Panjaitan Bersaudara atau Panbers
merupakan salah satu grup musik fenomenal yang pernah ada di Indonesia.
Keberadaan grup ini tidak boleh diremehkan begitu saja. Ada banyak deretan
karya manis yang pernah dihasilkan oleh keempat musisi asal Sumatera Utara ini.
Salah satu bukti keseriusan mereka di blantika musik Indonesia adalah tetap
menghasilkan karya secara berkelanjutan.
Salah satu karya mereka dalam
menghiasi blantika musik pop Indonesia yaitu ketika menelurkan sebuah album
yang bertajuk Panbers Sound 8. Berbeda dengan Koes Plus yang menamakan serial
album mereka dengan Volume, Panbers mengurutkan album mereka dengan nama Sound.
Ketika sebuah grup mampu mencetak rekaman hingga lebih dari lima album maka
dapat dikatakan bahwa grup tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata.
Sementara ada beberapa band lain yang harus berguguran ketika mereka belum
mencapai usia album kelima.
Panbers Sound 8 memuat sejumlah lagu
manis yang menjadi ciri khas dari grup dengan latar belakang suku Batak ini.
Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam album ini Panbers terlihat lebih dewasa dan
matang daripada saat rekaman pertama mereka sebelumnya. Betapa tidak, dalam
album ini penataan musik sudah lebih terdengar dengan teratur. Pemilihan kata
demi kata juga terlihat begitu baik dan mudah dicerna. Pembagian komposisi lagu
pun terlihat sudah mulai merata dibandingkan ketika merekam album pertama dan
kedua.
Lagu pembuka terdengar begitu manis
yaitu Air Mata. Lagu yang begitu khas dengan warna vokal Benny Panjaitan ini
tepat sekali dijadikan menu pembuka sebelum menikmati sajian lain dalam album
yang direkam pada tahun 1974 ini. Memang warna Panbers tidak bisa dilepaskan
dari vokal melankolis Benny Panjaitan. Suaranya yang terdengar bening dan
jernih mampu memikat siapa pun yang mendengarnya sejak pertama kali merekam
lagu Akhir Cinta. Bedanya, lagu Air Mata sudah tidak mendapatkan tambahan
spoken atau kata-kata di kala interlude sedang.
Setelah mengharu biru dengan Air
Mata, Panbers menawarkan sebuah lagu berirama riang yaitu Pantun Ria. Lagu ini
dinyanyikan secara bertiga oleh Benny, Doan dan Asido. Benny tetap sebagai
vokal utama diikuti oleh Doan dan Asido yang menimpali pada bagian reffrein.
Pantun Ria berisikan tentang kehidupan manusia yang tetap bergembira sekalipun
setiap harinya diwarnai kedukaan berganti-ganti.
Sebuah lagu abadi yang patut
dikenang dalam album ini tampaknya bukan terletak pada urutan pertama namun
pada posisi keenam atau bila kita memutar Piringan Hitam maka berada pada
urutan pertama Muka 2. Lagu tersebut bertajuk Hari Perkawinan. Sebuah lagu yang
mengisahkan sepasang anak manusia yang menjalin kehidupan berumah tangga. Lagu
ini terasa cocok bila dibawakan dalam suasana pernikahan. Bahkan bila
mendengarkannya akan mengundang haru bagi pengantin, orang tua atau tamu yang
hadir dalam pesta resepsi pernikahan. Betapa tidak, simak kata-kata yang
disajikan berikut ini “hari perkawinan,
hari yang indah...meski penuh dengan air mata...air mata bahagia...”.
Panbers tak luput membuat sebuah
lagu bernuansa apresiasi pada profesi seseorang. Lagu ini terdapat pada karya
Benny yang berjudul Nelayan. Lagu Nelayan dinyanyikan oleh duet legendaris
Benny dan Doan secara apik sebagai penghargaan pada profesi Nelayan yang tak
kenal lelah berjuang mencari ikan sekali pun menentang badai. Lagu ini diawali
dengan petikan gitar khas orang yang bergembira di tepi pantai. Penghargaan
serupa diulangi oleh Panbers pada Perawat ketika mereka merekam album
kesembilan.
Pembagian komposisi pada album ini
sudah termasuk merata sebagaimana yang sudah dituliskan di atas. Lagu-lagu pada
album ini tidak dimonopoli oleh karya Benny Panjaitan seorang diri. Doan dan
Asido juga turut menyumbangkan karya yang termasuk bagus dan enak didengarkan.
Doan membuat sebuah lagu berjudul Kusendiri yang didendangkannya secara duet
bersama adiknya yaitu Asido. Sebagai pemain drum, Asido ternyata memiliki juga
vokal yang bagus dan mampu menghasilkan karya yang baik pula. Dalam album ini
kedua karyanya direkam dan dinyanyikannya sendiri yaitu Lagu & Cinta serta
Penantian. Vokal Asido yang lembut mampu mencuri perhatian penggemar Panbers
bahwa dia mampu bernyanyi dengan baik yang tak kalah dengan abang-abangnya.
Hans selaku anak sulung pada album
ini tidak ikut menyumbangkan karya namun diberi kesempatan untuk ikut bersuara.
Sebuah lagu karya Benny Panjaitan yang berjudul Kunang-Kunang mampu dibawakan
dengan baik. Sebuah lagu yang singkat namun seperti sayang untuk dilewatkan.
Lagu ini terasa syahdu bila didengarkan malam hari di bawah penerangan cahaya
yang minim, maka maksud lagu yang berkisah tentang adanya Kunang-Kunang akan
tersampaikan dengan baik. Pada era milenium ini kata kunang-kunang pun sudah
sepertinya asing bagi telinga kita.
Panbers pada album kedelapan ini
tidak melewatkan sebuah lagu berbahasa Inggris sebagaimana yang pernah tampak
pada album-album sebelumnya. Sebuah lagu bertajuk Mr. Bloon dibawakan dengan
riang oleh Benny/Doan/Asido. Tidak jelas yang dimaksud oleh Benny dalam lagu
ini adalah seseorang atau merujuk pada sifat. Namun tampaknya lagu ini
merupakan sindiran sehingga menggunakan kata Mr. Bloon. Pada lagu ini Benny
kembali menunjukkan kemampuan berolah bahasa Inggris secara cepat sebagaimana
pernah dilakukannya pada lagu Hai.
Salah satu kekurangan yang tampak
pada pembuatan album ini yaitu pada pembuatan cover album yang terlihat kaku di
dalam studio dan masih mengedepankan sosok Benny sebagai seorang boss atau
pemimpin. Hal ini terlihat dari posisi gaya Benny yang duduk paling muka
sementara ketiga personel lain berdiri di belakangnya. Pose semacam ini pernah
dilakukan oleh Nomo dalam grup No Koes. Sementara pada Koes Plus, The Mercy’s
atau pun D’lloyd sekalipun jelas siapa yang menjadi pemimpin namun pada pose di
cover mereka seperti duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Bandingkan dengan
cover album pertama mereka yang lebih artistik dengan penggambaran siluet
personel Panbers pada sebuah bukit.
Pada beberapa lagu masih terlihat
pengulangan nada sehingga terkesan sebuah lagu identik dengan lagu yang
lainnya. Lagu Penantian karya Asido pada bagian awal mirip sekali dengan lagu
Surat Akhir yang juga dinyanyikannya pada album sebelumnya. Memang tidak
menjadi masalah selama yang ditiru merupakan karyanya sendiri namun kalau
terlalu mirip jadi susah untuk membedakan.
Panbers dalam rekaman kedelapan ini
membuktikan kesetiaan mereka pada label Dimita. Benny Panjaitan sempat berujar
pada media bahwa mereka tidak akan meninggalkan perusahaan rekaman ini sampai
benar-benar Dimita kolaps. Hal ini dikatakannya mengingat Dimita merupakan
label yang membesarkan nama mereka. Sehingga Panbers tidak akan tergiur untuk
berpindah sekalipun banyak tawaran supaya mereka beralih posisi label. Meskipun
saat itu Koes Plus sudah beralih ke Remaco dan meraih popularitas serta
keuntungan yang berlimpah, namun Panbers tetap bertahan di studio rekaman milik
Dick Tamimi ini.
Penyusunan urutan lagu juga terkesan
matang dikarenakan setelah sebuah lagu bernuansa slow selesai maka dilanjutkan
lagu berikutnya yang terdengar riang. Namun lagu yang riang sudah terdengar
manis untuk didengarkan, tidak seperti ketika mereka merekam album pertama yang
masih dalam tahap pencarian jati diri sehingga lagu yang dimainkan terdengar
“ribut”.
Berikut merupakan daftar lagu yang
direkam dalam Panbers Sound 8 : Air Mata (Benny), Pantun Ria (Benny), Juwita
Hatiku (Benny), Lagu & Cinta (Asido), Kusendiri (Doan), Hari Perkawinan
(Benny), Mr. Bloon (Benny), Kau Selalu Di Hatiku (Benny), Penantian (Asido),
Kunang-Kunang (Benny) dan Nelayan (Benny).
Demikian yang dapat saya tuliskan
mengenai album Panbers Sound 8. Tidak ada maksud apa pun melalui tulisan ini
selain apresiasi kebanggaan terhadap karya anak negeri yang pernah meramaikan
semarak musik populer Indonesia. mohon maaf atas setiap rangkaian kata dan
kalimat yang kurang berkenan. Jayalah selalu musik Indonesia.
(Okky T.
Rahardjo, penggemar Panbers dari Surabaya—085645705091, 518CC94A )