Senin, 28 Juni 2010

Hubungan Usman Bersaudara dan Tonny Koeswoyo

         Usman Bersaudara yang terdiri atas personel Usman, Said, Sofyan dan Mamo merupakan grup musik asal Surabaya yang eksis di belantika musik tanah air pada pertengahan periode 1970an. Sekitar tahun 1976, mereka mengeluarkan album pertama yang berjudul Omong Kosong. Dalam album ini ada banyak lagu yang menjadi hits, antara lain Kasih Mama, Omong Kosong, Mandolin 2, Wulandari dan I Love You. Sebagian besar personel Usman Bersaudara ini adalah mantan personel No Koes jilid I yang juga sudah melahirkan banyak hits bersama Nomo Koeswoyo, sang pemimpin grup yang dulu sering disebut sebagai pesaing Koes Plus itu.

       Kali ini kami tidak banyak membahas mengenai Usman Bersaudara secara tersendiri, namun sebagai penggemar Koes Plus kita akan melihat bagaimana hubungan grup ini dengan Koes Plus. Selain sama-sama berasal dari Jawa Timur, bahkan Murry dan Usman Bersaudara sama-sama lahir di kota Surabaya, ternyata ada hubungan pribadi yang terjalin walaupun tidak secara langsung. 

       Usman sebagai saudara kandung tertua, secara pribadi sangat mengagumi Tonny Koeswoyo. Dalam beberapa lagu bisa kita lihat betapa Usman Bersaudara secara tidak langsung seakan berkiblat pada Koes Bersaudara dan Koes Plus. Ada kisah menarik seputar kekaguman terhadap Tonny Koeswoyo ini. Dalam beberapa kali penampilan diantaranya di Taman Ria Monas, Usman mencoba membawakan sebuah lagu karya Tonny. Doa Ibu menjadi pilihan lagu yang selalu dibawakan. Lagu yang direkam dalam album Koes Bersaudara era 1960an ini seakan menjadi lagu pilihan yang dibawakan di panggung selain karya mereka sendiri. Bahkan saking hormatnya pada Tonny Koeswoyo, sebelum membawakan lagu ini, Usman sampai harus memohon ijin pada penonton untuk membawakan lagu karya Tonny Koeswoyo ini. 

       Kekaguman pada Tonny Koeswoyo tidak hanya sebatas membawakan lagu karya pemimpin Koes Plus tersebut, namun bila kita lihat harmonisasi vokal Usman Bersaudara seakan mengingatkan kita pada duet abadi Yon dan Yok Koeswoyo. Tidak hanya berhenti di situ, bila kita mengingat Usman Bersaudara tentu pasti identik dengan sebuah karya yang berjudul Kasih Mama. Lagu yang ditujukan untuk ibu mereka ini menurut ceritanya, ternyata terinspirasi oleh lagu Doa Ibu. Hanya saja yang membuat lagu adalah Sofyan, pemain drum sekaligus lead vocal di Usman Bersaudara. 

      Konon ketika setiap membawakan lagu Kasih Mama, mereka berempat selalu mengalami rasa haru yang luar biasa. Setiap kali Said usai berteriak “ Mama….” Di bagian akhir lagu, mereka sering kali spontan terisak menangis di panggung. Bahkan Sofyan, penggebuk drum beberapa kali sampai terasa lemas saat duduk di kursi belakang drum. Hal ini membuat roadies show mereka sampai harus menopang Sofyan supaya tidak sampai terjatuh. 

       Doa Ibu seakan memiliki kesan tersendiri buat mereka. Pada sekitar tahun 1981 saat ulang tahun ibu mereka yang ke-62, di rumah Sofyan tempat berkumpulnya keluarga besar mereka di daerah Ciledug. Mereka mengadakan perayaan ulang tahun ibunda tercinta dengan menyanyikan lagu Doa Ibu ini dengan penuh penghayatan. Hingga usai lagu itu dibawakan, mereka tidak dapat menahan tangis terhadap orang tua yang membesarkan mereka secara single parent itu. Ayah mereka sudah lama meninggal di Surabaya sebelum sempat menyaksikan kesuksesan keempat bersaudara ini. Ibunda tercinta ini pun sudah meninggalkan dunia pada tahun 2001 yang lalu.

      Kekaguman pada Tonny Koeswoyo tidak hanya berhenti sebatas pada karya lagu, namun penghormatan secara pribadi juga dilakukan oleh Usman Bersaudara. Ketika Tonny Koeswoyo menderita penyakit kanker usus dan harus dirawat di RS Setia Mitra, Usman Bersaudara sempat membezuk sang maestro musik Pop Indonesia ini. Saat itu, beberapa wartawan sempat ingin menjenguk untuk menanyakan kabar terakhir perkembangan kesehatan Tonny Koeswoyo, namun tidak diijinkan untuk masuk oleh Yok Koeswoyo. Namun ketika personel Usman Bersaudara ini hadir, Yok memberikan ijin khusus untuk bisa melihat kondisi terakhir senior mereka itu. Hingga pada saat Tonny Koeswoyo meninggal dunia, Usman Bersaudara masih menyempatkan diri untuk melayat di rumah keluarga besar Koeswoyo.

      Tidak ada rasa iri, dendam maupun persaingan dari Usman Bersaudara terhadap Tonny Koeswoyo dan Koes Plus. Yang ada hanya rasa hormat yang tinggi dan mulia. Bahkan mereka seakan memposisikan diri sebagai adik yang harus banyak belajar dari kakak senior mereka di dunia musik pop Indonesia. 

     Demikian yang dapat kami sampaikan dari sedikit kisah hubungan antara Usman Bersaudara dan Tonny Koeswoyo. Mohon maaf bila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan. Terima kasih. 

( Okky T. Rahardjo, Ketua JN Surabaya- 085645705091 )


Rabu, 23 Juni 2010

Bedah Album Bersama Lagi

      Juni 1978 terdapat satu momen yang tak akan bisa dilupakan begitu saja oleh penggemar Koes Plus di tanah air ini. Orang boleh tidak ingat akan waktunya, tapi kita tak mungkin lupa dengan hasil yang terdapat pada kurun waktu itu. Pada bulan keenam sekitar tiga puluh dua tahun lalu itu Koes Plus menerbitkan sebuah album yang bersejarah yaitu, Bersama Lagi. 
      Bersama Lagi merupakan sebuah album yang menggambarkan kembalinya Koes Plus ke blantika musik Indonesia. Setelah kurang lebih setahun grup ini melahirkan reinkarnasi Koes Bersaudara yang juga diikuti munculnya Murrys Group, keempat pemuda asal Jawa Timur ini melebur kembali dalam sebuah band yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. 
      Koes Bersaudara jilid 2 ternyata tidak mampu meraih sukses dalam penampilan panggung maupun penjualan album, oleh karena itu Tonny Koeswoyo pun mencoba merekrut kembali Murry untuk meneruskan perjuangan dalam bendera Koes Plus. Beberapa kali penampilan Koes Bersaudara jilid 2 pun terkesan tidak bisa maksimal dengan keempat personel yang ada. Murry masih didaulat untuk membantu memainkan drum, juga tersebut nama Pompy yang membantu memainkan keyboard. Sehingga posisi di panggung menjadi 6 orang, hal yang tak begitu biasa sebagaimana saat mereka masih dalam formasi Koes Plus.
      Sebagai penanda munculnya Koes Plus jilid 2, Murry yang merupakan ikon Koes Plus diberi kesempatan untuk menyanyikan lagu ciptaannya pada urutan pertama. Bersama Lagi merupakan sebuah lagu yang bernuansa reuni sekaligus menandakan kemunculan Koes Plus dengan ciri khas musik yang baru. Sebagaimana kita ketahui, pengaruh musik The Beatles sangat menonjol sekali pada intro lagu ini. Selanjutnya pengaruh musik grup asal Inggris ini terus mewarnai pada lagu-lagu lain yang ada di album ini termasuk juga pada album berikutnya. Walaupun begitu, tetap khas Koes Plus tidak akan hilang dari karya yang mereka hasilkan.
       Cover album ini didominasi dengan warna merah menjadi latar belakang personel yang berpose dengan begitu gagah. Wajah keempat personel Koes Plus pun terlihat lebih matang dengan usia yang “semakin tinggi”. Beberapa yang bisa dilihat sebagai perbedaan antara lain, Murry yang mulai menunjukkan jambangnya, Yok Koeswoyo yang mulai menampilkan diri dengan sosok berkumis semakin menunjukkan bahwa segmen mereka bukan hanya anak-anak muda lagi, namun kalangan dewasa yang dulu pada masa remaja sempat menyukai lagu-lagu Koes Plus edisi pertama. Logo tulisan Koes Plus pun tetap dipertahankan sesuai aslinya dengan menambah simbol * 78 sebagai penanda munculnya Koes Plus edisi baru.
      Mari kita simak pada deretan lagu yang tersedia di album ini, ciri khas Koes Plus tetap berusaha dipertahankan walaupun kadang-kadang seakan terkesan dipaksakan. Pilih Satu menampilkan Yon Koeswoyo dengan vokalnya yang khas dengan disertai aroma bee gees memberi keindahan tersendiri pada lagu ini. Lagu ini konon lahir dari adanya orang yang mencoba menawarkan beberapa lagu pada Tonny Koeswoyo untuk dinyanyikan oleh Koes Plus. Lagu-lagu yang ditawarkan pun sudah dibuat semirip mungkin dengan Koes Plus. Tapi pada sisi lain, Yon Koeswoyo tidak mau menyanyikan lagu-lagu karya orang lain itu, karena terkesan meniru dan tidak mau yang palsu. 
      Tonny Koeswoyo pun mencoba melahirkan karya yang mengajak orang mengingat pada kebiasaan beliau di beberapa album Koes Plus dahulu. Sebagaimana kita juga tahu, pada beberapa album sebelumnya, Tonny Koeswoyo selalu menghadirkan lagu dengan nuansa garang dan rancak macam Tradisi, Waktu Tjepat Berlalu dan Rata-rata. Kali ini Tonny Koeswoyo menghadirkan Kereta Api Pagi dan Lama Sekali yang mengeksploitasi vokal beliau yang terkesan galak. Kereta Api Pagi yang pengambilan video klipnya dilakukan di salahs atu stasiun di Jakarta pun merupakan sebuah karya yang istimewa. Irama lagu itu dibuat seperti orang yang sedang terburu-buru mengejar kereta api, bahkan sepintas kita serasa dibawa ikut naik kereta api tersebut ketika mendengarkan bagian reffrein dan interlude. Itulah jeniusnya seorang Tonny Koeswoyo.
       Yok Koeswoyo, sebagaimana biasa juga mendapatkan jatah menyanyikan sebuah lagu yang mengisahkan situasi politik yang terjadi di negara yang jauh di sana. Kala itu baru berakhir perang antar negara yang ujung-ujungnya hanya untuk mengeruk keuntungan materi semata. Bukan Koes Plus rasanya kalau tidak muncul dengan karya yang memujua tanah air. Melanjutkan sekuel Nusantara yang sudah ditutup pada volume 14, kali ini tercipta Nusantara 78 yang mengisahkan kekayaan hasil bumi Indonesia dan harus kita jaga. 
       Koes Plus jilid pertama populer dengan lagu Diana, maka pada album ini muncul juga lagu serupa tapi tak sama, yaitu Diana. Pada beberapa kaset produksi baru, lagu ini diberi judul Diana II. Tonny Koeswoyo sepertinya mencoba membuat lanjutan lagu terdahulu, namun terkesan seperti dipaksakan. Mungkin ini mencoba mengambil langkah yang pernah dibuat oleh grup lain macam D’Lloyd yang melahirkan Mengapa Harus Berpisah setelah sukses Mengapa Harus Berjumpa. Panbers pun belakangan membuat sekuel Hidup Terkekang II dan Gereja Tua II. Tapi apa pun motivasinya, karya Koes Plus tetap berkenan di hati kita.
       Berikut merupakan daftar lagu album Bersama Lagi Koes Plus 78 : Bersama Lagi, Pilih Satu, Kereta Api Pagi, Lama Sekali, Nusantara 78, Rahasia Hatiku, Hadapi, Malam Minggu, Diana dan Panggillah Namaku.
       Album ini bahkan menjadi penanda beralihnya Koes Plus ke Purnama sebagai label rekaman mereka. Remaco saat itu sudah mengalami kolaps yang diakibatkan salah perhitungan dalam bisnis. Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai sedikit resensi salah satu album Koes Plus yang juga sudah mulai susah dicari ini. Mohon maaf atas segala rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan di hati penggemar Koes Plus sekalian. Merdeka……!!!!
 ( Okky T. Rahardjo – ketua JN Surabaya, 085645705091 )

Minggu, 13 Juni 2010

Nge-Mall sambil nge-Koes Plus di Giant Surabaya

     Sesaat sebelum The Bottles tampil, belasan anak-anak TK Al-Falah berhenti di depan panggung lokasi Koes Plus-an. Rupanya ada promosi TK dengan menampilkan pawai drum band mini mengelilingi area hypermarket Giant yang terletak di jl. Margorejo-A.Yani Surabaya. Setelah lelah berkeliling arena swalayan, barisan anak-anak TK itu mengakhiri langkah di depan panggung yang sudah dihuni oleh personel The Bottles.

 Minggu, 13 Juni 2010 merupakan jatah yang harus diisi oleh The Bottles, band pelestari Koes Plus asal Surabaya. Mereka sebelumnya mendapatkan instruksi boleh mulai menampilkan lagu-lagu Koes Plus setelah siswa TK mengakhiri parade drum band mininya. Tak mudah memang mengatur anak-anak usia TK, begitu selesai parade mereka berhamburan menuju panggung. Satu per satu dengan hati riang meloncat naik ke panggung yang sudah diisi oleh om-om pemain lagu-lagu Koes Plus. Tak peduli, mungkin itu yang ada di benak mereka. Sebagian lain senang bisa berbelanja, sebagian lain senang bisa berfoto bersama di atas panggung. Bahkan ketika The Bottles mulai mencoba sound alat-alat musik pun mereka masih “tetap setia” menghiasi panggung.
        Tepat pkl. 13.00 WIB The Bottles membuka penampilan dengan tembang Laguku Sendiri. Lagu yang diadopsi dari album The Best of Koes ini seakan menjadi lagu wajib bagi mereka untuk emmbuka acara. Beberapa siswa TK yang masih enggan untuk turun panggung pun ikut menari dan bergerak sesuai irama lagu yang dimainkan oleh The Bottles. Tak cukup dengan sebuah lagu, sebagai rangkaian opening song mereka menyanyikan Bersama Lagi dan Kembali. Setelah itu dengan sedikit bercanda, Dody sebagai lead guitar menyatakan karena banyak anak-anak TK maka mereka akan membawakan sebuah lagu anak-anak Pelangi. Akhirnya Teguh, sang vokalis, menyanyikan Pelangi yang diambil dari volume 7 Koes Plus. 

      Hidup Yang Sepi menjadi pilihan lagu berikutnya untuk menambah akrabnya suasana siang itu. Saat itu suasana perbelanjaan di Giant, yang terletak di ujung kota Surabaya, memang sangat ramai sekali. Setelah siswa TK mundur dari keramaian, massa yang muncul berikutnya adalah warga kota yang memanfaatkan waktu liburan dengan memenuhi kebutuhan yang tertuang dalam isi troly. Selanjutnya Teguh mengajak pengunjung untuk mendengarkan sebuah lagu yang bernuansa keras. Tangis Peri dari album Hard Beat vol. 1 dibawakan dengan raungan melody yang begitu manis dan mengejar nuansa asli musiknya. Walaupun ada beberapa kalimat yang kurang terucap dengan jelas oleh Teguh, namun tidak mengurangi kedahsyatan lagu ini. 
Dody sang komandan grup mencoba mencairkan suasana dengan menyajikan beberapa lagu Jawa untuk dinyanyikan. Akhirnya meluncurlah dari vokal Teguh deretan lagu : Yo Ben, Pring Gading dan Til Kontal Kantil. Agus, sang pemain drum sempat bertukar posisi menjadi vokalis di bagian depan, sementara penabuh drum diisi oleh Mispomo yang merupakan pembina teknis mereka. Agus menyanyikan Jemu dan Bunga Di Tepi Jalan.

      Selanjutnya The Bottles kedatangan bintang tamu yang sering hadir di beberapa pementasan band pelestari. Sutaryono, siang itu menyempatkan diri untuk hadir. Melihat kedatangan vokalis Beat Plus ini, The Bottles mendaulat beliau untuk bernyanyi. Kau Datang lagi merupakan pilihan pertama untuk dibawakan dengan bergaya memainkan gitar yang sebelumnya digunakan oleh Teguh. Selanjutnya Bahagia Dan Derita serta Why Do You Love Me menjadi lagu yang dinyanyikan oleh Sutaryono, yang saat itu hadir dengan nuansa serba hitam. Mulai dari celana, kaos dan kaca mata serba hitam.
       Setelah sempat istirahat sejenak, Sutaryono kembali dipanggil ke panggung. Saat itu ada pengunjung yang request lagu Nuswantoro. Sutaryono kembali mendapatkan kehormatan untuk menyanyikan bait demi bait lagu yang terdapat di album Pop Jawa Koes Bersaudara vol.1 ini. Pada bagian suluk, seperti biasa Teguh mengambil alih menjadi seorang dalang yang mengisahkan subur dan indahnya tinggal di bumi Nusantara tercinta. Tepuk tangan meriah diberikan pada Teguh yang berhasil menjalankan tugas yang dulu dilakukan oleh alm. Doel Kamdi ini.
        Setelah beberapa lagu berlalu, pkl. 14.40 personel The Bottles meminta waktu untuk istirahat sejenak. Nusantara V menjadi lagu terakhir pada sesi pertama ini. Duet antara Teguh dan Dody berhasil emmuaskan pengunjung yang rindu pada karya Koes Plus yang memiliki tema cinta tanah air itu. Pkl.15.05 pentas sesi kedua dimulai dengan tembang Manis Dan Sayang. Berikutnya seorang pengunjung mencoba maju untuk bernyanyi di panggung. Kolam Susu adalah lagu yang mencoba untuk dinyanyikan. Namun di luar dugaan, pengunjung yang satu ini bernyanyi dengan tempo yang sedikit lebih cepat dari biasanya. Sehingga para personel The Bottles pun turut kebingungan menyesuaikan dengan gaya sang penyanyi dadakan ini. 
Puas dengan Kolam Susu, beberapa pengunjung lain masih ingin melihat penampilan “pria bergaya luwes”ini bernyanyi. Bahkan banyak yang meminta untuk bernyanyi lagu dang dut. Pria ini sempat request lagu Tera Jana yang selanjutnya diberi masukan oleh personel The Bottles bahwa ini khusus lagu-lagu Koes Plus. Akhrnya dengan didampingi oleh Juliadi, pengurus JN Surabaya, meluncurlah Bujangan sebagai lagu yang sudah dikenal secara luas. Juliadi sendiri sempat menyanyikan Kembali Ke Jakarta dan Maria. Beberapa lagu berirama dangdut atau yang dikenal dengan istilah pop melayu sempat dihadirkan untuk menambah hangatnya suasana menjelang sore itu. 

     Sebelum mengakhiri acara, Teguh sempat mengatakan akan menyanyikan dua lagu sebagai penutup. Da Silva dipilih sebagai lagu pertama yang rencananya akan diakhiri dengan kapan-Kapan. Namun mendadak muncul secarik kertas request dari seorang pengunjung untuk dibawakan lagu Pagi Yang Indah. Setelah mendendangkan lagu karya Tonny Koeswoyo itu, Kapan-Kapan menjadi lagu pilihan yang sakral untuk selalu dibawakan sebagai penutup pentas yang berlangsung sekali sebulan itu.
       Sedikit yang menjadi catatan adalah patut diberikan rasa salut dan bangga pada band pelestari yantg terdiri dari personel usia muda ini, karena berani terus menggali lagu-lagu Koes Plus di luar yang sudah populer saat ini. Keberanian itu mampu membuat mereka memiliki nilai lebih di hadapan penggemar Koes Plus di kota Surabaya ini.
       Berikut daftar lagu yang dibawakan oleh The Bottles : Sesi I :Laguku Sendiri, Bersama Lagi, Kembali, Pelangi, Hidup Yang Sepi, Tangis Peri, Yo Ben, Pring Gading, Til Kontal Kantil, Jemu, Bunga Di Tepi Jalan, Kau Datang lagi, Bahagia Dan Derita, Nuswantoro, Why Do You Love Me, Aja Nelongso, Jeritan Hati, Layang-Layang, Surabaya, Kelelawar, Tiba-Tiba Ku Menangis, Janjimu, Cintamu Tlah Berlalu, Dara Manisku, Bis Sekolah, Andaikan Kau Datang, Diana, Nusantara V.
     Sesi II : Manis Dan Sayang, Oh Kasihan, Muda Mudi, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Kolam Susu, Bujangan, Kembali Ke Jakarta, Maria, Di Dalam Bui, Selalu, Rindu, Mengapa, Mari Berjoget, Mari-Mari, Da Silva, Pagi Yang Indah, Kapan-Kapan.

Keterangan gambar :

 1. The Bottles feat Sutaryono

 2. Teguh, lead vocal duet dengan Dody (bertopi)

 3. Agus, drummer yang selalu berusaha tampil menirukan permainan drum Murry

 4. Juliadi duet dengan pengunjung

 5. Salah satu sisi lokasi panggung

 6. Anak-anak TK pose dengan latar belakang personel The Bottles


                                              

                                                 





Rabu, 09 Juni 2010

Memory bersama Murry

Kali ini bagian dokumentasi JN Surabaya mencoba menampilkan dokumentasi yang penuh kenangan. 
Berikut kami tampilkan beberapa dokumentasi Murry bersama keluarga dan sahabat kala masih muda...Memang tidak semua menunjukkan pose Murry menghadap kamera namun beberapa gambar di atas tetap membawa nuansa kenangan tersendiri...

Mengingat dokumentasi ini bersifat pribadi jadi kalau mau copy bilang-bilang dulu ya....

Keterangan gambar :

1. Murry bersama sahabat dan kerabatnya ketika berada di salah satu anjungan di Taman Mini Indonesia Indah.

2. Murry bersama sahabat dan saudaranya ketika berada di sebuah bis kota di TMII. Yang sedang pose sambil berdiri di belakang itu ( berkumis ) kakak kandung pak Murry.
3. Dari kiri : Wan ( sahabat p.Murry ), Ibu tiri pak Murry, mbak Riske masa kecil, salah seorang kerabat yang juga ikut mengasuh mbak Riske kala masih kecil.

 4. Pak Murry bersama sahabat dan saudaranya membeli es degan (kelapa muda) sehabis jalan-jalan di TMII Jakarta.




Selasa, 08 Juni 2010

Resensi album Koes Plus Pop Jawa Vol. 3

 Kripik tempe sak sen loro wis regane..srek..esrek..esrek…” Sebaris kalimat awal pada lagu eripik Tempe itu selalu disambut dengan celotehan khas penggemar Koes Plus di Yogyakarta. Sudah sekitar empat tahun ini beberapa lagu tertentu mendapatkan imbuhan yang menarik dan bersifat guyonan termasuk diantaranya Keripik Tempe ini. Bahkan beberapa grup band pelestari dari ibu kota bahkan termasuk Koes Plus sendiri kala tampil selalu harus menyisipkan lagu ini bila ingin mendapatkan sambutan yang meriah dari penonton.
Sebagaimana bulan-bulan sebelumnya, kami meresensi album Koes Plus yang beredar pada bulan Juni. Dalam data kami terdapat album Koes Plus Pop Jawa vol 3. dalam sampul kaset produksi RMC-402 tertulis KOES Jawa vol 3. Album yang covernya menyerupai pop Indonesia vol. 12 ini beredar pada bulan Juni 1975. Album sekuel pop Jawa ini kemunculannya seakan dipaksakan sehingga tidak terlalu sukses dibandingkan dua album pop Jawa sebelumnya. 
Riwayat album ini didahului oleh adanya kontrak antara Remaco dengan Koes Plus untuk membuat album bertemakan pop Jawa. Sebagai langkah awal dibuatlah kontrak untuk album Pop Jawa vol 1 dan 2 secara langsung. Sebagaimana kita ketahui dua album tersebut meledak di pasaran penikmat musik Koes Plus. Seperti biasa, untuk meraih sukses lagi secara komersil Remaco membuat kontrak untuk album Pop Jawa berikutnya. Dalam kontrak tersebut disepakati untuk membuat album pop Jawa vol. 3 dan vol. 4. namun sayang sekali album Pop Jawa vol. 3 kurang begitu mendapatkan sambutan yang layak dari pencinta musik Indonesia dan penggemar Koes Plus saat itu. Hasil penjualan album kurang begitu menggembirakan. Hal itu kelak membuat album pop Jawa berikutnya berubah versi dan irama menjadi Pop Jawa Irama Melayu.
Materi lagu di album ini sebenarnya tidak terlalu banyak berubah dibandingkan kedua album pop Jawa sebelumnya. Tetap ringan dan penuh dengan petuah yang sederhana namun penuh makna, menjadi ciri khas Koes Plus yang tidak akan mudah berubah. Komposisi duet tetap mengandalkan pada Yon dan Tonny Koeswoyo sebagaimana yang terdapat pada album-album sebelumnya. Hanya saja yang menjadi sedikit catatan adalah pada album ini vokal Yon Koeswoyo begitu menonjol menghiasi pada 9 dari 11 lagu yang ditampilkan. Dua lagu lain merupakan karya cipta Yok Koeswoyo yang dinyanyikan sendiri secara solo. Beberapa hal lain yang berbeda yaitu tidak seperti album-album yang sebelumnya dimana masih terdapat jatah Tonny Koeswoyo dan Murry mengekspresikan diri dengan bernyanyi. Bahkan kali ini Yok Koeswoyo mendapatkan jatah menyumbangkan lagu sedikit lebih banyak dari biasanya. 
Melihat dari segi materi lagu pun kita melihat beberapa tampilan unik dari grup musik legendaris ini. Berawal dari sebuah lagu yang mengangkat topik tentang makanan khas Jawa Timur, Koes Plus berusaha menarik simpati masyarakat jawa Timur dengan gaya yang khas. Hampir semua daerah di Jawa Timur ini menjadikan kripik tempe sebagai makanan ringan yang khas, Koes Plus berusaha menghadirkan dengan membumbui nuansa romantisme. 
Beberapa materi lagu lain mengandung nuansa kedaerahan yang semuanya mengerucut pada sebuah budaya bangsa yang memiliki nilai luhur. Sarinah merupakan contoh figur seorang gadis asli Indonesia. Nama ini mengingatkan kita pada sosok yang pernah dimunculkan oleh Ir. Soekarno, presiden RI pertama pada salah satu buku yang ditulisnya kala masa revolusi. Banyak yang mengartikan Sarinah sebagai siapa anti revolusi pasti musnah. Namun Sarinah tetap seorang gadis asli Indonesia sebagaimana yang digambarkan oleh Soekarno. Tidak heran bila saat itu beberapa musisi era orde baru mencoba mengambil sosok Sarinah ini sebagai judul lagu yang menggambarkan seorang gadis lugu nan cantik. Tidak hanya Tonny Koeswoyo pada lagu di album ini, A.Riyanto pun mencoba menghadirkan figure Sarinah pada album keroncong vol.2 milik Favourites Group.
Lagu-lagu lain yang terdapat di album ini sebenarnya tidak terlalu asing bagi telinga masyarakat penikmat musik tradisional. Pada lagu Bido-Bido Dadamu Putih kita akan terasa familiar dengan kata-kata “ning nong ning gung”. Kata-kata itu sudah khas bagi anak-anak desa yang bermain kala siang hari atau pada malam terang bulan purnama. Versi lain istilah “ning nong ning gung” ini kelak terdapat pada album Koes Plus Pop Jawa 1990 dengan judul Pak Bayan. Rambate juga salah satu istilah yang khas di kalangan petani dan warga desa untuk memotivasi supaya rajin bekerja keras. Koes Plus memodifikasi sedemikian rupa supaya dapat diterima oleh kalangan anak-anak muda penggemar musik Indonesia saat itu sehingga tidak terkesan “ndeso” tapi tetap memiliki nilai luhur. 
Petuah luhur jawa dapat kita simak pada lagu Aja Dumeh dan Aja Ngece. Lagu karya Yok Koeswoyo Aja Dumeh mengingatkan kita pada filosofi Jawa yang sering diucapkan oleh presiden RI ke-2 yaitu Soeharto. Filosofi berupa nasehat itu berbunyi “ aja kagetan, aja nggumunan lan aja dumeh”. Yok Koeswoyo mencoba menjelaskan arti aja dumeh dalam kehidupan sehari-hari melalui lagu yang ditulisnya itu. Aja ngece mengingatkan kita pada pentingnya persaudaraan dan menyayangi orang lain yang status ekonominya lebih rendah dari pada kita. Koeswoyo senior, ayah tiga bersaudara di Koes Plus pun turut menyajikan sebuah lagu yang diciptakan olehnya. Seperti biasa pula, khas dengan istilah yang unik, sederhana dan ringan untuk didengarkan. Mbek-Mbe judul lagu itu yang dibawakan oleh Yon Koeswoyo dengan dibantu oleh Tonny Koeswoyo.
Sebelum mengakhiri album ketiga pop Jawa ini Koes Plus kembali menghadirkan makanan khas Jawa Timur sebagai tema lagu. Rujak Cingur merupakan sebuah lagu yang unik dengan menyebutkan jenis-jenis rujak yang menjadi makanan khas Jawa Timur ini. Rujak Cinbgur, Rujak Dondong, Rujak Nanas dan Rujak Wuni dihadirkan sesuai selera beserta pesan yang ingin disampaikan pada lagu tersebut.di sini kita dapat melihat lagi jeniusnya seorang Tonny Koeswoyo dalam meramu apa yang ada di sekitarnya menjadi sebuah petuah yang ringan tanpa harus terkesan menggurui.
Ada dua lagu lain yang juga tidak kalah uniknya untuk disimak. Yon Koeswoyo dalam karya Surate Wanita seakan ingin bercerita bagaimana sikap dia ketika menghadapi seorang penggemar yang berkirim surat kepadanya. Belum pernah berjumpa dan berinteraksi kok malah sudah menyatakan suka dan sayang melaui surat. Sebuah ungkapan yang jujur dan apa adanya, mungkin sulit kita jumpai lagu seperti ini pada era yang serba terbuka seperti saat ini. Kebun Melati juga termasuk lagu yang menurut kami unik, betapa tidak di sini terdapat sebuah parikan (pantun) yang salah ucap tapi sudah telanjur jadi lagu. coba kita simak syair berikut : 
Wis rong taun jare kenal karo kenyo, 
Omahe tengah kebun melati
Ati bingung jare nandang loro bronto,
Tansah kelingan kebun melati
Biasanya sebuah pantun itu pada baris ke-1 dan 2 merupakan sampiran dan baris 3-4 disebut isi atau pesan yang disampaikan. Tapi uniknya, Yok Koeswoyo malah mengulangi kata kebun melati di akhir pantun yang dia ucapkan. Pada bagian lain lagu ini beberapa pantun diucapkan dengan begitu indah dan seimbang, “ bandeng campur uyah kok pindang dadine, seneng opo susah gaweane dewe, dll….” Hanya bagian reffrein tadi yang terasa unik, tapi karena sudah telanjur jadi lagu tetap enak dan nyaman untuk kita dengarkan. 
Album ini ditutup dengan sebuah lagu yang juga tidak kalah unik, Njai Inda Indo. Konon lagu ini merupakan sejenis mantera yang sering diucapkan untuk permainan sejenis jaelangkung yang sering dimainkan kala mereka masih menghabiskan masa kecil di Tuban. Tonny Koeswoyo mencoba meramu menjadi sebuah lagu yang enak untuk didengarkan. Bahkan supaya menambah kesan mistis ditambah pula dengan suasana bunyi angin dan genuruh yang besar. Beberapa sumber mengatakan bila bunyi-bunyian itu berasal dari suara kacang hijau yang diayak seperti beras. Hal itu dilakukan karena saat itu belum memungkinkan adanya teknologi sound effeck.
Kesimpulan kami, lagu-lagu di album ini sebenarnya tidak kalah menarik dibandingkan dua album pop Jawa sebelumnya. Memang secara musik masih “kurang rame” dibandingkan pop Jawa vol.2 namun pesan yang ingin disampaikan oleh Koes Plus tidak kalah luhur melalui lagu-lagu yang dinyanyikan. 
Secara keseluruhan, berikut isi lagu-lagu di album Pop Jawa vol. 3 ini : Keripik Tempe, Sarinah, Bido-Bido Dadamu Putih, Aja Dumeh, Rambate, Surate Wanita, kebun Melati, Aja Ngece, Mbek-Mbe, Rujak Cingur, Njai Inda Indo.
Akhir kata, tulisan ini hanya sekedar pengamatan terbatas dari seorang penggemar Koes Plus yang masih “level pemula”. Tetap butuh masukan dan kritik untuk menambah wawasan tentang per-Koes Plus-an. Terima kasih atas segala perhatiannya. Merdeka…!!!
( Okky T. Rahardjo – Ketua JN Surabaya, 085645705091 )  

Sabtu, 05 Juni 2010

Susunan pengurus KMFC - Jiwa Nusantara

Sesuai hasil Munas Koes Music Fans Club Jiwa Nusantara berikut kami sampaikan kembali susunan pengurus secara lengkap. 

Susunan ini berdasarkan Surat Keterangan No : 02/FKMC-JN/III/2010 yang dibuat oleh Badan Pengurus Koes Music Fans Club-Jiwa Nusantara.


I. Dewan Kehormatan :

1) Yok Koeswoyo

2) Nomo Koeswoyo

3) Yon Koeswoyo

4) Murry

II. Dewan Kelembagaan :

Pelindung :

1) Alvin Lie

2) Ais Suhana

Penasehat :

1) Teddy Hendrawan

2) Agus S. Giri

Pembina :

Wasis Susilo ( Malang )

III. Ketua :
1) Ketua Umum : Cecep Rosadi ( Bekasi )

2) Ketua I : M. natsir Noor Effendi ( Semarang )

3) Ketua II : Tato Sulistianto ( Tangerang )

IV. Sekretaris :

1) Sekretaris Umum : Yoes Wasito ( Bogor )

2) Sekretaris I : H. Dandun ( Solo )

3) Sekretaris II : Edy Suparno ( Tuban )

V. Bendahara :

Sugeng ( Bekasi )

VI. Seksi – seksi :

Sie Program Bidang Kerjasama dan Hubungan Kelembagaan :

1) Seno Supono ( Ketua – Bekasi )

2) Sutaryono ( Surabaya )

3) Chacha Pujiono ( Depok )

Sie Program Bidang Pembinaan dan Pengembangan Musikalitas :

1) Ki Sunarno ( Ketua – Yogyakarta )

2) Edy Kuncoro ( Solo )

3) Farid Usman ( Depok )

4) Agus Scudetto ( Cimahi )

5) Eko Guntur ( Jakarta )

Sie Program Bidang Pengembangan Desain Grafis dan Aksesories :

1) Ragil K. Wibowo ( Ketua – Jakarta )

2) Harno Joko Santoso ( Semarang )

3) Yerry ( Depok )

4) Kaswan ( Pondok Gede )

Sie Program Bidang Kominfo dan Publikasi :

1) Okky Tri Rahardjo ( Ketua – Surabaya )

2) Ida Bagus Priyono ( Kudus )

3) Sunu Pribadi ( Solo )

4) Tjung Sun Hin ( Bekasi )

5) Tonsco


Sie Program Bidang Pengembangan Peran Sumber Daya Manusia :

1) Subiharto ( Ketua – Tangerang )

2) Nana Ade Rukmana ( Jakarta )

3) Suryani ( Kudus )

4) Beno BenKlus ( Padalarang )


Sie program Bidang Penelitian dan Pengembangan ( Litbang ) :
1) Adam Tirto ( Ketua – Yogyakarta )

2) SK Sukarto ( Tangerang )

Sie Program Bidang Pengembangan Peran dan Kepedulian Sosial :

1) Bram Manos ( Ketua - Kudus )

2) Bambang Supangat ( Bekasi )

3) Krisin Chan ( Jakarta )

4) Karno Sucondro ( Jakarta )


Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Data- data ini kami susun berdasarkan laporan hasil perhelatan temu anggota dan pertanggung jawaban panitia pelaksana tanggal 27 – 28 Maret 2010.
Atas perhatian nya kami sampaikan terima kasih. Merdeka….!!!

Kamis, 03 Juni 2010

Memungut kisah yang tersisa Koes Plus di Madiun

Beberapa waktu lalu ketika diadakan peresmian JN Surabaya, seorang rekan kolektor dari Yogyakarta menyatakan bahwa saat ini kota Yogyakarta bukan lagi dikenal sebagai kota gudeg tapi sebagai kota Koes Plus. Hal ini merujuk pada terselenggaranya even band pelestari yang hampir tiap hari memainkan lagu-lagu Koes Plus. Boleh saja hal ini dinyatakan, namun ada hal lain yang tidak boleh dilupakan yaitu bahwa setiap kota adalah kota kenangan terhadap Koes Plus. 
Kalau boleh kita jujur mengakui, ke mapaun kita pergi akan selalu menemui kesan terhadap Koes Plus sebagai band yang pernah menghiasi musik Indonesia dengan segala lagu-lagunya yang menarik segala lapisan masyarakat. Di manapun kita singgah, akan menemui penggemar Koes Plus yang dengan bangga berkisah mengenai kejayaan Koes Plus di masa lalu. Bahkan tidak sedikit yang akan menceritakan kesan mereka saat menyaksikan penampilan Koes Plus di era Tonny Koeswoyo.
Setiap penggemar Koes Plus tentu sangat haus dengan berbagai informasi tentang Koes Plus. Ibarat sumur, kita akan terus menggali dan menggali sedalam mungkin untuk mendapatkan sumber mata air informasi itu.
Setiap penggemar Koes Plus tentu sangat haus dengan berbagai informasi tentang Koes Plus. Ibarat sumur, kita akan terus menggali dan menggali sedalam mungkin untuk mendapatkan sumber mata air informasi itu. Hal ini tak terkecuali terdapat juga di kota Madiun. Walaupun tidak sedahsyat di Solo dan Surabaya. Namun kisah yang tercecer mengenai Koes Plus akan sangat layak untuk dipungut sebagai nilai history yang berharga. itu.
Menurut berbagai informasi yang disampaikan oleh penggemar Koes Plus yang menjadi narasumber, aktivitas per-Koes Plus-an di kota ini tidak kalah unik. Memang belum ada komunitas resmi di kota ini namun even yang menampilkan per-Koes Plus-an sudah berlangsung secara rutin sejak lama. Koes Plus sendiri pernah tampil di kota ini. Walaupun catatan yang kami terima ternyata tidak banyak jumlah show Koes Plus, namun sangat terasa unik. Betaap tidak, empat kali Koes Plus show di kota ini namun selalu tampil dengan formasi yang berbeda.
Penampilan pertama pada 1974. saat itu Koes Plus tampil dengan formasi Tonny, Yon, Yok dan Murry. Koes Plus pada masa itu menghibur public Madiun di stadion Wilis, gedung olah raga terbesar di kota Madiun yang terletak di sekitar jl. Mastrip. Tidak terlalu banyak kisah yang bisa disampaikan pada penampilan waktu itu. Hal ini disebabkan penampilan Koes Plus selain memang sudah dinantikan, juga saat itu seakan terjadi persaingan dengan No Koes yang sudah melakukan perjalanan tour keliling ke Jawa Timur dan Jawa Tengah. No Koes memang mencoba meraih perhatian dari publik penikmat musik di dua kawasan ini dengan disponsori oleh sebuah produk jamu yang saat itu populer. 
Pada tahun 1977 kelompok musik dinasti Koeswoyo ini tampil lagi di Madiun. Kali ini dengan formasi Koes Bersaudara. Koes Bersaudara menghibur masyarakat Madiun di lapangan yang merupakan kompleks asrama Angkatan Darat. Warga Madiun menyebut lokasi itu dengan nama Bosbow. Penampilan di Bosbow ini mampu menghadirkan lebih banyak pengunjung karena tempatnya yang dari segi ekonomi relatif murah. Bosbow yang terletak di jl. Diponegoro memang lebih terbuka lokasinya dari pada Wilis, sehingga banyak warga yang menyempatkan diri menyaksikan penampilan band terbesar di tanah air itu.
Personel Koes Bersaudara yang saat itu tampil sedikit mengejutkan. Menurut salah seorang saksi mata, saat itu Koes Bersaudara tampil dengan personel Tonny, Nomo, Yon, Yok, Murry dan Pompy. Nomo Koeswoyo hanya beraksi memainkan drum pada 2-3 lagu saja, selebihnya dimainkan oleh Murry. Hal ini mungkin supaya aksi panggung menjadi semakin baik pada segi drum. Sedangkan Pompy, sebelumnya sebagai keyboardis No Koes , difungsikan untuk memainkan keyboard. Tonny Koeswoyo sendiri beraksi emmainkan melody gitar pada show malam itu. Mengenai tampilnya Pompy, hal ini kemungkinan untuk menyiasati munculnya sound keyboard dan gitar secara bersamaan pada sebuah lagu. Hal yang tidak mungkin dilakukan seorang diri pada suatu live show. Apalagi peran Tonny Koeswoyo sangat penting sekali dalam membawakan suasana acara pada setiap jeda lagu.
Episode penampilan Koes Plus era Tonny Koeswoyo hanya berakhir di tahun itu. Setelah itu tidak pernah lagi terdengar kabar Koes Plus show di Madiun. Sekian waktu lamanya Koes Plus tidak tampil di kota ini. Hanya Surabaya yang masih sering menjadi tujuan Koes Plus bila tampil di Jawa Timur. Pada 1996, untuk mengobati kerinduan penggemar di kota brem ini Koes Plus ditampilkan lagi. Kali ini yang menjadi panitia pelaksana adalah Pondok Pesantren Sabilil Mutaqien yang terletak di Takeran, Magetan. 
Koes Plus ditampilkan di Madiun pada akhir 1996 dengan formasi yang sudah berbeda. Formasi yang hadir adalah Yon K., Murry, Najib dan Hans. Yok Koeswoyo saat itu memutuskan tidak ikut tampil di Madiun sebagaimana ketika di Surabaya saat acara konser musik legendaris pada bulan November. Sebagai pengganti ditampilkan Hans, seorang pemain bass dari B Flat, band pelestari dari Jakarta. Sekilas bila diperhatikan, penampilan Hans mirip sekali dengan Yok Koeswoyo. Wajah berkumis dan bertopi mengingatkan orang pada wajah Yok Koeswoyo di cover album Koes Plus “Tak Usah Kau Sesali” dan “Kasih”. Sedikit berbeda dari biasanya, Koes Plus menambah kekuatan vokal pada dua backing vokal tambahan. Joko dan Yanto kebagian tugas mendampingi Yon Koeswoyo menyanyikan lagu-lagu Koes Plus.
Sedikit kisah yang bisa kami bagikan pada penampilan Koes Plus di tahun 1996 ini, adanya acara mengarak Koes Plus keliling kota Madiun sebelum tampil pada malam harinya. Saat itu menggunakan beberapa mobil jeep Koes Plus diarak melintas jalan-jalan besar dengan dikawal beberapa petugas keamanan yang mengendarai sepeda motor besar. Koes Plus tampil di hotel Merdeka, sebuah hotel legendaris di kota Madiun. Hotel yang terletak di seberang pusat perbelanjaan Sri Ratu ini menjadi saksi sejarah tampilnya Koes Plus kembali di kota itu. 
Yok Koeswoyo tidak hadir pada acara itu membuat suasana show jadi kurang begitu meriah. Sebagaimana diketahui, selepas tidak adanya Tonny Koeswoyo maka yang mengambil peran untuk membawakan acara adalah Yok Koeswoyo. Namun saat itu Yon Koeswoyo yang masih awal-awal tampil tanpa didampingi saudaranya, masih terasa canggung ketika berkomunikasi dengan penonton. Pertunjukan yang berlangsung selama satu jam itu setidaknya mampu membuat penonton yang haus akan lagu-lagu Koes Plus seakan terobati dan terpuaskan. Murry sendiri tidak ikut bernyanyi pada show itu, hanya memainkan drum dengan ketukan khas yang tak pernah hilang sampai kini. 
Koes Plus berikutnya tampil di Madiun pada tahun 2000 dengan formasi yang berganti lagi. Saat itu Koes Plus beranggotakan Yon K., Murry, Jack Kashbie dan Andolin S. penampilan mereka saat itu kembali berlangsung di hotel Merdeka yang terletak di pusat kota Madiun. Tidak ada yang terlalu istimewa pada penampilan kali ini. Karena sebagaimana yang kita ketahui, pada formasi ini lagu-lagu yang ditampilkan banyak yang sudah diaransemen berbeda dari aslinya.
 Sampai saat ini belum ada kabar lagi mengenai penampilan Koes Plus di kota yang membutuhkan waktu tempuh sekitar tiga jam perjalanan dari kota Surabaya ini. Walaupun begitu aktivitas per-Koes Plus-an tidak berhenti begitu saja. Beberapa orang penggemar Koes Plus mencoba menampilkan sosok Koes Plus asli melalui band pelestari. B Flat adalah band pelestari dari Jakarta yang sering diundang secara rutin di kota Madiun. Penampilan band ini seakan memang mewakili keberadaan personel Koes Plus. Bukan hanya dari segi permainan musik dan vokal, wajah beberapa personel pun hamper menyerupai personel Koes Plus masa lalu. 
Arif (keyboard/melody gitar), Arwet S. (rhytym), Hans (bass) dan Eko (drum) merupakan personel B Flat yang setia sejak era 1980an. Bahkan konon keberadaan grup band ini turut diasuh oleh personel Koes Plus yaitu Tonny Koeswoyo dan Murry. B Flat biasa menghibur warga penggemar Koes Plus di madiun dengan tampil di Fire Club (Fire House) yang berlokasi di jl. Cokroaminoto.
Demikian sekilas catatan mengenai aktivitas per-Koes Plus-an di kota Madiun. Walaupun belum ada wadah yang menaungi para penggemar Koes Plus di sana tapi semangat untuk melestarikan karya Koes Plus tidak pernah surut. Bahkan di Caruban, kota kecil yang menjadi bagian dari Karesidenan Madiun sudah memiliki band pelestari yang beberapa kali tampil di Madiun Tv. Mudah-mudahan ke depan akan bisa muncul komunitas penggemar Koes Plus di kota yang terkenal dengan adanya pasar sleko ini.
Sekali lagi, tidak banyak kota Koes Plus. Namun hampir semua kota merupakan kota penuh dengan kenangan Koes Plus. Kita perlu menggali setiap potensi Koes Plus yang terdapat di berbagai kota. Kami sadar tentu masih banyak hal yang kurang dalam informasi yang kami sampaikan, karena itu tetap membhutuhkan banyak masukan terutama dari saksi hidup kejayaan Koes Plus di masa itu. Sangat senang sekali bila ada rekan-rekan dari Madiun yang bisa merespon untuk melengkapi data dan informasi ini.
Atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih. Merdeka………….!!!!

( Okky T. Rahardjo- Ketua Jiwa Nusantara Surabaya, 085645705091 ) 


Keterangan gambar : 

1. Stasiun Madiun pada masa lalu

2. Salah satu sudut Stadion Wilis

3. Area lapangan Bosbow

                                                    4. Fire Club, tempat hiburan di jl. Cokroaminoto


5. Hotel Merdeka, diambil dari arah Plasa Sri Ratu 

6. B Flat band pelestari Koes Plus dari senior