Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 09.00
Udara pagi Kota Madiun masih terasa sejuk dan segar. Hujan
semalam menyisakan kesegaran yang membuat diri ini terasa enggan untuk beranjak
dari kamar tidur, di penginapan sederhana yang kami tinggali sejak sehari
sebelumnya. Memang seharian sampai malam hujan mengguyur bumi Madiun yang
membuat kota pecel ini menjadi lebih dingin dibandingkan hari-hari biasanya. Namun
begitu kami merasa bersyukur karena dapat menikmati suasana lain dibandingkan
keseharian kami yang terasa penat di sela udara Kota Surabaya yang begitu
menyengat dan menguras keringat.
Saat itu kami memang ada di Kota Madiun untuk meliput
jalannya konser bersejarah yang diadakan oleh pengggemar Koes Plus di Kota
Madiun. Kami menyebut sebagai konser bersejarah karena terhitung sangat jarang
dan bahkan langka menyaksikan penampilan Koes Plus di Kota Madiun. Di kota
kecil ini segalanya terasa sulit untuk mengadakan pementasan band ibu kota
termasuk Koes Plus. Berbagai kerumitan kami dengar dari keluhan beberapa orang
panitia sejak hari-hari yang lampau. Mulai perijinan keramaian, pengurusan pajak,
penjualan tiket dan sebagainya. Maklum saja kalau rentang waktu penampilan Koes
Plus terhitung lama di kota ini. Dibandingkan pementasan Koes Plus di Kota Surabaya
yang masih lebih beruntung karena banyak sekali even organizer, maka pihak
penyelenggara di Kota Madiun harus berjuang ekstra keras.
Pagi itu kami berdua selaku tim dokumentasi penampilan
Koes Plus mulai beranjak mencari sarapan untuk pengisi perut sebelum banyak
beraktivitas di sepanjang hari. Mau makan apa lagi di Madiun kalau bukan nasi
pecel. Ya, kuliner khas kota madiun ini memang sangat disayangkan kalau sampai
terlewatkan. Setelah berjalan sekitar lima puluh meter dari hotel Matahari
tempat penginapan kami, sebuah warung nasi pecel di depan stasiun Kota Madiun
menjadi tujuan kami untuk makan pagi. Murah sekali, makan nasi berdua dengan
lauk telur dadar ditambah dua teh hangat dihargai sejumlah lima belas ribu
rupiah. Wah kalau di Surabaya harga segini hanya cukup untuk porsi satu orang.
Usai makan pagi, kami pun kembali ke tempat penginapan. Kalau
penginapan ini bernama Hotel Matahari jangan pernah dibayangkan bahwa tempat
ini seperti hotel yang ada di kota besar seperti Surabaya atau Jakarta. Namanya
saja hotel, tapi levelnya ya losmen. Mungkin bisa disebut hotel kelas melati. Yang
penting kami bisa meneduhkan diri untuk waktu yang singkat ini. Hotel ini pun
juga menjadi tujuan saya ketika dulu menjalin gadis di kota ini. Oleh karena
saya berasal dari Surabaya, maka ketika menemui kekasih hati saya pun harus bermalam
di penginapan. Masih belum boleh tinggal walau semalam di rumahnya, karena
selain belum ada hubungan yang serius juga menjaga etika di antara penduduk
sekitar tempat tinggal sang calon istri. Hmm, jadi bernostalgia nih...
Kemabli ke hotel kami pun segera mempersiapkan diri untuk
berkemas. Mengingat jam 12 siang merupakan waktu check out bagi semua
pengunjung yang bermalam. Sambil berkemas,
kami pun menanyakan pada panitia tentang keberadaan Yon Koeswoyo yang dijawab
masih diantar jalan-jalan sehingga kalau mau menemui disarakan satu jam lagi
saja. Jarum jam masih menunjukkan kisaran pkl. 10.00, menurut kami sekalian
nanti saja check out kami menuju tempat personel Koes Plus tinggal selama di
Kota Madiun.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 12.00
Kami berdua menuju lokasi Sun Hotel. Di sinilah nanti
malam akan berlangsung konser bersejarah. Di tempat ini pula personel Koes Plus
menginap sejak tiba di kota brem ini sehari sebelumnya. Kami melintasi jalanan
protokol Kota Madiun mengendarai kendaraan tipe MMM yaitu Motor Milik Mertua
yang saya gunakan untuk keperluan meliput konser Koes Plus ini. Saat kami tiba
di lokasi parkir hotel yang merupakan bagian dari jaringan komplek Sun City ini
kami berjumpa dengan Tri Cahyono, koordinator KPK Madiun alias Komunitas
Penggemar Koes Plus.
Berdua kami menuju lobby hotel dengan tujuan untuk
menunggu kabar kapan bisa berjumpa personel Koes Plus. Secara kebetulan pula
kami berjumpa dengan Effendy selaku panitia yang terlibat sibuk menyibuk urusan
konser Koes Plus di Madiun ini. Kepada kami Effendy berkata kalau dia masih
repot menyaipkan makan siang untuk Koes Plus. Sedianya akan disiapkan rawon
istimewa di depot langganannya, namun karena depot tersebut tutup maka dia
hanya bisa menyediakan rawon seadanya. Malahan kami melihat dia sudah membawa
sekantong plastik berisi “black soup” yang katanya merupakan pesanan Yon
Koeswoyo itu. Jadilah kami bertiga duduk di lobby yang sudah berhias pohon
angpao, sambil menunggu Yon Koeswoyo bersama personel yang lain menikmati
santap siang.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 13.00
Handphone saya yang berkategori warga keturunan mulai
bergetar. Segera saya baca SMS yang masuk. Rupanya dari panitia yang
mengabarkan “Sekarang di kamar 310...”. Tak perlu banyak tanya kami sudah paham
maksudnya. Segera kami menuju lift untuk mengantarkan kami ke lantai atas yang
tentu saja merupakan kamar tinggal personel Koes Plus. Saat kami bertiga
berjalan menuju lift, sekilas di sebelah kiri kami beberapa orang panitia
sedang duduk di sebuah ruangan besar. Rupanya itu tempat yang kelak akan
dijadikan venue pelaksanaan konser Koes Plus.
Saat kami mengurutkan nomor kamar, kami mendengar suara
riuh rendah orang bercakap-cakap di sebuah kamar yang terbuka pintunya. Segera kami
masuk dan melihat Yon Koeswoyo duduk ditemani dua orang panitia. Sebagaimana sikap
saya ketika beberapa kali sebelumnya jumpa Yon Koeswoyo, maka spontan saya
menyalami dan mencium tangan sang musisi legendaris itu. Cium tangan tanda
penghormatan kepada seseorang yang menjadi sosok yang saya kagumi. Selain sebagai
bakti seorang muda kepada yang lebih senior.
Haru, bahagia dan speech less saat jumpa Yon Koeswoyo
setelah empat tahun tak sempat berjumpa. Terakhir saya berjumpa beliau saat
konser reuni di Kota Malang. Beberapa kali penampilan di Kota Surabaya saya
lewatkan dengan berbagai alasan yang membelakangi. Setelah rekan peliput yaitu
Heri Purwanto dan Tri cahyono ikut berjabat tangan, saya pun mengajukan diri
untuk berfoto bersama beliau. Saat saya berfoto semula mengambil posisi duduk
bersama di ranjang beliau. Namun karena posisinya membelakangi matahari, beliau
memperingatkan Heri Purwanto yang hendak menjepret menggunakan kamera android
milik saya.
“ Sebentar, ini kan menghadap matahari...nanti kurang
bagus...Kita pindah posisi saja. Masa’ tukang foto ga ngerti posisi yang
bagus...”. Lalu kami pun ganti posisi duduk di ranjang seberang yang lebih aman
dari jangkauan sinar matahari. Jadilah sebuah foto berharga berdua bersama Yon
Koeswoyo setelah foto terakhir enam tahun sebelumnya terjadi di Surabaya. Usai mengambil
gambar bersama Yon Koeswoyo, kami pun memohon ijin kepada panitia untuk
mempersiapkan kamera di lokasi konser.
Kami sempat mendapatkan bocoran bisikan dari panitia
bahwa check sound akan dimajukan dari jadwal semula pkl. 15.00 menjadi lebih
awal. Hal ini disebabkan sudah banyak yang mendengar kabar tentang check sound
sehingga akan menimbulkan keramaian. Namun Yon Koeswoyo sempat berkata “Sudah
seperti semula saja, tidak usah diubah-ubah jamnya...”. Kami tidak sempat
mendengarkan perbincangan selanjutnya, kami sudah mohon diri lebih dulu.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 13.30
Kami berdua selaku tim dokumentasi sudah memasuki ruangan
pertunjukan dipandu oleh salah seorang panitia. Kami mengenali pria ini sebagai
panitia karena mengenakan kaos yang sama dengan orang lain yang berlalu lalang
di dalam area Sun Hotel. Kaos yang menjadi dress code yaitu warna hitam dengan
gambar personel diambil dari cover volume 7.
Banner besar terpampang menghiasi panggung dengan titel “Nostalgia
Bersama Koes Plus”. Pada banner berlatar belakang warna merah ini terpampang
gambar besar sosok Yon Koeswoyo memegang gitar. Tidak ada gambar personel lain.
Hal ini rupanya juga berlaku saat Koes Plus mengadakan pementasan di kota lain
seperti di Cilegon beberapa waktu lalu. Entah apa alasannya, padahal beberapa tahun
lalu masih tergambar empat personel Koes Plus formasi baru atau yang sering
kita sebut Koes Plus Pembaruan saat promosi pementasan.
Segera kami berdua mulai berurusan dengan kabel yang
saling menjuntai untuk menghubungkan dengan kamera yang sudah disiapkan. Oya di
mana ketua KPK tadi....Rupanya tertinggal di kamar Yon Koeswoyo karena berjumpa
dengan panitia yang merupakan teman lamanya. Sekalian berbincang dengan Yon
Koeswoyo lebih puas, silakan mas...hehehe. Posisi kamera sudah siap untuk
mengabadikan jalannya konser. Kami pun juga menyiapkan segala sesuatunya
termasuk menyicil gambar untuk dijadikan suasana awal sebelum konser
berlangsung. Termasuk juga pengambilan adegan untuk keperluan opening dan
closing video.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 13.45
Personel dan kru Koes Plus mulai memasuki lokasi untuk
melakukan check sound. Teknisi Koes Plus berjumlah tiga orang yang dikomandani
oleh kru senior yaitu Aam mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Saat itu yang
kami lihat sebagai personel Koes Plus yang bersiap check sound hanya Seno dan
Soni. Sementara Yon Koeswoyo memilih untuk beristirahat supaya lebih prima
untuk penampilan malam harinya. Bagaimana dengan Acil yang menjadi additional
player pada Koes Plus formasi terbaru ini, menurut kabar yang beredar rupanya
saat itu masih belum tiba di Madiun karena baru mengisi acara semalam
sebelumnya bersama B Plus.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 15.30
Hujan mulai mengguyur lagi Kota Madiun. Sejuta perasaan
berkecamuk saat itu. Akankah cuaca menjadi penghalang datangnya penonton
menghadiri konser yang berlangsung di belakang Carefour Madiun ini. Kami tim dokumentasi
hanya bisa duduk di dalam ruangan sambil menantikan segala sesuatunya. Kamera sudah
disiapkan tinggal menunggu “waktu pertempuran” saja. Kami sengaja memilih untuk
menetap di ruangan besar itu supaya tidak repot keluar masuk. Kami tinggal di
lokasi acara bersama tim sound system dan lighting yang sedang menata peralatan
juga.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 18.00
Panitia mulai tampak mempersiapkan diri di dalam lokasi
acara. Pembawa acara pun mulai mengecek mik yang tersedia. Pengisi acara
pembuka yaitu seorang gadis cantik juga mulai menata diri bersama seorang
pemain keyboard. Rupanya acara akan dibuka dengan penampilan elektone lagu-lagu
hits masa kini. Satu per satu penonton mulai memasuki lokasi acara menduduki
kursi sesuai dengan kategori masing-masing. Konser kali ini terbagi menjadi
tiga kategori penonton yaitu Kategori A bagi penonton dengan tiket seharga Rp.
400.000, kategori B untuk kursi dengan biaya Rp.300.000 dan kategori C bagi
mereka yang membeli tiket dengan nominal Rp. 200.000.
Konser kali ini dijaga oleh petugas keamanan yang
berlapis tingkat. Tidak cukup dari pihak kepolisian setempat, namun tampak juga
aparat bertuliskan provost ikut mengamankan jalannya konser Koes Plus malam
ini. Entah apa alasannya, sampai pengamanan begitu kompleks. Mungkin juga
karena akan ada pejabat yang akan menghadiri konser musik grup legendaris ini.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 19.00
Kursi yang dibedakan dengan pita warna emas, biru dan
merah sudah mulai terisi. Tampaknya antusiasme penggemar Koes Plus di Madiun
dan sekitarnya mengalahkan cuaca hujan yang mengiringi malam itu. Walikota Madiun
Bambang Irianto juga tampak hadir duduk di kursi VVIP di barisan terdepan tanpa
ditemani pejabat setingkat lainnya. Penyanyi elektone pun juga sudah mulai
mengisi acara dengan lagu-lagu hits Indonesia masa kini. Pembawa acara juga
mulai menjalankan tugas dengan sesekali improvisasi dengan mengajukan
pertanyaan seputar Koes Plus pada penonton yang merupakan penggemar fanatik. Pertanyaan
mengapa suka Koes Plus hingga direkam tahun berapa lagu Diana dapat dijawab
dengan baik oleh penonton yang sudah merindukan penampilan Koes Plus setelah
hampir lima tahun tidak mengadakan pementasan di kota Madiun ini.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 20.00
Waktu sudah berlalu satu jam dari jadwal acara. Penyanyi elektone
sudah kehabisa stok lagu dan harus segera menyingkir dari panggung. Pembawa acara
sudah mulai terasa menjemukan dalam mengolah kata. Namun Koes Plus yang
ditunggu-tunggu tidak segera tampil. Penonton pun mulai was-was. Terbersit kabar
bahwa pemain keyboard yaitu Acil belum bergabung dengan personel Koes Plus dan
masih dalam perjalanan. MC pun mencoba menenangkan penonton dengan mengatakan
bahwa sang personel sudah memasuki daerah Maospati, yang berarti tidak lama
lagi akan memasuki lokasi acara.
Sabtu, 06 Februari 2016 Pkl. 20.20
Tiba-tiba kru Koes Plus memasuki acara untuk menata
posisi keyboard dan gitar. Heri Purwanto yang sedang duduk karena jenuh
menunggu segera bangkit berdiri setelah saya memberi kode “ayo om, ini pertanda
segera dimulai..”. Benar saja, sekitar sepuluh menit setelah keyboard dan gitar
disiapkan dengan baik masuklah Yon Koeswoyo diikuti oleh ketiga personel lain. Tepuk
tangan dan sorak sorai membahana terdengar memenuhi seisi gedung. Seperti sudah
memahami kerinduan penggemar yang sudah menanti sekian lama, tepat pkl. 20.30 Koes
Plus segera naik ke atas panggung.
Sebagaimana biasa, sebelumj memulai penampilan Koes Plus
mengambil posisi berdiri sejajar untuk memberi hormat pada penonton. Sekitar dua
menit Koes Plus berdiri berjajar memberi kesempatan bagi yang hendak
mengabadikan dalam kamera foto sebelum akhirnya mereka menundukkan kepala tanda hormat dan salam pada
penonton.
Sebagai awal pembuka, Yon Koeswoyo mengajak penonton
untuk menundukkan kepala mengenang dua tahun berpulangnya Murry sang drummer
asli Koes Plus. Yon Koeswoyo sempat berkomentar “Murry itu drummer hebat dan
top...”. Tanpa banyak basa-basi lagi Koes Plus meluncurkan Pelangi sebagai
tembang pembuka. Sontak seisi gedung seperti sebuah koor massal mengikuti Yon
Koeswoyo mendendangkan lagu yang awalnya direkam di Volume 7 ini.
Usai Pelangi, lagu berikut yaitu Why Do You Love Me
dibawakan oleh Koes Plus yang kembali diikuti oleh nyanyian penonton yang
memadati ruangan yang ada di lantai pertama itu. “Saya percaya anda semua pasti
pernah muda...berikutnya, Muda- Mudi” Demikian ujar Yon Koeswoyo menyambut lagu
berikutnya yang akan dibawakannya. Satu per satu lagu dibawakan yang disambut
dengan nyanyian koor penonton yang mulai beranjak dari tempat duduknya.
Pada penampilan Koes Plus kali ini, penonton yang membeli
di kategori A sepertinya “rugi”. Betapa tidak, penonton yang ada di bagian belakang
yaitu kategori C tiba-tiba menyeruak berdiri di sisi kiri dan kanan panggung
untuk ikut berjoget dan bernyanyi bersama mengikuti alunan lagu-lagu Koes Plus
secara bebas. Setiap Yon Koeswoyo akan membawakan sebuah lagu, penonton dengan antusiasnya
ikut menimpali dan menawarkan lagu-lagu pilihan untuk dibawakan oleh sang
idola.
“Pak tani...Pak tani...” teriak seorang penonton atau “Senyumanmu..senyumanmu
sayang...” seorang penonton coba meminta lagu sambil mendendangkan baris lagu
tersebut. Kadang penonton tidak peduli siapa yang menyanyikan asli, pokoknya
diteriakkan dulu judul lagunya seperti Pak Tani atau Pak Guru dan Kolang Kaling
yang notabene merupakan lagu milik Murry. Yon Koeswoyo pun tidak mau kalah
dengan spontanitas penonton. Dia segera menimpali teriakan penonton yang
berdiri di sisi kanan panggung dengan berkata “Anda itu tidak ikut duduk di
situ tapi minta minta lagu...”. Penonton yang ditegur cuma tertawa saja tanpa
harus menyisakan kemarahan karena ditegur sang idola.
Malam itu benar-benar menjadi malamnya Koes Plus. Sebuah konser
yang interaktif dan komunikatif yang jarang sekali ditemui pada penampilan band
atau artis lain. Kalau artis lain biasanya siap tampil dengan lagu yang sudah
disetting, tapi Koes Plus tampil menghibur dengan memenuhi permintaan lagu dari
penonton. Saat Kolam Susu dibawakan, penonton kembali mengikuti setiap baris
demi baris lagu dengan riang dan penuh kegembiraan. Ketika akan membawakan
sebuah lagu, Yon Koeswoyo segera menawarkan Layang-Layang. “Sekarang
Layang-Layang saja, buat apa lagu yang aneh-aneh..” yang disambut acungan
jempol oleh Walikota Madiun yang sedari tadi tampak diam tanpa ekspresi seperti
mencoba mengenali lagu demi lagu yang dibawakan oleh Koes Plus.
Konser ini terasa unik ketika ada beberapa lagu Pop Jawa
yang dibawakan oleh Yon Koeswoyo. Bila pada konser lain hanya sekitar 2 atau 3
lagu, maka pada penampilan kali ini sampai delapan lagu pop Jawa dibawakan oleh
Koes Plus. Bahkan lagu-lagu yang sebelumnya hanya kita dengar melalui kaset pun
saat itu dibawakan dengan baik oleh Yon Koeswoyo memenuhi permintaan penonton. Seperti
ketika akan membawakan lagu dengan judul Koyo Ngene Rasane. Yon Koeswoyo sudah
bersiap untuk menyanyi dan melambaikan tangan untuk membuka lagu tersebut. Namun
yang terjadi, Acil seperti lupa intro pada lagu ini. Setelah beberapa kali
meleset, Yon Koeswoyo mencoba mengajak penonton untuk menirukan intro melalui
senandung mulut “teng teng teng teng teng teng...”. Setelah irama intro spontan
muncul dari mulut penonton, Yon Koeswoyo menimpali “aduh ngene rasane..aduh
ngene rasane...atiku kok koyo ngene..”. Wajar bila lagu ini tidak begitu mulus
meluncur pada awalnya dikarenakan jarang sekali ditampilkan di panggung oleh
Koes Plus.
Soni selanjutnya kebagian tugas menyanyikan Jemu. Hampir usai
Jemu dibawakan, saat itu jarum jam menunjukkan Pkl. 21.55 ketika tiba-tiba
listrik padam, ruangan menjadi gelap dan aktivitas panggung pun berhenti. Panitia
pun panik dan segera mencari penyebabnya. Tak lama sekitar dua menit, ruangan kembali
menyala namun sound system tidak mampu lagi berfungsi seperti semula. Rupanya ada
kesalahan teknis yang tidak bisa diatasi dan diantisipasi. Seorang panitia pun
berinsiatif memberitahukan permasalahan yang terjadi pada Yon Koeswoyo. Setelah
berdiri dan terdiam sekitar lima menit, Yon Koeswoyo pun turun panggung dan
segera menyalami Walikota Madiun. Soni segera menenangkan penonton yang berada
di sisi kanan panggung. Sementara Acil menghampiri penonton di sisi kiri
panggung.
Setelah dikerubung penonton yang mengajak foto bersama,
Yon Koeswoyo pun diamankan oleh petugas keamanan. Konser pun berakhir tidak
tuntas namun tanpa keributan. Semua penonton sepertinya sudah memaklumi kondisi
teknis yang terjadi. Satu per satu pengunjung meninggalkan ruangan lokasi
acara. Tampak juga di lokasi acara personel D’ Plus yang sebelumnya berjoget di
sisi kiri panggung, berfoto bersama Acil sebelum akhirnya meninggalkan ruangan
juga. Secara keseluruhan semua puas dengan konser yang berlangsung. Insiden yang
terjadi tidak mengurangi kepuasan dan rasa hormat terhadap penampilan Koes Plus
malam itu. Sekitar 1,5 jam penampilan Koes Plus sudah lebih dari cukup untuk
memenuhi dahaga penonton terhadap penampilan grup legendaris itu.
Peliputan konser bersejarah pun berakhir juga. Kami selalu
menyebut konser ini sebagai konser bersejarah karena Koes Plus jarang sekali
tampil di Kota Madiun. Dalam sejarah penampilan Koes Plus di Madiun tercatat
pernah tampil tahun 1974 di Stadion Wilis, tahun 1977 saat Koes Bersaudara
jilid 2 di lapangan Bosbow, lalu di Hotel Merdeka masing-masing pada tahun 1996
era Yon Murry Hans dan Najib, tahun 2002 era Yon Murry Jack Andolin dan tahun
2011 saat Koes Bersaudara konser reuni. Lalu yang terbaru penampilan di Sun
Hotel ini. Acara ini pun dapat terdokumentasi dengan baik kerja sama dengan
Herdon Videography yang saat ini sudah tersedia dalam bentuk dvd.
Berikut merupakan lagu yang dibawakan oleh Koes Plus :
Pelangi, Why Do You Love Me, Muda Mudi, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Bujangan,
Andaikan Kau Datang, Kolam Susu, Buat Apa Susah, Cintamu Tlah Berlalu, Bis
Sekolah, Ojo Nelongso, Til Kontal Kantil, Tul Jaenak, Ela Elo, Yo Ben, Omah
Gubuk, Koyo Ngene Rasane, Atiku Gelo, Diana, Derita, Manis Dan sayang, Nusantara
Medley, Hidup Yang Sepi, O La La, Bunga
Di Tepi Jalan, Cinta Buta, Layang Layang, Jemu.
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai penampilan
Koes Plus di Madiun. Mohon maaf atas kekurangan data maupun kalimat dalam penyusunan
tulisan ini. Tetap sehat selalu untuk Yon Koeswoyo dan terus berkarya dalam
mengumandangkan lagu-lagu Koes Plus. Jayalah selalu musik Indonesia ...!!!
( Okky T. Rahardjo,SMS/WA : 085645705091, 5B32CC16A )