Selasa, 18 Januari 2011

Bagi Saya, dia adalah Pahlawan












Tonny Koeswoyo merupakan anugerah bagi musik Indonesia. Bisa dikatakan bahwa gebyarnya dunia musik pop Indonesia saat ini tak terlepas dari peran seorang Tonny Koeswoyo. Seorang pahlawan sering muncul tanpa diduga dan bahkan cenderung ditolak pada awal kemunculannya. Kita ingat ketika pada pertengahan 1965, Tonny Koeswoyo melalui ‘eksperimen musiknya’ yang cenderung melawan arus pada akhirnya harus mendekam dalam penjara selama tiga bulan bersama adik-adiknya. Saat itu seluruh tokoh dan media menghujat Koes Bersaudara pimpinan Tonny Koeswoyo dan seakan menganggap bahwa mereka adalah ‘manusia terkutuk’ di bumi Indonesia. Mengapa demikian, karena berani menentang kebijakan seni yang diterapkan oleh pemerintah saat itu. Walaupun sebenarnya penahanan itu tidak memliki alas an yang kuat. Seorang pahlawan harus rela mengalami penolakan pada awal masa perjuangannya.

Pada era awal terbentuknya Koes Plus, Tonny Koeswoyo berani menjadi inspirasi bagi anak-anak muda pada masa itu. Saat diadakan jambore musik Indonesia, ketika kran kebebasan bereskpresi dalam seni mulai dibuka lebih lebar, Koes Plus berani mengambil sikap untuk tetap berkreasi yang bercita rasa Indonesia. Saat itu beberapa grup musik tampil dengan lagu-lagu karya musisi luar negeri dengan segala atribut dan tingkah yang menghentak-hentak, Tonny Koeswoyuo bersama grup musik yang dipimpinnya mengambil langkah dengan mendendangkan “Manis Dan Sayang”serta “Derita”. Saat itu tepuk tangan bergemuruh yang menandai munculnya idola baru dalam musik Indonesia. Tonny Koeswoyo berani mengambil langkah yang berbeda namun menuai hasil yang luar biasa. Seorang pahlawan harus berani mengambil resiko dalam perjuangan hidupnya.

Pada dekade 1970an, musik Koes Plus meraja lela menghiasi udara musik Indonesia. Bahkan pada tahun 1974 sebuah prestasi dicatat dengan menghasilkan dua puluh dua album dalam kurun waktu satu tahun. Saat itu banyak musisi dan pengamat musik yang menganggap bahwa musik Koes Plus itu menggunakan tiga jurus. Gampangan. Bahkan kacang gorengan. Tapi kritik itu tidak melemahkan seorang Tonny Koeswoyo. Dia terus melaju dan tak henti melahirkan karya yang fenomenal sampai saat ini. Terbukti, segala usaha yang dilakukannya berhasil. Seorang pahlawan harus rela mengalami disalah mengerti dalam menempuh perjuangannya.

Kalau mau jujur diakui, sebenarnya blantika musik Indonesia tidak jauh berbeda dengan saat ini. Hanya yang berbeda masalah teknologi saja. Siapa anak-anak muda yang suka dengan lagu-lagu daerah ? Siapa anak-anak muda yang suka dengan musik keroncong yang mendayu-dayu ? Hanya orang di kampung-kampung kecil yang mau berjoged mengikuti musik irama dangdut. Tapi Tonny Koeswoyo melalui karya-karya yang tak pernah kenal lelah mampu membawa terobosan yang hingga saat ini belum ada yang bias menandingi. Melalui inisiatif musiknya yang cemerlang, lahirlah Pop Jawa yang notabene merupakan musik pop dengan menggunakan bahasa daerah. Pop Keroncong pun dihasilkan untuk menumbuhkan rasa cinta anak-anak muda Indonesia pada musik khas negeri sendiri dengan sentuhan modern. Koes Plus pula yang membuat musik dangdut mampu diterima oleh semua kalangan melalui album Pop Melayu. Grup musik mana yang mampu membuat album dengan pesan moral yang kuat menembus lintas agama selain Koes Plus, melalui album Qasidahan dan Natal Bersama Koes Plus. Semua tk lepas dari peran seorang Tonny Koeswoyo. Seorang pahlawan harus mau dan mampu menjadi inspirator dan motivator bagi generasi yang ada saat itu serta generasi mendatang.

Setelah segala karya dihasilkan dengan sempurna beserta pasang-surutnya, Tonny Koeswoyo yang dilahirkan pada tanggal ini tujuh puluh lima tahun yang lalu harus mengakui kekuasaan Pahlawan yang lebih Agung. Yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam menurunnya perhatian masyarakat pnikmat musik Indonesia pada dirinya, Tonny Koeswoyo meninggalkan kita semua dua puluh empat tahun yang lalu. Sunyi. Sepi. Tak ada gejolak. Tak ada riuh rendah pemberitaan pers. Tonny Koeswoyo menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan kedukaan bagi dunia musik Indonesia. Duka yang tak mudah tergantikan oleh apa pun, bahkan oleh rangkaian penghargaan yang diterima setelah itu. Bila kita mengingat lagu pertama yang beliau nyanyikan di album Koes Plus edisi awal yaitu “Hilang Tak Berkesan”, maka lagu terakhir yang beliau nyanyikan pun seakan merupakan edisi penutup karyanya pada musik Indonesia sebagaimana terungkap sekilas pada “Aku Dan Dirimu”. Karya Tonny Koeswoyo yang tak sempat dinyanyikan sendiri yaitu “Wit Gedhang” seakan menyiratkan bahwa tak ada yang berarti dalam hidup ini selain menjadi bermanfaat buat orang lain, sekalipun pada akhirnya keberadaan kita tidak diingat lagi. Seorang pahlawan harus rela dilupakan di saat terakhir masa perjuangannya.


Bagi saya, Tonny Koeswoyo merupakan pahlawan. Bagaimana menurut anda?

Selamat merenungi keberadaan dan karya seorang Tonny Koeswoyo.

Selamat memperingati Hari Koes Plus Nasional. Missa Solemnis. Merdeka !







Tidak ada komentar:

Posting Komentar