Hari minggu, 9 Maret 2014 cuaca kota Tuban terasa cerah
dan menyenangkan. Matahari pun tak segan menunjukkan keperkasaannya mengiringi
kesibukan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir itu. Setelah semalam
diguyur hujan yang sangat deras, hari itu kota Tuban tampak bergeliat dengan
beragam aktivitas yang tampak di
beberapa penjuru kota. Salah satu diantaranya adalah gerak jalan dalam rangka
sosialisasi pemilihan umum. Konon gerak jalan ini juga diselenggarakan secara
serentak di kota-kota lain yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum setempat.
Tidak hanya kegiatan jalan sehat, ternyata di salah satu
sudut kota ini terdapat sebuah perhelatan yang tak kalah menyita perhatian
masyarakat sekitar. Hari itu yang juga bertepatan dengan Hari Musik Indonesia, SMAN
2 Tuban memiliki gawe besar yaitu perayaan ulang tahun ke-25 perkumpulan
pecinta alam yang diberi nama Midori Silver. Sejumlah pelajar sejak pagi tampak
berlalu lalang menyibukkan diri demi suksesnya acara yang berlangsung di
sekolah yang terletak di jl. Wahidin Sudirohusodo itu. Berbagai acara disiapkan
oleh anak-anak muda dengan berbagai sensasi dan kreativitas yang dimiliki. Di
tepi lapangan terdapat peragaan busana yang diikuti oleh remaja putri dengan
pakaian unik yang penuh dengan kreativitas. Sesuai dengan tema Nusantara Hijau
yang diusung, pakaian yang dikenakan pun mengandung unsur penyelamatan
lingkungan hidup, diantaranya berupa pakaian dengan dominasi warna hijau daun
atau kertas koran yang didaur ulang menjadi sebuah gaun yang unik.
Midori merupakan sebuah nama perkumpulan pecinta alam
yang terdapat di SMAN 2 Tuban. Midori sendiri memiliki arti nama yaitu “Hijau”,
yang diadaptasi dari bahasa Jepang. Dalam memeriahkan ulang tahun ke-25 itu
mereka mengisi dengan beberapa acara yang dikemas secara meriah. Selain
peragaan busana dengan pakaian yang berunsur alam, mereka juga menyiapkan
sarana Wall Climbing bagi yang menyukai tantangan dengan sejumlah hadiah yang
menarik. Tidak hanya itu, sebuah gapura yang baru selesai dibangun sudah
disiapkan untuk diresmikan. Yang tidak kalah menarik, di lapangan tengah
terdapat acara festival band yang diikuti oleh sejumlah sekolah di kalangan
Tuban dan sekitarnya.
Festival band merupakan acara utama yang ditampilkan oleh
siswa-siswi SMAN 2 Tuban, mengingat hari itu mereka akan menampilkan sosok
bintang tamu seorang putra daerah yang sukses dalam perantauannya di ibu kota.
Nomo Koeswoyo adalah sosok yang akan dijadikan ikon penghibur pada puncak acara
festival band tersebut. Sebagai sosok yang dituakan, diteladani dan dihormati
maka Nomo Koeswoyo diberikan kesempatan istimewa untuk membuka acara ulang
tahun Midori itu. Ada dua bentuk pembukaan yang dilakukan oleh Nomo Koeswoyo
pada minggu pagi itu. Yang pertama, secara simbolis beliau membuka dengan
melepas sejumlah balon warna-warni untuk terbang mengangkasa menuju langit
cerah kota Tuban. Berikutnya, beliau didaulat untuk membubuhkan tanda tangan
sebagai tanda telah diresmikannya gapura baru yang berada di area pintu masuk sekolah
tersebut. Dengan hati gembira dan penuh kebanggaan, Nomo berpesan kepada Midori
supaya menjadi bagian dalam penghijauan bagi Indonesia.
Pada festival band yang dimulai pada pkl. 09.00, tampak
sejumlah anak muda antusias menghinggapi tenda yang tertata puluhan kursi
menghadap panggung utama. Anak-anak muda dengan beragam semangat itu tampak
ceria menunggu giliran tampil sambil membawa peralatan musik yang sudah
disiapkan secara pribadi. Satu per satu mereka tampil mengunjukkan kebolehan
dalam mengolah musik. Adapun festival band yang dilaksanakan hari itu
mengharuskan tiap band membawakan masing-masing dua lagu. Lagu wajib yang harus
dinyanyikan adalah lagu Koes Plus serial Nusantara 1 sampai 8 atau Jiwa
Nusantara dengan berbagai kreativitas masing-masing. Sedangkan pada lagu
pilihan, tiap band bebas membawakan lagu Koes Plus atau lagu-lagu lain. Secara
resmi, pagelaran itu diberi tajuk “Festival Band Lagu Nusantara Karya Koes
Plus-Bersaudara”. Tema yang diusung yaitu Nusantara Hijau.
Menggembirakan sekali, bahwa anak-anak muda di kota Tuban
ini mampu mengapresiasi karya besar Koes Plus dengan beragam kreativitas dan
inovasi yang mereka miliki. Lagu sekuel Nusantara yang sudah berumur lebih dari
tiga puluh tahunan mampu dibawakan dengan ekspresi yang menarik khas anak muda
masa kini. Ada yang meramu lagu tentang cinta tanah air tersebut secara jazzy, pop
alternatif, slow rock atau bahkan reggae ala bob marley. Melalui inovasi yang
dilakukan itu, karya abadi Koes Plus mampu dicerna secara baik oleh telinga
anak muda era millennium ini. Secara umum lagu Nusantara yang kebanyakan
dipilih adalah Nusantara 1 disusul berikutnya dengan Nusantara 2, 3, 5 dan 7.
Sedangkan lagu Koes Plus yang menjadi pilihan hanya satu biji yaitu Mobil Tua yang dibawakan oleh band
pertama.
Tim juri pada festival band tersebut terdiri dari tiga
orang yaitu salah seorang perwakilan dari No Koes band, seorang personel Manila
band yang merupakan pelestari Koes Plus dari Tuban dan seorang kolektor Koes
Plus dari kota Surabaya. Saat itu sempat hadir pula Kapolresta Tuban yang
meninjau pelaksanaan acara serta menikmati makan siang bersama Nomo Koeswoyo.
Selepas jeda siang dan istirahat sejenak untuk memberi kesempatan sholat dan
makan siang, festival band melanjutkan penampilan band yang tersisa. Tepat pkl.
14.30, tibalah giliran puncak acara yang ditunggu yaitu penampilan No Koes
band. Maklum saja, setiap band yang jadi pengiring Nomo Koeswoyo selanjutnya
bergelar No Koes. Kali ini yang mendapatkan kehormatan mengiringi sang
legendaris yaitu Joyo Plus dari kota Jogja.
No Koes mencoba menggebrak penampilan pada siang hari itu
dengan menghadirkan Laguku Sendiri
sebagai tembang awal. Selanjutnya sebuah lagu dari pop jawa melayu dipilih
sebagai sajian kedua, yang diikuti meluncurnya Oh Kasihan. Beda kandang, beda pula rumah orang. Ketika Oh kasihan
dibawakan yang biasanya ramai dengan senggakan dan celetukan pada bagian
reffrein, kali ini sepi sepi saja. Mungkin karena memang celetukan “salahe ‘ra
nduwe bojo” belum terlalu dikenal di kalangan penggemar Koes Plus Jawa Timur.
Tidak seperti ketika di Yogya atau Solo yang ketika lagu ini dibawakan,
disambut dengan begitu antusias.
Ketika memasuki penampilan No Koes formasi terbaru ini,
suasana panggung sedikit lebih istimewa dengan kehadiran DJ Hans seorang host
khusus acara Koes Plusan. Host yang diimpor dari Yogyakarta ini memang sengaja
dihadirkan untuk menjembatani penonton yang berasal dari kalangan muda dengan
lagu-lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus yang dibawakan oleh No Koes band.
Berbagai prolog yang dihadirkan sebelum lagu dibawakan, membuat penonton maklum
mengenai keberadaan kisah di balik lagu yang didendangkan.
No Koes band sebagai pelestari memiliki dua keistimewaan,
selain awalnya eksis sebagai band pelestari Koes Bersaudara-Plus mereka juga
piawai mendendangkan lagu-lagu yang direkam oleh No Koes formasi awal dan
berbagai lagu karya Nomo. Tak heran siang itu setelah ketiga lagu di atas,
mereka juga fasih meluncurkan Ayah
(Koes Bersaudara), Keadilan Tuhan
(Pop Melayu No Koes) dan Lagi-Lagi Kamu
(Koes Bersaudara). Maka ketika melantunkan lagu Koes Plus macam Why Do You Love Me pun sudha menjadi
seperti “sego- jangan” bagi mereka.
Sebuah karya lama Nomo yang bertajuk Ballada
Kehidupan pun mereka perkenalkan kepada penonton yang hadir saat itu. Lagu
berirama riang ini memang selama ini jarang sekali diperdengarkan oleh grup
lain yang pernah mengiringi Nomo Koeswoyo. No Koes pimpinan Pithut ini
tampaknya berusaha secara maksimal menghadirkan kembali karya Nomo yang lama,
terutama ketika masih berada di bawah naungan Koes Bersaudara.
Selanjutnya, yang ditunggu pun hadir di atas panggung.
Tepat pada pkl. 15.00, Nomo Koeswoyo dengan busana batik hitam khas beliau
tampil menghibur penonton yang sudah sekian jam menantikan keberadaannya. Andaikan Kau Datang dipilih sebagai lagu
yang pertama dinyanyikannya. Tampaknya ini merupakan pilihan cerdas, mengingat
ketika lagu ini dibawakan, anak-anak muda yang sebelumnya tampak duduk menjauh
dari panggung langsung menyemut mengitari panggung tempat Nomo bernyanyi.
Mereka secara serentak mendendangkan lagu ini seakan sebuah koor massal. Usai
mendendangkan lagu ini, Nomo mengajak seluruh panitia acara tersebut untuk naik
ke atas panggung dan berjoget bersama beliau. Sontak saja, anak-anak mud
adengan kaos hitam lengan panjang dan slayer hijau ini langsung menyerbu
panggung untuk mendendangkan Kolam Susu
secara bersama-sama.
Nomo saat itu tampil dengan memposisikan diri sebagai
kakek yang menghibur cucu-cucunya. Sesekali beliau bertanya “Apakah kalian sayang sama mbah Nomo …”
yang selanjutnya dijawab serentak “Yaaa…..”.
Secara jenaka beliau berkata “ Saiki jogetan maneh nang ngisor yooo…Saya akan
bercerita tentang lingkungan hidup dalam bahasa jawa..” Meluncurlah tembang
yang berjudul Jaman Edan yang diambil
dari album pop jawa rekaman terakhir beliau. Lagu ini dibawakan dengan gaya
joget khas beliau yaitu kedua telapak tangan dimainkan salah satu tertutup dan
satu lagi terbuka di depan perut beliau secara bergantian (susah ya
ngebayangin, hehhee…). Selanjutnya No Koes memenuhi request penonton dengan
menghadirkan Diana. Saat lagu
tersebut dibawakan, Nomo meladeni permintaan foto para penggemar di bawah
panggung.
Juleha pun juga
tidak ketinggalan diluncurkan oleh No Koes, sebuah lagu yang dirilis oleh Nomo
pada tahun 1989. Berikutnya kembali Nomo mendendangkan suara pada lagu Kembali.
Semalam sebelumnya, pada rekan-rekan yang menginap di hotel bersama beliau,
dikisahkan secara jujur bahwa lagu ini sebenarnya karya beliau bukan ciptaan
Tonny Koeswoyo sebagaimana yang tertulis dalam sampul kaset yang pernah
beredar. Namun demikian beliau tidakkeberatan, bagaimana pun juga Tonny
Koeswoyo adalah saudaranya. Selanjutnya panggung diisi oleh pembagian hadiah
kepada para pemenang festival band yang diumumkan oleh seorang juri dari
Surabaya. Berikutnya, Layar Tancap
dipilih sebagai tembang pemuncak yang beliau bawakan secara langsung. Lagu ini
mampu menghipnotis para penonton untuk berjoget bersama mengikuti irama rancak
lagu ini.
Menjelang pkl. 16.00, pentas harus berakhir. Saat itu
Nomo segera melontarkan pada band pengiringnya untuk menyanyikan Kapan-Kapan. Penonton yang hadir pun
paham bahwa lagu ini merupakan penutup dari rangkaian konser hari itu. Semua
merasa dipuaskan dan terobati kerinduannya pada sosok Nomo Koeswoyo yang rela
pulang kampung demi SMAN 2 Tuban yang mengundang.
Sedikit ada insiden yang unik terjadi pada show No Koes
kali ini. ketika DJ Hans selaku host hendak mengucapkan beberapa kalimat
mengomentari pelajar-pelajar yang ikut joget bareng Nomo, di saat bersamaan
pula Nomo pun akan mengucapkan sesuatu. Akhirnya dengan kesal Nomo pun berucap “Kowe arep ngajak gelut, toh…”.
Haiyaaa..siapa yang berani gelut sama mantan preman satu ini, hehehe…Sang host
pun terdiam seribu bahasa. Mengingat posisinya yang berdiri jauh dari panggung
sambil membawa mik wireless, Nomo pun segera berucap “ Kowe la opo ngadoh, wedi yo karo aku…”. Kontan saja pak emsi ini
pun berlari menuju panggung, tak lagi berani membawakan acara dari jauh.
Sedikit catatan pada acara kali ini, seandainya saja
semua acara bisa dikemas dengan rapi sebagaimana jadwal yang tersusun maka
penampilan No Koes tidak molor terlalu lama. Oleh karena jadwal penampilannya
yang mundur, maka sebagian besar peserta acara sudah mulai berangsur
meninggalkan lokasi acara sebelum No Koes naik pentas. Namun secara keseluruhan
acara ini boleh dikatakan lancar dan sukses luar biasa. Lagu karya Koes
Bersaudara-Plus mampu diperkenalkan pada kalangan pelajar secara elegan. Mereka
mampu mengapresiasi dengan baik tanpa bermaksud merusak keberadaan lagu tersebut.
Meskipun sebagian dari kalangan penggemar masih tetap menginginkan lagu Koes
Plus ditampilkan tanpa ada perubahan aransemen,
Salut untuk SMAN 2 Tuban secara umum dan secara khusus
pada bpk. Yohanan Didik Yuwono selaku pembina acara ini dalam rangka usaha
pelestarian karya Koes Bersaudara-Plus pada generasi muda. Mudah-mudahan karya
abadi Koes Bersaudara-Plus tetap dapat lestari pada generasi demi generasi
tanpa mengenal batasan apapun.
Demikian yang dapat kami sajikan mengenai jalannya acara
Festival Band serta penampilan Nomo Koeswoyo di kota Tuban. Mohon maaf atas
setiap rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan. Atas perhatiannya kami
sampaikan terima kasih. Jayalah selalu musik Indonesia !
( Okky T. Rahardjo,
penggemar Koes Bersaudara-Plus dan No Koes dari Surabaya—085645705091 )