lagu ini dengan gaya bahasa beliau yang khas, yaitu pengulangan rima yang sama pada akhir kalimat lagu. Selalu diakhiri dengan “huruf U”, itu yang bisa kita tangkap pada lagu ini.

Coba kita simak sebentar pada cover kasetnya. Sederhana sekali posenya, bukan ? Tidak terkesan dibuat-buat. Tampil apa adanya sebagaimana layaknya seorang Indonesia. Walaupun baju yang dikenakan konon saat itu termasuk yang mahal harganya. Tapi cukup membuat kita punya image bahwa Tonny Koeswoyo sering pakai kaos lorek-bergaris. Bahkan bila kita jeli, kita pasti teringat juga dengan cover album Koes Plus Pop Jawa vol. 2 yang hanya beda pose saja.

Album Koes Plus vol. 11 ini tentu menimbulkan banyak kesan tersendiri di hati kita. Bila ditanyakan apa yang merupakan lagu kesukaan, tentu sangat beragam sekali jawabannya. Jujur saya dari dulu suka dengan vokal Yon Koeswoyo yang genit di lagu Kota Lama. Bagaimana dengan anda, apa lagu yang anda sukai di album ini ?

Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya-085645705091 )

Senin, 25 Juli 2011

Catatan Pertemuan JN Surabaya dan Aku Cinta Koes Plus di Tulungagung



Minggu pagi, 24 Juli 2011 beberapa pengurus JN Surabaya berkumpul di depan SMA Santo Yoseph Surabaya. Hari itu dengan kesepakatan berkumpul sebelum pkl. 06.00, kami bersiap diri menuju ke kota Tulungagung sebagai perwakilan dalam acara temu penggemar Koes Plus. Saat itu dengan mengenakan seragam pengurus warna merah, kontingen JN Surabaya mulai meninggalkan kota Surabaya dengan menggunakan mobil sewaan. Hadir sebagai kontingen JN Surabaya adalah Sam Sugeng & isteri, Koesyanto dan ketua JN Surabaya beserta isteri.

Tulungagung merupakan tujuan keberangkatan kami karena JN Surabaya mendapatkan undangan khusus dari komunitas penggemar Koes Plus yang berada di daerah Tulungagung dan sekitarnya. Radio Perkasa FM merupakan penyelenggara acara temu penggemar Koes Plus. Radio yang terletak di kawasan jl. Mayor Sujadi 22 Tulungagung ini memiliki program siaran lagu-lagu Koes Plus yang bernama “ Kolam Susu”. Acara ini berlangsung setiap hari minggu pkl. 15.00 s/d 18.00 Wib. Melalui program siaran ini terbentuklah komunitas penggemar yang bernama Aku Cinta Koes Plus ( ACK ) yang difasilitasi oleh Radio Perkasa. ACK ini meliputi wilayah Tulungagung dan sekitarnya yaitu Tulungagung, Kediri, Trenggalek dan Blitar. Hari minggu itu mereka mengadakan temu penggemar Koes Plus.

Kontingen JN Surabaya tiba di lokasi acara pkl. 09.40 saat suasana lokasi masih belum seberapa ramai dan beberapa orang panitia sibuk mempersiapkan acara. Setiba di lokasi Radio Perkasa, kami disambut oleh Dinda yang merupakan penyiar acara Kolam Susu. Tidak lama kemudian, menyusul beberapa warga JN Surabaya yang juga hadir tapi tidak bersamaan. Mispomo, Pembina The Bottles band hadir karena sedang berada di rumah keluarga di Tulungagung. Juga menyusul Didik B Jauhari yang baru bergabung karena semalam sebelumnya ada acara di Nganjuk. Jadilah saat itu komunitas JN Surabaya siap meramaikan acara yang diadakan oleh penggemar Koes Plus di Tulungagung.

Pkl. 10.00 lebih sedikit acara dimulai. Satu per satu peserta hadir yang kebanyakan berasal dari luar kota Tulungagung yaitu Kediri, Trenggalek, Biltar dan Pandaan. Acara dibuka dengan penampilan GP Plus yang merupakan band pelestari dari kota Tulungagung. GP Plus didirikan pada 2003 dengan kepanjangan Generasi Pelestari Koes Plus. Uniknya, sekilas bila dilihat pemain drum grup ini memiliki wajah mirip Murry sewaktu muda. Bahkan konon hal ini diakui sendiri oleh Murry sewaktu keduanya bertemu di Jakarta.

GP Plus mengawali penampilan dengan menggeber lagu-lagu Koes Plus yang sudah dikenal oleh peserta yang hadir saat itu. “Penyanyi Tua” menjadi pilihan sebagai lagu pembuka yang dibawakan. Diikuti oleh “Seminggu Yang Lalu” yang saat itu dibawakan dengan aransemen versi album Platinum. Peserta yang saat itu duduk dengan pola duduk di kursi yang dinaungi payung besar mulai mengarahkan perhatian pada penampilan GP Plus yang hari itu menjadi home band. Band yang terdiri dari Joko (bass), Ipin (melody gitar), Handoyo (keyboard) dan Purwanto (drum) saat itu tampil di panggung yang diberi nama Gazebo Perkasa.

Setelah dua lagu awal tersebut, Dinda selaku penyiar dan presenter acara membuka temu penggemar Koes Plus dengan menyapa semua peserta yang hadir. Bahkan dia sempat mendendangkan “Hidup Yang Sepi” sebagai persembahan peserta bagi yang hadir. Selanjutnya GP Plus secara beruntun membawakan lagu-lagu Koes Plus antara lain : Layang-Layang, Bis Sekolah, Diana dan Kolam Susu.

Acara ini disiarkan live di radio Perkasa selama dua jam. Sehingga sempat beberapa kali ada interaksi dengan penonton berupa request lagu dan salam. Yang istimewa, lagu yang dipesan saat itu langsung dibawakan oleh GP Plus. Peserta yang hadir pun saat itu juga diberi kesempatan bila ada yang akan menyumbangkan suaranya. Tampak peserta dari Surabaya, Tulungagung, Blitar, Pandaan dan Kediri ikut berdendang dengan iringan GP Plus. Penampilan GP Plus bisa dibilang istimewa karena permainan musiknya tidak melenceng jauh dari kaset asli album Koes Plus, sehingga penggemar bisa dengan mudah mengikuti lagu yang sedang dimainkan.

GP Plus benar-benar menjadi bintang yang istimewa saat itu karena selalu setiap saat siap untuk mengiringi peserta yang maju ke panggung untuk request lagu-lagu Koes Plus. Bahkan karena pertemuan ini lingkup penggemar berat Koes Plus, maka lagu yang dibawakan juga termasuk “ ganas” karena kebanyakan lagu yang dinyanyikan termasuk lagu yang saat ini tidak popular di telinga umum. Seperti halnya saat peserta dari Blitar menyanyikan lagu “Melepas Kerinduan”, peserta dari Kediri mendendangkan “Melati Biru” dan juga peserta dari Surabaya menyuarakan “Bertemu Kembali”.

GP Plus sendiri termasuk unik untuk ukuran band pelestari. Hal ini disebabkan yang menjadi peran seorang Yon Koeswoyo sebagai lead vocal adalah pemain bass, sementara pada sebagian grup posisi ini diisi oleh pemain rhyrym gitar. Sementara itu posisi Yok Koeswoyo sebagai duet vocal suara II diisi oleh pemain melody gitar. Dalam formasi GP Plus tidak ada pemain rhyrym gitar, hal ini mungkin dimaksudkan untuk meng-efektif-kan formasi group. Karena pemain keyboard tidak merangkap sebagai pemain gitar sebagaimana posisi seorang Tonny Koeswoyo. Pemain drum, Purwanto kali itu mencoba mendendangkan lagu karya Murry yaitu “Mari Berjoget” dan “Shakila”. Pada kedua lagu yang berirama pop melayu ini GP Plus harus dibantu oleh seorang pemain ketipung sehingga “nuansa pop dang dutnya” makin terasa.

Ketua JN Surabaya sempat didaulat untuk naik ke panggung guna wawancara singkat seputar komunitas Jiwa Nusantara Surabaya beserta aktivitasnya. Sebelum dialog singkat dimulai, ketua JN Surabaya memberikan kenang-kenangan berupa vcd dokumentasi klip lagu Koes Plus era Tonny Koeswoyo yang diterima oleh Dinda, selaku perwakilan Radio Perkasa. Sebuah lagu Andaikan Kau Datang sempat dibawakan oleh ketua JN Surabaya setelah sekian lama menolak bernyanyi kalau diminta tampil oleh band pelestari di berbagai tempat. Bukan tidak mau karena gengsi, tapi karena ketua fans club belum tentu suaranya bagus ( wah mengelak nih..).

Seusai menikmati hidangan makan siang berupa soto dan es kopyor khas Tulungagung, acara diisi dengan bernyanyi lagu “Kapan-Kapan” bersama seluruh peserta yang hadir. Setelah berfoto bersama kru radio Perkasa dan personel GP Plus, seluruh peserta yang hadir berpamitan undur diri dari lokasi acara.

Acara temu penggemar Koes Plus ini diadakan untuk mengukur seberapa antusias penggemar Koes Plus di wilayah Tulungagung dan sekitarnya. Selain itu juga untuk menjalin persaudaraan di antara sesama penggemar Koes Plus bersama komunitas JN Surabaya. Walaupun termasuk sederhana namun acara yang difasilitasi oleh Radio Perkasa ini mampu membawa kesan di hati, terutama bagi peserta yang hadir jauh dari luar kota. Mudah-mudahan keakraban yang terbina tidak hanya terjadi hanya sesaat namun dapat kekal dan abadi. Semoga Radio Perkasa yang menjadi penghubung penggemar Koes Plus di kota Tulungagung dan sekitarnya tetap dapat menjadi salah satu media pelestarian karya anak bangsa, terutama karya besar group legendaries Koes Bersaudara dan Koes Plus. Seperti ungkapan sebuah lagu Koes Plus, Sederhana Bersamamu.

Demikian yang dapat kami laporkan sebagai pandangan mata temu penggemar Koes Plus bersama Radio Perkasa FM 96,8 di kota Tulungagung. Mohon maaf bila ada kata dan tulisan yang kurang berkenan.

Okky T. Rahardjo ( Ketua JN Surabaya, 085645705091 )


Rabu, 20 Juli 2011

Resensi No Koes : Top Hits Koeswoyo Sr.



Sebuah langkah tak terduga dilakukan oleh Nomo Koeswoyo, melalui grup musik binaannya yaitu No Koes muncullah sebuah album yang berisi karya-karya populer ayah tercinta yaitu Koeswoyo. Sebuah album yang diberi titel : Top Hits of Koeswoyo Sr. Bila melihat materi lagunya, maka tampak sekali adanya "konfrontatif" dengan Koes Plus yang lebih dulu mempopulerkan karya Koeswoyo, yang diberi tambahan kata Senior di belakang nama.

Bila kita melihat isi lagu-lagu pada album ini maka ingatan kita akan langsung menerawang pada lagu-lagu yang sudah dibawakan oleh Koes Plus. Betapa tidak, dari 9 lagu yang disajikan hanya ada 4 lagu yang merupakan lagu baru karya No Koes. Lagu-lagu tersebut yaitu : Lagu Lama, Tari Lenso, Datang Rindu dan Cinta Suci. Nah yang menjadi sensasi adalah kelima lagu yang lain yaitu : Muda Mudi, Layang Layang, Penyanyi Tua, Bimbang Ragu dan Mari-Mari.

Usaha No Koes untuk menyaingi kesuksesan Koes Plus saat itu tampak sekali dengan menampilkan duet Sofyan dan Said sebagai vokal selain "sang boss", yaitu Nomo Koeswoyo yang tetap mendapatkan jatah vokal utama. Motivasi lain seorang Nomo menampilkan lagu-lagu karya Koeswoyo ini karena dia merasa kalau ayahnya bisa memberikan lagu untuk saudara-saudaranya yang tergabung dalam Koes Plus, maka dia juga berhak mendapatkan jatah lagu yang sama. Jadilah lima lagu tersebut direkam dalam album No Koes. Bahkan konon, Nomo Koeswoyo berani membayar lebih besar dari Koes Plus untuk lagu-lagu karya Koeswoyo itu.  

Tapi yang hebatnya dalam album ini kita tidak akan mendapatkan kesan bahwa No Koes merupakan penjiplak Koes Plus, karena lagu-lagu tersebut direkam dengan aransemen musik yang berbeda dari saat direkam oleh Koes Plus. Jeniusnya seorang Pompy sebagai penata musik membuat kita akan merasa bahwa No Koes memang bukan sekedar tandingan dalam kancah musik Indonesia saat itu. Langkah yang kreatif, inovatif bahkan sedikit nakal mampu membuat No Koes menjadi sebuah grup yang tidak mudah diremehkan dalam blantika musik Indonesia saat itu.

Saat ini album kaset No Koes edisi Top Hits of Koeswoyo Sr. ini sudah termasuk ke dalam "species langka" album musik Indonesia. Tapi keberadaannya mampu membuktikan betapa perkasanya dinasti Koeswoyo dalam membawa pengaruh ke dalam musik Indonesia. Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Maju terus musik Indonesia...( Okky T. rahardjo, Ketua JN Surabaya-085645705091 )


Jumat, 20 Mei 2011

Dokumentasi "Lagu Lan Pitutur Bersama John Koeswoyo "


Pada tanggal 1 Mei 2011 yang lalu, kami Jiwa Nusantara Surabaya mengadakan sebuah even bersejarah, yang bahkan konon merupakan untuk pertama kalinya di Indonesia. Even itu berupa talk show mengupas seputar keberadaan Koes Bersaudara. Yang menjadikan unikdan bersejarah karena kami menghadirkan langsung tokoh di balikberdirinya Koes Bersaudara yang juga personelformasipertama. Beliau adalah John Koeswoyo. Menurut beberapa teman penggemar Koes Plus, belum pernah ada even yang menghadirkan personel tapi khusus untuk bercerita.

Apa yang kami lakukan sebenarnya memenuhi amanat John Koeswoyo supaya ditampilkan di masa tua beliau. Tujuan beliau ingin ditampilkan tak lain adalah supaya masyarakat umum ingat bahwa beliau adalah pendiri Koes Bersaudara. Dengan segala keterbatasan, karena waktu yang sangat singkat. Kami diberi mandat pada 13 Maret 2011 lalu kami menyelenggarakan even tersebut pada 1 Mei 2011, sementara beliau harus sudah kembali ke Jakarta pada tanggal 5 Mei2011. Walau bagaimana pun kami berusaha menyelenggarakan acara ini karena melihat penting sekali dari segi sejarah untuk pelestarian karya Koes Bersaudara.

Berbagai kisah diungkap oleh John Koeswoyo. Mau tahu tentang misteri "Sowa-Sawu"yang sering ditanyakan oleh Tonny pada kakaknya, John Koeswoyo? Kisah logis tentang inspirasi terciptanya lagu Bis Sekolah juga diungkapkan disini. John juga jujur mengenai sumber dana untukmembeli alat-alat musik bagi Tonny dan adik-adiknya waktu itu. Sudah tahu tentang kisah dari lagu Sayur Asem serta Haru Dan Bahagia ? Sudahkah anda mengetahui lagu karya John Koeswoyo yang ternyata ada di album Koes Bersaudara dan Koes Plus ?

Berbagai komunitas penggemar yang hadir juga banyak mengajukan pertanyaan pada John Koeswoyo. Pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman yang hadir waktu itu mewakili kita semua sebagai penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus. Pertanyaan yang "kelas ringan" maupun "kelas berat" hadir di acara ini. Kalau anda merasa belumtahu banyak tentang Koes Bersaudara, vcd dokumentasi ini akan mampu membawa kita mengenal mereka. Kalau anda merasa sebagai seorang yang sudah " tahu banyak" tentang Koes Bersaudara, maka vcd ini akan mampu melengkapi pengetahuan anda tersebut. Semua kita akan dibawa mengenal Koes Bersaudara dan Tonny Koeswoyo secara pribadi dan terbuka melalui kejujuran seorang John Koeswoyo.

Mungkin secara teknis anda akan menilai acara ini banyak kekurangan. Terlalu banyak yang bisa dinilai disini. Sound sistem yang kurang maksimal, acara yang apa adanya saja, properti yang terkesan kurang istimewa, lokasiyang terlalu sempit,atau beberapa dialog terkesan bertele-tele, naif dan seadanya namun kami berusaha memfasilitasi kerinduan penggemar Koes Bersaudara & Koes Plus pada sosok yang mereka kagumi ini.

Dokumentasi vcd ini kami kemas sedemikian rupa menjadi 2 seri dengan harga Rp. 50.000,00 ( untuk 2 seri). Sebagian hasil penjualan akan kami berikan sebagai kontribusi pada John Koeswoyo. Karena dengan cara ini kami dapat membantu beliau di masa tua yang tidakmendapatkan jaminan pensiun. Beliau mengungkapkan ingin tampil sekaligus pamitan, maka kami berusaha memenuhi harapan beliau walaupun sumber daya kami sangat terbatas. Namun ternyata dukungan beberapa komunitas penggemar yang ada di Jawa Timur serta dari Jiwa Nusantara Pusat mampu membangkitkan semangat kami untuk tidak mundur menyelenggarakan even yang penuh sejarah dan makna ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mempersembahkan vcd dokumentasi " Lagu Lan Pitutur Bersama John Koeswoyo" sebagai setitik air di antara lautan pelestarian karya Koes Bersaudara & KoesPlus. Keterbatasan yang ada mohon diterima sebagai sebuah karya manusia yang memang tiada pernah sempurna.

Bila berminat bisa hubungi : Okky T.Rahardjo ( Ketua JN Surabaya--085645705091 )


Selasa, 03 Mei 2011

Liputan Lagu Lan Pitutur Bersama John Koeswoyo

Minggu, 1 Mei 2011 satu per satu penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus mulai berdatangan di salah satu ruko yang terdapat di kawasan kota udang, Sidoarjo. Hari itu Jiwa Nusantara Surabaya mengadakan even yang bersejarah karena untuk pertama kalinya akan diadakan talk show yang mengupas Koes Bersaudara dari sisi salah seorang personel. Saat itu JN Surabaya menghadirkan John Koeswoyo sebagai narasumber utama. Perlu diketahui, beliau memang bukan termasuk personel inti, namun kita tidak bisa melupakan begitu saja bahwa beliau pernah menjadi “ the man behind Koes Bersaudara “ yang sangat penting.

Penggemar Koes Plus saat itu hadir dari beberapa kota antara lain Surabaya, Sidoarjo, Madiun, Tuban, Mojokerto, Solo dan Yogyakarta. Menempati lokasi di double’d music course and studio yang beralamat di Pondok Mutiara K2-C Sidoarjo, acara yang akan dimulai pkl. 10.00 ini sempat tertunda sekitar 1,5 jam karena kendala teknis. Namur hal itu ternyata tidak menyurutkan niat penggemar Koes Plus untuk silaturahmi dengan sesama rekan yang lama tidak berjumpa bahkan dengan John Koeswoyo yang telah lama seakan “hilang dari peredaran”.

Pembawa acara menyampaikan permohonan maaf karena terlambat memulai acara, sehingga harus tertunda beberapa saat. Sebelum memulai rangkaian acara, ketua JN Surabaya memulai dengan mengajak peserta untuk menundukkan kepala bersama guna berdoa untuk kelancaran acara. Selanjutnya, salah seorang pengurus JN Pusat bidang musikalitas yaitu Edy Kuncoro didaulat untuk memberikan kata-kata sambutan mewakili komunitas Jiwa Nusantara.

Acara dibuka dengan penampilan The Bottles yang membuka dengan lagu karya John Koeswoyo yaitu “Kembang Enceng-Enceng” seakan menyiram dahaga penonton yang telah lama menantikan dimulainya acara. Berikutnya Awan Putih, Bis Sekolah dan Surabaya dilantunkan oleh The Bottles yang diikuti komentar oleh John Koeswoyo tentang lagu tersebut. Menariknya, beberapa komentar tentang lagu-lagu tersebut sebagian besar merupakan kisah yang selama ini belum diungkapkan secara umum.

Setelah penampilan The Bottles, ketua JN Surabaya yang sekaligus menjadi pemandu acara memanggil John Koeswoyo maju ke depan untuk memulai tlak show sesi pertama. Dengan didahului penyampaian profil singkat John Koeswoyo, sesi pertama mengenai " John Koeswoyo selaku pendiri Koes Bersaudara " dimulai. Pemandu diskusi memancing pertanyaan pembuka dengan menanyakan mengapa saat itu memiliki ide untuk mendirikan grup musik bukan yang lainnya. John Koeswoyo dengan lugas bercerita bahwa adik-adiknya saat itu sudah tidak karuan, sering keluyuran pulang malam dan berkelahi dengan orang lain. Sekolah mereka pun berantakan. Karena itu supaya ada kegiatan yang lebih terarah dan bisa menghasilkan uang, maka beliau menyarankan kepada Tonny Koeswoyo untuk mendirikan grup musik. Tapi syaratnya, yang main musik harus saudara-saudaranya sendiri tidak boleh memasukkan pemain lain. Tonny Koeswoyo yang memang sangat menggemari musik, akhirnya setuju dan berdirilah Koes Bersaudara yang untuk biaya pembelian alat-alat musik difasilitasi oleh John Koeswoyo selaku kakak tertua.

Setelah menyampaikan jawaban atas pertanyaan pertama, mulai mengalir berbagai pertanyaan dari beberapa peserta yang hadir. Semua pertanyaan dijawab dengan gamblang dan tepat sasaran. Bahkan beliau bercerita seakan kejadian yang dialami masih baru saja terjadi, padahal itu sudah sekitar lima puluh tahun yang lalu, tapi John Koeswoyo mampu mengingat semua kejadian dengan runtut dan jelas. Bahkan dengan sabar, beliau mampu menggiring peserta diskusi untuk mengenang kembali masa-masa manis mendirikan sebuah grup musik yang namanya abadi hingga kini.

Setelah lebih dari setengah jam melakukan tanya jawab, pemandu acara memberi kesempatan untuk istirahat kepada John Koeswoyo. Kesempatan ini diisi oleh beliau untuk memperbaiki gigi yang sempat lepas. Panggung utama pun diisi oleh penampilan band pelestari yaitu Beat Plus yang dipimpin oleh Sutaryono. Mengawali dengan karya John Koeswoyo yaitu Haru Dan Bahagia, Beat Plus mampu membius penonton kembali pada suasana nostalgia. Vokal Sutaryono yang tipis sangat cocok untuk mewakili vokal Yon Koeswoyo. John Koeswoyo pun sempat menguak kisah bahwa beliau sebenarnya pencipta lagu ini beserta segala peristiwa yang mengikutinya. Setelah membawakan lagu Muda Mudi, Beat Plus mendaulat drg. Winaryo selaku pemilik studio musik untuk bernyanyi bersama. Pada kesempatan ini mereka membawakan sebuah lagu baru yang musiknya berasal dari karya John Koeswoyo, yang liriknya digubah oleh drg. Winaryo dan arransemen akhir oleh Beat Plus.

Setelah makan siang dan kuis dengan pertanyaan seputar John Koeswoyo, sesi kedua dimulai. Kali ini mengenai " Mengenang Tonny Koeswoyo ". Sesi ini merupakan diskusi seputar Tonny Koeswoyo melalui sisi seorang kakak kandungnya. Pemandu acara memulai diskusi dengan memperlihatkan sebuah foto Tonny Koeswoyo memainkan gitar yang dijawab oleh John bahwa itu adalah gitar pertama yang dia belikan untuk adik kesayangannya. Tonny sangat senang sekali ketika memainkan gitar tersebut. Sehingga setiap hari tiada pernah berhenti memainkan alat musik berdawai tersebut. Sesi ini kembali dimanfaatkan oleh para penggemar untuk menggali seputar Tonny Koeswoyo untuk mendapatkan informasi yang akurat dari orang terdekatnya ini.

Diskusi berakhir dengan penampilan JINUSS yang dipimpin oleh Budi Santosa, penggemar Koes Plus yang sempat menerbitkan sebuah buku "Terlalu Indah Dilupakan". Sebagaimana band sebelumnya, JINUSS membuka dengan membawakan lagu karya John Koeswoyo yaitu Cinta Mulia. John mengatakan bahwa lagu ini musiknya dibuat oleh Yok, dia yang mengisi lirik syair lagunya. Lebih istimewa karena John Koeswoyo juga ikut menyanyikan langsung lagu yang berirama dangdut ini. Berikutnya Oh Kasihan, Bunga Di Tepi Jalan dan Kau Datang Lagi menjadi pilihan yang dibawakan oleh JINUSS siang itu.

Sebelum acara berakhir, ketua JN Surabaya memberikan kenang-kenangan bagi donatur dan John Koeswoyo selaku narasumber utama. John tampak terharu ketika mendapatkan sebuah kenangan berupa foto dirinya duduk berdampingan dengan adik tercinta, Tonny Koeswoyo. Acara diakhiri dengan seluruh peserta berdiri bersama menyanyikan " Selamat Tinggal" diiringi oleh JINUSS band. Suasana terasa makin haru saat John juga ikut berdiri melambaikan tangan. Lagu ini merupakan tanda usai acara sekaligus John Koeswoyo pamit kepada seluruh penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus, sesuai dengan maksud acara ini diadakan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, laporan singkat pertemuan penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus bersama John Koeswoyo. Sengaja kami tidak menampilkan secara lengkap segala pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman yang hadir beserta segala jawaban dari John Koeswoyo karena sebagian menyangkut hal pribadi yang tidak layak ditulis di sini. Selain itu, kami berniat mengedarkan hasil dokumentasi ini yang sebagian hasil penjualan digunakan untuk sedikit membantu kebutuhan bpk. John Koeswoyo dalam mengisi hari tua beliau. Sebagaimana amanat beliau, dalam usia yang sepuh ini beliau ingin ditampilkan supaya orang ingat bahwa beliau adalah pendiri Koes Bersaudara selain itu juga supaya bisa dibantu secara finansial karena beliau dalam masa tua ini tidak memiliki penghasilan. Oleh karena itu dengan segala keterbatasan yang ada, kami mengadakan acara ini dan mudah-mudahan dapat diterima oleh penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus dengan baik.

Kami sadar, acara ini bukan untuk kami mencari keuntungan komersil tapi di balik semua ini akan ada value yang tidak ternilai harganya. Sebuah memora bilia dari seorang yang ikut melahirkan sebuah grup musik populer di negara Indonesia tercinta. Sebuah lagu baru dinyanyikan John Koeswoyo menjadi penanda bahwa beliau adalah seorang seniman yang peka akan kondisi negara dan bangsa ini.

Adapun dokumentasi yang akan kami edarkan berupa vcd yang masih kami proses dan akan kami kabarkan bila segala sesuatu sudah tersedia dengan baik. Terima kasih tak terhingga kepada berbagai pihak terkait yang mendukung pelaksanaan acara ini :

1. Segenap donatur

2. Ketua dan jajaran pengurus Jiwa Nusantara Pusat atas doa restunya

3. Seluruh band pelestari pendukung ( The Bottles, Beat Plus, JINUSS )

4. Drg. Winaryo dan double' d course music and studio

5. Practica sound sistem

6. Herdon profesional videography

7. Seluruh perwakilan komunitas penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus yang hadir ( KPFS Solo, JKPC Jogjakarta, FKPR Tuban, JN Mojokerto, Komunitas Koes Plus Kota Madiun )

8. Serta seluruh peserta dan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.


keterangan gambar :

1. John Koeswoyo saat membuka diskusi

2. The Bottles saat membuka penampilan

3. John Koeswoyo saat menjawab pertanyaan peserta diskusi

4. Drg. Winaryo menyanyikan lagu baru karya John Koeswoyo diiringi Beat Plus

5. Salah seorang utusan JKPC Jogja saat diskusi dengan John Koeswoyo

6. JINUSS band tampil sebagai band penutup














Rabu, 13 April 2011

Reuni Koes Bersaudara, Kisah Yang Tak Terlupakan


Senin, 11 April 2001. tepat pkl. 21.00, pembawa acara menyampaikan bahwa saat itu giliran Koes Plus yang akan tampil di hadapan pengunjung THR Sriwedari. Diiringi sambutan tepuk tangan yang meriah, seluruh personel Koes Plus Pembaruan hadir. Yon Koeswoyo, Danang, Soni dan Seno tampak siap habis-habisan menghibur penggemar yang sudah berkumpul sejak dua jam sebelumnya.

Yon Koeswoyo memulai dengan memberikan pengantar yang mengungkapkan kegembiraan dan keterkejutannya malam itu. Bisa dikatakan bahwa malam itu sangat istimewa bagi beliau, karena kakak dan adiknya yaitu Nomo dan Yok Koeswoyo juga ikut hadir memeriahkan acara. Yon berkata pada penonton “ semua harus ikut bernyanyi dan bergembira…kalau menyanyi semua berarti lagunya yang gampang saja, tadi kakak saya nyanyi lagu baru jadi susah ditiruin…kalau nyanyi yang sudah dikenal nyanyi kabeh…”.

Setelah cek sejenak segala perlengkapan suara dan peralatan musik, mulailah Koes Plus menampilkan lagu pembuka “ Manis Dan Sayang”. Tembang berikutnya dilanjutkan dengan menggebr lagu-lagu jawa yaitu “ E-O-E “ dan “ Yo Ben”. Setelah itu Yon sempat menawarkan request pada penonton, tapi banyak yang minta lagu yang aneh-aneh Yon berusaha menengahi dengan membawakan “Layang-Layang” supaya mudah diikuti.

Uniknya, setelah lagu Layang-Layang sebenarnya pembawa acara sempat memotong untuk jeda sejenak, tapi Yon minta tambahan satu lagu lagi yaitu Nusantara medley.

Barisan depan penonton sempat berteriak minta dibawakan lagu “Kembali”. Tapi Yon mengatakan kalau nanti lagu itu akan dibawakan bertiga jadi disimpan dulu. Setelah menggelar empat lagu berturut-turut, Yon mengatakan pada penonton kalau Yok Koeswoyo akan mengisi panggung untuk bernyanyi bersama-sama.

Yok Koeswoyo mengawali dengan menyapa penonton “ kepethuk maneh…mau ijenan saiki karo mas ku…”. Selanjutnya Yon menawarkan “ dik Yok, lagu iki taun 60an, gelem ora…” yang dijawab “ aku melu wae…”. Selanjutnya meluncurlah lagu “ Bis Sekolah” yang fenomenal. Usai lagu pertama, Yon sempat mengatakan “lagu berikutnya Pelangi…” tapi ditolak oleh Yok “ bengi-bengi ga ono Pelangi…”. Yon kembali berujar “ anda akan terkejut dengan lagu ini…”. Meluncurlah Pagi Yang Indah dari duet legendaris itu.

Setelah dua lagu dibawakan dengan baik, Yon berkata “ jangan turun dulu..nyanyi lagi…sing penting rukun, nyanyi ora nyanyi pokoe rukun…”. Dibalas oleh Yok “ kumpul ora kumpul pokoe mangan….”. Tak lama, meluncurlah Oh Kau Tahu sebagai tembang berikutnya. Memang kedua musisi legendaries ini benar-benar mampu mengobati kerinduan penggemar. Mereka berdua tampil sangat santai dan penuh canda. Membuat suasana malam itu makin terasa akrab. Yok mengakhiri penampilan dengan “ wis yo… mengko tampil maneh…”.

Panggung terus berlanjut dengan dihiasi lagu-lagu dari Koes Plus yang sudah tidak asing di kalangan penggemar. Yon menyuarakan “ Tangis Di Hatiku, Kemari, jangan Memaksakan Diri, Rahasia Hatiku, Andaikan Kau Datang dan Untukmu”. Yon beberapa kali berdiskusi dengan penonton sebelum menyanyikan lagu. Sempat juga saat akan menyanyikan Kisah Sedih Di Hari Minggu, penonton menawarkan lagu lain jadi lagu tersebut urung dibawakan.

Saat malam makin panas, Yon Koeswoyo memanggil Nomo dan Yok Koeswoyo untuk bernyanyi di atas panggung. Tapi sebelum mereka bertiga tampil, pembawa acara mendaulat Bens Leo seorang pengamat musik yang hadir untuk memberikan sambutan. Bens Leo tampil dengan didampingi beberapa pengurus KPFS Solo.

Bens Leo dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa walikota Solo tidak dapat hadir karena sedang sakit. Sekaligus juga beliau menyampaikan bahwa mudah-mudahan dalam waktu dekat album baru Koes Bersaudara segera dirilis.

Yon, Nomo dan Yok selanjutnya melantunkan lagu Kembali dengan suasana yang akrab dan penuh nostalgia. Terasa mengharukan sekali dan pengunjung yang hadir seakan menjadi saksi sejarah peristiwa yang langka itu. Berikutnya Tul jaenak dinyanyikan oleh Yok Koeswoyo. Usai lagu itu, Yok berkata “ wis yo… kowe ngono insane panggung, ora nyambut gawe. Tapi sing liyane sesok ngantor. Mengko telat, sing disalahno awake dewe…”. Tapi Yon tetap melanjutkan dengan menyanyikan Til Kontal Kantil. Duet manis Yon dan Yok kembali ditampilkan lewat lagu Rindu ( Dam Da Ra Ra Ram ) dan Dara Manisku.

Setelah Yok turun dari panggung, kembali lagu-lagu Koes Plus mengalun tanpa henti dibawakan oleh Yon Koeswoyo. Secara bertubi-tubi meluncurlah Tiba-Tiba Ku Menangis, Rata-Rata, Why Do You Love Me, Kr. Pertemuan, Tua Muda dan Oh Kasihan.

Senandung malam itu diakhiri dengan lagu Kapan-Kapan yang dibawakan oleh trio legendaris Koes Bersaudara. Sesaat setelah tembang terakhir, penonton seakan tak percaya bahwa acara telah usai. Semua terharu dengan adanya pertemuan tiga legendaries musik Indonesia itu.

Pengunjung yang memadati THR Sriwedari Solo malam itu benar-benar luar biasa antusias. Sekitar tujuh ribu penggemar Koes Bersaudara dan Koes Plus hadir memadati lokasi acara yang terletak di jantung kota bengawan itu. Bukan hanya warga sekitar tapi juga berbagai perwakilan fans club hadir saat itu. Selain Solo, juga hadir antara lain dari Yogyakarta, Semarang, Tuban, Malang, Jakarta, Cimahi, Klaten, Surabaya bahkan Medan. Malam itu menjadi ajang pertemuan yang menyatukan berbagai penggemar yang lama tidak berjumpa.

Demikian yang dapat kami laporkan. Mohon maaf kami tidak sempat menyampaikan laporan saat penampilan Yok dan Nomo secara tersendiri, karena saat itu tim JN Surabaya masih dalam perjalanan menuju lokasi.


( Okky T. Rahardjo, ketua JN Surabaya—085645705091 )