Vitara Band Beraksi |
Senin
malam, 23 Juni 2014 pkl. 19.30. Sebuah telepon datang dari Bambang KPM, salah
seorang personel KPM ( Koes Plus Mania )Band.
Saat itu dia memberitahu bahwa KPM band malam itu akan tampil di Hotel Merdeka
Madiun. Ketika saya tanyakan perihal jam mainnya, dia menjawab pkl. 20.30. “Hmmm...kurang
1 jam lagi. Mendadak sekali..” Setelah mengadakan negosiasi dengan orang seisi
rumah, malam itu segera saya mengajukan sepeda motor warna oranye yang saat itu
sedang tidak bertugas.
Kebetulan
saat itu saya sedang berada di Takeran, Magetan. Sebuah desa yang berbatasan
dengan kota Madiun. Sedikit terpincang, saya mengusahakan diri untuk hadir. Mengingat
baru ini saya menyaksikan penampilan KPM band di kota Madiun. Bahkan telepon
dari mas Bambang tersebut seakan spekulasi karena tidak menduga saya berada di
Takeran. Melintasi malam yang beralaskan jalan penuh lubang dan batu yang
seperti menjebak, saya lalui jalanan penghubung antara Takeran-Gorang Gareng
tersebut. Jembatan Madigondo dan Sambi Rejo pun terlampaui sudah. Singkatnya,
saya pun tiba di depan hotel Merdeka Madiun.
Setibanya
di hotel legendaris kota Madiun itu saya ditanya petugas keamanan “hendak
menghadiri pernikahan ya..”. Saya yang tidak tahu bentuk acaranya hanya
mengiyakan sambil berkata kalau saya diminta teman pemain band untuk hadir. Di dinding
depan terpajang sebuah banner berukuran besar dengan tulisan “ Selamat datang
Sigit Budiarto dan Trikus Heryanto, juara dunia bulu tangkis”. Ya ampun, iki
mantenan opo badminton yo....:)
Setelah
berkomunikasi dengan mas Bambang, kami berjumpa di pintu samping hotel Merdeka.
Sekilas kami melihat mobil Walikota Madiun meninggalkan lokasi acara dengan
diiringi mobil jeep pengawalnya. Setelah bincang santai sejenak di ruang tunggu
belakang panggung, pkl. 20.35 tibalah saatnya teman-teman KPM band tampil di
panggung utama Hotel Merdeka. Sebuah hotel yang juga merupakan saksi perjuangan
bagi warga kota Madiun.
Malam
itu pembawa acara memperkenalkan mereka sebagai Vitara band. Memang mas Bambang
pernah berkata kalau mereka mempunyai dua nama. Ketika mereka manggung dengan
nama KPM band, maka mereka akan full membawakan lagu-lagu Koes Plus. Namun ketika
job yang mereka terima adalah mendendangkan lagu-lagu nostalgia umum, baik
barat maupun Indonesia, maka saat itu merk mereka adalah Vitara Band. Bambang selaku
vokalis dan melody gitar didampingi tiga rekan setianya. Sapto malam itu
kebagian memencet tuts keyboard. Kokok bertugas mencabik bass gitar. Sementara di
posisi penggebuk drum diisi oleh Hari. Namun lagu-lagu abadi karya Koes
Bersaudara maupun Koes Plus tetap menjadi landasan bermusik mereka.
Kembali
Ke Jakarta menjadi pilihan pertama untuk dibawakan oleh Vitara band. Secara berkelakar
Bambang mengatakan bahwa lagu ini identik dengan Massachusette milik Bee Gees. Beberapa
tamu yang duduk di barisan depan pun menyetujui pendapat tersebut. Selanjutnya secara
bertubi-tubi meluncurlah lagu-lagu Koes Plus yang dibawakan secara atraktif
oleh Bambang dkk. Bujangan, Kisah Sedih Di Hari Minggu dan Jemu serta Aku
Kembali meluncur dengan lancar dari band pelestari Koes Plus pertama di kota
Surabaya ini. Suasana makin meriah ketika lagu-lagu pop Jawa dinyanyikan secara
medley oleh Vitara band. Tul Jaenak, Ojo Nelongso serta Pring Gading dibawakan
secara duet oleh Bambang bersama Kokok.
Malam
itu Vitara band tampil mengenakan kemeja serta celana serba hitam. Banyaknya jam
terbang dalam menapaki dunia hiburan membuat mereka mampu menguasai panggung
dan matang dalam menghibur tamu-tamu undangan yang hadir. Bahkan ketika ada
yang maju untuk menyumbangkan suaranya pun Vitara dengan sigap memenuhi
permintaan itu. Bermula dari seorang ibu yang mendendangkan Manis dan Sayang
serta Andaikan Kau Datang, berikutnya satu per satu permintaan lagu mulai
bergulir.
Malam
itu suasana hall utama hotel Merdeka tampak dipenuhi oleh tamu undangan yang
menghadiri resepsi pernikahan salah satu tokoh di Madiun. Sang tuan rumah
adalah Slamet Budiarto yang adalah aah dari pebulu tangkis kebanggaan Indonesia,
Sigit Budiarto. Pernikahan ini adalah pernikahan kedua setelah isteri yang
terdahulu meninggal dunia. Oleh karena yang punya gawe adalah seorang yang
cukup pnya nama, maka yang hadir pun orang-orang yang memiliki strata kelas
menengah ke atas.
Duduk
melingkar dalam format round table, para tamu menikmati sajian hiburan sambil
menyantap hidangan malam yang tersedia di sisi kanan panggung. Beberapa pejabat
kota madiun hadir untuk memberikan ucapan selamat bagi penyelenggara acara. Pejabat
kepolisian, para birokrat sampai pengusaha tampak bergembira larut dalam nuansa
nostalgia yang dihadirkan malam itu. Tampak duduk di meja depan panggung salah
seorang seniman kenamaan asal Madiun yang sukses di ibu kota yaitu Harry
Cahyono. Sekedar mengingatkan bahwa beliau ini pernah sukses menulis skenario
film “Langitku Rumahku” dan sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”. Bagi penggemar
Koes Plus, Harry Cahyono dikenang melalui lagu Indahnya Kasih dan Song of
Porong. Bahkan Yon Koeswoyo pernah mendendangkan lagu karya Harry pada debut
album solonya yaitu Lantaran.
Deretan
ucapan selamat berupa karangan bunga yang terpajang di pintu masuk pun
tampaknya menandakan bahwa sang tuan rumah bukan orang sembarangan. Mulai Kapolres
Kota Madiun yaitu Anom Wibowo hingga sekelas menteri Djoko Suyanto pun menyediakan
diri untuk mengirimkan ucapan selamat berbahagia.
Kembali
ke panggung, suasana makin marak dengan berbagai tamu yang menyumbangkan
suaranya di atas panggung untuk diiringi oleh Vitara band. Namun tidak semua
lagu yang dinyanyikan adalah Koes Plus. Setelah ibu berbaju hitam yang
mendendangkan lagu karya Tonny Koeswoyo tadi, yang lain tampaknya memilih
menyanyikan lagu-lagu nostalgia umum. Seorang bapak menyanyikan Kemesraan. Diikuti
pula yang lain mendendangkan Carol, Diana dan lagu-lagu oldies lain.
Suasana
makin malam tapi tanda usai acara pun tak nampak juga. Segera saya beringsut
mengundurkan diri dari lokasi pada pkl. 22.00. mengingat makin malam,
perjalanan pulang maki membahayakan. Maklum saja, walaupun sudah memasuki era
millenium namun kondisi jalan tampaknya tidak mau mengikuti perkembangan jaman.
Tak ubah seperti tahun 1950an. Selain berlubang, juga minim penerangan. Kalau tidak
hati-hati, bisa terjebak ranjau berupa lubang berbatu. Sambil menuntun motor
oranye, sayup saya mendengar “Badai Bulan Desember” didendangkan oleh seorang
pria diiringi oleh Vitara band.
Salut
untuk Vitara band yang mampu menyediakan diri sebagai penghibur yang
profesional bagi siapa pun yang mengundang. Salut juga untuk komitmennya
menjujung tinggi karya besar Koes Plus dalam bentuk apa pun. Terima kasih untuk
undangannya, mudah-mudahan kita bisa berjumpa lagi baik di Surabaya, Madiun
maupun tempat lain. Sukses selalu untuk perjuangan mas Bambang, mas Sapto, mas
Hari dan mas Kokok. Jaga kesehatan selalu ya, mas...
(
Okky T. Rahardjo, penggemar Koes Plus dari Surabaya—085645705091 )