Minggu, 09 Agustus 2015

Tes UKD Calistung Kelas 4 SD




           Mulai hari Senin, 10 Agustus 2015 ini siswa SD kelas 4 sekota Surabaya mengikuti sebuah tes yang bernama Uji Kemampuan Dasar Baca Tulis Hitung (UKD Calistung). Tes yang menguji kemampuan dasar siswa ini berlangsung selama dua hari hingga hari Selasa, 11 Agustus 2015. Adapun jadwal hari pertama yaitu tes dengan kategori Membaca  yang dilanjutkan dengan Menulis. Sementara pada hari terakhir tes dengan nama Berhitung.

            Sejak 2011 Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengadakan UKD Calistung ini dengan sasaran siswa lulusan kelas 3 tahun ajaran lalu atau lebih tepatnya siswa kelas 4 tahun ajaran yang saat ini. Mulanya tes ini diadakan secara nasional namun pada tahun kedua tes ini tidak lagi digelar oleh pusat. Mengingat pentingnya tes ini untuk menguji kemampuan siswa, maka Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengagendakan kegiatan ini secara tahunan di awal tahun pelajaran baru.

            Tujuan dari UKD Calistung ini yaitu untuk mengevaluasi tingkat pemahaman siswa yang diterima dari sejak kelas 1 hingga kelas 3. Sementara untuk menguji kemampuan siswa pada periode berikutnya diadakan pada ujian akhir saat kelas 6. Sebagai catatan, saat siswa memasuki kelas 4 pun masih banyak yang mengalami kesulitan memahami kemampuan dasar. Masih banyak yang sulit untuk memahami sebuah bacaan. Masih ada juga yang tidak menguasai menjawab pertanyaan secara tulisan. Bahkan masih ada juga yang tergagap untuk menghitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

            Terlepas dari kekurangan yang ada pada tes UKD Calistung ini kita berharap yang terbaik terjadi pada dunia pendidikan Indonesia. Mudah-mudahan hasil Calistung mampu membawa manfaat yang baik untuk kelanjutan pendidikan siswa-siswi selanjutnya. Kemampuan dasar siswa yang dimiliki diharapkan bisa memperbaiki kekurangan yang dimiliki dan meningkatkan kelebihan yang dipunyai siswa.  Jayalah selalu pendidikan Indonesia !

( Okky T. Rahardjo, 085645705091, 518CC94A )

            

Rabu, 05 Agustus 2015

No Koes Memeriahkan Sertijab Pangdam V/Brawijaya




           Malam itu langit kota Surabaya tampak cerah tanpa sekali pun mendung menggantung. Satu per satu mobil memasuki pelataran parkir  Balai Kartika Surabaya yang berada di kawasan Makodam V/ Brawijaya. Kawasan militer yang biasanya lengang dan tak tersentuh umum, kali itu tampak cair dan luwes menerima tamu dari kalangan umum.

            Hari itu Senin, 3 Agustus 2015 di gedung Balai Prajurit yang seringkali disebut dengan Balai Kartika diadakan acara lepas sambut Pangdam V/Brawijaya.  Mayjen TNI Eko Wiratmoko, S.Sos selaku Pangdam V/Brawijaya yang lama harus melepaskan jabatan yang dialihkan pada Mayjen TNI Sumardi. Sementara Mayjen Eko sendiri dipromosikan naik bintang tiga menjadi sekretaris Menko Polhukam. Sebenarnya pergantian Pangdam sendiri sudah resmi terhitung pada 25 Juli 2015, namun senin malam itu digelar ramah tamah pisah kenal pejabat lama dan baru.

            Acara lepas sambut ini diawali dengan seremoni semi formal yang berisi beberapa sambutan dari pejabat yang hadir. Soekarwo selaku Gubernur Jawa Timur tampak hadir menyampaikan kata-kata kesan bagi Pangdam lama serta pesan bagi pejabat yang baru. Mayjen Sumardi yang merupakan pejabat militer kelahiran Boyolali ini sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer. Berpindahnya beliau ke bumi Jawa Timur ini seperti tugas pulang kampung, mengingat pada tahun 2010 beliau pernah menunaikan tugas di Mojokerto. Sekitar seribu undangan hadir memenuhi gedung yang terletak di jl. R. Wijaya Surabaya ini.

            Setelah berbagai sesi formal diselesaikan tibalah acara hiburan mengisi rangkaian acara malam itu. Pengatur acara pun mulai berganti pula. Dari pembawa acara protokoler Kodam V/Brawijaya selanjutnya tugas diemban oleh Topan seorang komedian ibu kota yang kini mengadu nasib di Kota Surabaya. Panggung diisi oleh home band Master dari Surabaya yang mengiringi beberapa artis lokal dan pengisi acara non band. Beberapa lagu nostalgia baik Indonesia maupun barat didendangkan oleh pengisi acara yang berupaya menampilkan sajian terbaik dan berkesan bagi pejabat tinggi yang sudah harus berpindah tugas saat itu.

            Selain artis lokal Surabaya dari tim Master Band, beberapa staf Kodam V/Brawijaya juga ikut berpartisipasi menyumbangkan suara. Tampak beberapa istri pejabat militer ikut mendendangkan lagu untuk memeriahkan acara gembira malam itu. Sekitar pkl. 20.00, sesuai round down yang telah diatur, giliran No Koes  yang mengisi panggung hiburan. Band pimpinan Nomo Koeswoyo ini memang sengaja dihadirkan untuk menjadi tamu istimewa bagi Mayjen Eko yang memang penggemar lagu-lagu Koes Bersaudara.

            Topan selaku host mencoba menggali sedikit informasi seputar aktivitas Nomo Koeswoyo sembari personel lain mempersiapkan alat musik masing-masing. Nomo sendiri bersama rombongan sudah mulai ada di Jawa Timur sejak hari Minggu yang diawali dengan mampir di Tuban lalu dilanjutkan singgah di Gresik. Konon berikutnya No Koes akan hadir di Kota Malang dalam acara Halal Bi Halal atas undangan KPK Arema.

            No Koes generasi baru hadir dengan formasi lengkap yaitu Nugroho (Rhytm-Lead Guitar), Yudi (Keyboard), Yanto (Bass) dan Pithut Balance selaku drumer merangkap manajer No Koes. Mereka ini yang sekitar dua tahun terakhir solid mengiringi Nomo Koeswoyo ke mana pun beliau memperoleh undangan tampil bernyanyi. Setelah alat musik sudah disetting dan dipersiapkan dengan baik, meluncurlah Andaikan kau Datang dari vokal tegas Nomo Koeswoyo. Mengingat lagu ini sudah cukup dikenal maka banyak undangan yang meresponi untuk menyanyikan lagu legendaris ini.

            Nomo pun mencoba mencairkan suasana dengan turun dari panggung dan menyodorkan mik pada istri Pangdam yang baru menjabat. Nyonya Sumardi yang duduk bersebelahan dengan Ibu Nina Soekarwo, istri Gubernur Jawa Timur ternyata juga fasih menyanyikan lagu karya Tonny Koeswoyo ini. Tepuk tangan pun membahana ketika lagu pertama usai dibawakan oleh seniman legendaris yang kini bermukim di Magelang ini.

            Tanpa basa-basi, Nomo segera mendendangkan lagu kedua. Secara mengejutkan lagu yang ditampilkan oleh Nomo ini ternyata adalah Bersama Lagi karya Murry yang tak lain merupakan besan dari Nomo Koeswoyo. No Koes mampu menerjemahkan dengan baik aransemen musik ini sehingga tidak melenceng jauh dari aslinya, sementara Nomo sendiri membawakan dengan improvisasi dengan gaya khasnya.

            Usai tembang ketiga, Nomo memanaskan suasana dengan membawakan lagu jawa karyanya yaitu Piweling. Lagu yang mengingatkan para pemimpin untuk tidak melupakan amanah pada rakyat yang dipimpinnya ini dibawakan Nomo secara enerjik. Lagu ketiga ini sekaligus menutup penampilan No Koes pada malam itu. Nomo pun mengucapkan selamat menempuh tugas yang baru bagi mantan Pangdam serta Pangdam yang baru menjabat di bumi Jawa Timur.

            Panggung hiburan selanjutnya berganti peran dengan Master band yang siap mengiringi  penampil berikutnya. Yopie Latul malam itu tampil berimprovisasi membawakan lagu Cintaku yang pernah dipopulerkan oleh almarhum Chrisye. Sementara Dewi Yull juga ikut memeriahkan acara dengan menyumbangkan suara emasnya. Dewi Yull pada saat itu sekaligus menyampaikan bahwa dia sudah membina rumah tangga kembali dengan bersuamikan seorang pria yang berasal dari Surabaya.

            Kehadiran Nomo yang sekalipun singkat namun mampu membawa kesan yang mendalam bagi siapa pun yang menyaksikan, mengingat sangat jarang sekali Nomo beserta No Koes hadir di Surabaya untuk menghibur penggemarnya. Namun sedikit catatan, sebaiknya No Koes menampilkan lagu-lagu Koes Bersaudara atau No Koes era lama yang sudah populer dalam penampilan yang memang singkat karena padatnya durasi acara yang tersedia. Hal ini diperlukan supaya tamu undangan tidak terasa asing dengan penampilan Nomo Koeswoyo yang memang sudah ditunggu-tunggu itu.

            Demikian reportase singkat yang kami sampaikan mengenai penampilan No Koes, mohon maaf atas setiap rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan. Terima kasih atas perhatiannya. Jayalah selalu musik Indonesia.

( Okky T. Rahardjo, penggemar No Koes Dari Surabaya, 085645705091, 518CC94A )




            

Minggu, 02 Agustus 2015

Edisi Jaga Kampung (3) : Tugas Jaga Di Hari Idul Fitri




         Idul Fitri tahun 2015 ini disepakati oleh pemerintah diperingati pada hari Jumat, 17 April 2015. Semua warga komplek yang Muslim dan masih bertahan di perumahan, sepagi itu berbondong-bondong menuju Masjid yang terletak di Blok M. Saya yang pagi ini harus berjaga lagi, hampir saja bangun kesiangan. Bagaimana tidak kesiangan, saya baru tidur sekitar pkl. 04.00 usai jaga bersama Pak Sul semalam.

            Jadwal jaga sudah diatur sedemikian rupa. Kami bertiga kebagian tugas masing-masing sebanyak tujuh kali. Mengingat jumlah personel hanya bertiga maka mau tak mau ada yang berjaga dobel pada siang dan malam harinya. Dalam jadwal pagi ini pun saya harus berjaga lagi, walaupun semalam sudah begadang sampai dini hari. Mungkin yang kali ini jadwal toleransi karena setiap waktunya Salat Idul Fitri saya yang kebagian tugas jaga. Tidak apa, semua demi keamanan dan kenyamanan bersama.

            Saya parkir sepeda motor di perempatan tikungan sambil mengawasi komplek perumahan khususnya RT 17 yang sedang ditinggal warganya untuk sembahyang. Tidak terlalu banyak warga yang sembahyang di sini dibandingkan tahun lalu. Hal ini mengingat sudah banyak warga yang memilih beribadah di kampung halaman masing-masing. Setelah suasana makin sepi saya pun berkeliling ke seluruh wilayah yang menjadi lingkup komplek RT 17 RW 06 ini. Bagaimana pun juga segala situasi dan kondisi harus diantisipasi dengan baik.

            Di sebuah rumah yang terletak di ujung pertigaan di bawah pohon tampak seorang remaja duduk di atas sepeda motornya. Saya mendekati remaja tersebut sambil bertanya “Kamu anak mana...?”. Saya mengajukan pertanyaan tersebut karena saya tidak mengenali dia sebagai warga lingkungan kami. Dia pun menjawab “Saya tinggal di Blok X-10....”. Saat itu terlihat tangannya memainkan sebuah telepon pintar berwarna putih. Saya pun bertanya lagi dengan agak jengkel “Kamu ngapain di sini...?”. Remaja pria ini pun kembali menjawab “Main game, pak...”. Tak pakai lama segera saya menyuruh dia pergi “Kalau sudah tidak ada keperluan, segera pulang saja...Saya bertugas keamanan di sini. Kamu bisa saya curigai kalau terjadi sesuatu...”. Segera anak muda ini pun segera meninggalkan lokasi. Bagaimana tidak curiga, rumahnya jauh di blok X, sementara dia duduk tidak jelas di lingkungan blok F.

            Salat Ied pun usai. Warga sudah kembali ke rumah masing-masing dengan wajah yang tersenyum riang. Beberapa ada yang sudah mulai menghampiri tetangga satu dengan lainnya untuk saling berjabat mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri. Sementara beberapa lagi memilih untuk berganti baju terlebih dulu sambil menyiapkan hidangan untuk tamu yang akan berkunjung. Di balik tetangga yang bergembira merayakan hari raya, ada juga Bu Sam yang bersedih karena harus berlebaran sendirian. Suaminya masih dalam posisi pelayaran di Dumai, sementara kakak sulungnya yang menjadi jujukan tiap lebaran sudah meninggal dunia bulan April yang lalu.

            Secara keseluruhan kondisi dalam wilayah RT 17 sampai hari itu aman terkendali. Hanya saja masih ada saja anak dari kampung lain yang iseng bin sengaja putar-putar masuk blok demi blok dengan tujuan yang tidak jelas. Sebagaimana siang itu saya menjumpai seorang anak yang mengendarai motor sambil merokok masuk ke wilayah blok kami. Padahal sudah jelas beberapa akses jalan ditutup dengan kayu penghalang, tapi dia masih mencoba mengelilingi gang demi gang. Mungkin mencoba melihat situasi komplek yang sepi dan lengang. Biasanya anak yang seperti ini bukan warga perumahan, namun warga luar yang sengaja melihat situasi perumahan yang ditinggal mudik oleh sebagian penghuninya. Kalau sudah begini tidak ada cara lain selain memintanya untuk keluar dan meninggalkan wilayah komplek kami.

            Pagi sekitar jam 07.30, saat warga sudah selesai menjalankan ibadah Idul Fitri saya melihat Bu Edy yang tinggal di depan rumah beranjak pergi dengan menyewa sebuah taksi biru berlambang burung. Bu Edy rupanya bersiap menuju bandara Juanda bersama seorang adik iparnya. Mereka akan menuju Belitung untuk berlibur, menyusul Pak Edy yang sudah terlebih dulu berangkat beberapa hari sebelumnya. Beberapa tetangga pun sudah menyampaikan pesan untuk berhati-hati dalam perjalanan. Keluarga Pak Sukari yang ada di sebelah Bu Edy pun saat itu juga bersiap menuju Kota Gresik untuk berlebaran di sana. Bu Sum bersama ketiga anaknya juga hendak berangkat ke Pasuruan. Komplit sepi komplek kami di hari pertama Idul Fitri.

            Siang hari, saya berjumpa dengan Isa, petugas RW yang membawa map absensi petugas jaga. Dia rupanya berkeliling mencari petugas jaga di RT 17, sementara RT lain sudah ditanda tangan. Saya sengaja kalau siang tidak ngepos, lebih baik kalau keliling. Kalau siang terasa panas jadi agak malas kalau dibuat ngepos. Hari sudah makin terik, saya memutuskan untuk pulang dan beristirahat karena situasi sudah cukup aman. Namun sedikit terkejut ketika di depan rumah berhenti sebuah taksi dengan nama pengelola koperasi dari Bandara Juanda.

            Saat saya amati ternyata Bu Edy dan adiknya turun dari taksi berwarna biru itu. Segera saya bertanya pada adik iparnya yang dijawab “Bandaranya ditutup....”. Segera saya ingat berita di televisi semalam yang menyatakan bahwa beberapa Bandara di Jawa Timur terpaksa ditutup karena terimbas abu Gunung Raung di Banyuangi. Bandara yang terpaksa tutup yaitu di Malang, Jember dan terutama Bandara Juanda Surabaya. Mungkin Bu Edy ini termasuk yang memilih opsi untuk refund sehingga pulang kembali ke rumah.

            Ternyata, di sela waktu liburan ini ada yang gembira, sedih juga ada yang kecewa karena batal mewujudkan liburan yang sudah direncanakan. Kalau sudah begini ya mau bagaimana lagi, namanya juga kondisi alam yang serba tidak menentu...

( Okky T. Rahardjo, 085645705091, 518CC94A )