Minggu, 24 Mei 2015

Menikmati Kereta Api Bangunkarta



           Menyimak berita tergulingnya lokomotif dan gerbong Kereta Api Bangunkarta, membuat bayangan saya menerawang ketika menikmati kereta berkelas eksekutif ini. Kereta Bangunkarta merupakan kereta yang bertujuan Jakarta dengan melintasi jalur selatan. Kereta ini memiliki akronim nama sesuai beberapa kota yang dilintasinya yaitu Jombang-Madiun dan jakarta.

            Saya pernah dua kali menumpang kereta kelas mahal ini saat menuju Surabaya Gubeng dari Stasiun Kota Madiun dan sebaliknya. Saya sengaja memilih kereta yang bertarif di atas dua ratus ribu ini, mengingat kalau tujuan dekat semacam Madiun ada tarif ringan tapi memerlukan strategi tersendiri dalam pembeliannya. Bangunkarta bila dipesan jauh hari sebelumnya akan menerapkan tarif normal yaitu Rp. 288.000,00 hingga Rp. 355.000,00. Namun bila membeli pada dua jam sebelum keberangkatan maka akan berlaku harga delapan puluh ribu rupiah.

            Akan tetapi harga tersebut hanya berlaku untuk tujuan Surabaya ke Madiun. Tidak bisa untuk tujuan berikutnya yang lebih jauh. Ketentuan ini juga bisa diterapkan untuk perjalanan sebaliknya dari Madiun ke Surabaya. Konsekuensinya tentu selama persediaan tiket masih ada. Saya yakin bila hari biasa masih banyak tiket yang tersedia dibandingkan hari-hari akhir pekan atau menjelang hari Senin. Saya yang biasanya menuju Madiun menggunakan kereta ekonomi, sekali waktu itu merasa lebih nyaman mengingat dengan biaya terjangkau mampu menikmati fasilitas kelas eksekutif.

            Pilihan menggunakan kereta eksekutif dengan biaya ringan ini bagi saya merupakan sebuah alternatif yang jitu. Hal ini dikarenakan sejak 1 April 2015 semua kereta ekonomi harus mengalami penyesuaian harga baru. Bahasa gampangnya, harga tiket naik dikarenakan subsidinya dicabut. Sebagai ilustrasi, kereta Sri Tanjung yang biasanya tarif lima puluh ribu saat ini menjadi seratus ribu rupiah. Gaya Baru yang tiket subsidi seharga lima puluh lima ribu kali ini menjadi seratus sepuluh ribu. Demikian juga kereta lain yaitu Logawa dan pasundan. Saya tentu berpikir ulang bila harus ke Madiun saja mengeluarkan biaya sebesar itu. Nah dari pada naik kereta ekonomi seharga seratus ribu, sekalian saja kereta eksekutif dengan biaya delapan puluh ribu.

            Melanjutkan kembali mengenai menumpang kereta Bangunkarta. Kereta ini beranjak dari Stasiun Gubeng tepat pkl. 16.00 dan tiba di Madiun pkl. 18.39. Tidak semua dia berhenti di stasiun yang dilintasi sebagaimana kalau saya menggunakan kereta ekonomi. Stasiun Sepanjang, Boharan atau Tarik tak dihiraukannya. Hal ini membuat perjalanan menuju Madiun terasa singkat sekaligus nyaman. Apabila dari Madiun kereta berangkat pkl. 01.20 dan tiba pkl. 03.46 di Surabaya.

Perjalanan terasa nyaman dikarenakan pendingin ruangan terasa dingin hingga  melelapkan para penumpangnya. Beda dengan kereta ekonomi yang pendingin ruangnya tersedia satu di atas untuk empat baris tempat duduk. Itupun sering tidak terasa kedinginnya bahkan tak jarang juga mati sehingga memerlukan perbaikan. Pendingin ruangan di kereta eksekutif macam Bangunkarta tersedia pada tiap tempat duduk penumpang.

Mungkin yang saya ceritakan dalam tulisan ini bagi sebagian besar orang terlalu remeh, terutama bagi yang sering menggunakan fasilitas eksekutif. Namun bagi saya yang terlanjur akrab menikmati kereta kelas menengah ke bawah, maka merupakan kesenangan tersendiri ketika bisa menggunakan moda kereta eksekutif. Setiap pengecekan tiket semua penumpang disapa dengan ramah oleh petugas  kereta yang dikawal oleh bagian keamanan menyusuri gerbong demi gerbong.

Oh ya, bagian pemeriksaan tiket penumpang ini menyebutkan dirinya sebagai customer service. Lain bila kereta ekonomi yang hanya disebut sebagai kondektur. Nama customer service ini akan selalu terpampang di ujung depan dekat pintu masuk kereta. Nama dan nomor telepon tertera lengkap bagi siapa pun yang memerlukan pelayanannya.

Satu hal lagi yang membuat ketagihan menumpang kereta eksekutif yaitu adanya fasilitas selimut bagi setiap penumpang. Beberapa menit kereta melaju maka selimut akan dibagikan oleh pramugari atau pramugara yang berjalan sembari menawarkan makanan dan minuman. Nyaman sekali menggunakan kereta eksekutif ditambah adanya bacaan gratis yaitu majalah yang berisi informasi seputar pelayanan kereta api. Apalagi di setiap gerbong disediakan pula sebuah televisi yang menyajikan film-film serta acara reality show yang membuat penumpang tidak merasa jenuh dalam perjalanan.

Namun semewah apapun fasilitas yang disediakan oleh kereta kelas eksekutif terasa ada yang hilang dibandingkan ketika menumpang kereta kelas ekonomi. Ketika saya duduk di kereta kelas ekonomi saya bisa berbincang santai dengan penumpang yang ada di depan maupun samping saya. Obrolan santai seputar pekerjaan, tempat tinggal hingga kondisi negara dapat saya perbincangkan antar penumpang. Pengalaman nonton Srimulat hingga berbagi dengan seseorang yang esoknya akan bertunangan pun saya dapatkan ketika naik kereta kelas ekonomi ini. Bagi saya, kemewahan tidak dapat menggantikan keramahan.

Saya pernah menumpang kereta kelas eksekutif macam Bangunkarta dan Bima dalam perjalanan dari Madiun ke Surabaya atau sebaliknya. Jarang sekali saya menjumpai obrolan seru antar penumpang dalam kereta mewah tersebut. Perbincangan hangat kerapkali terjadi hanya pada penumpang yang saling kenal yaitu keluarga maupun rekan kerja yang berangkat setujuan. Bila penumpang tidak saling mengenal, aktivitas yang terjadi biasanya masing-masing sibuk dengan smartphone, laptop atau menarik selimut untuk tidur. Apa jadinya bila baru terlelap dalam tidur dalam perjalanan dari Stasiun Gambir Jakarta, tiba-tiba gerbong kereta mengalami anjlok keluar dari lintasan rel menjelang masuk di Stasiun Waruduwur Cirebon.

Demikian tulisan sederhana ini mudah-mudahan tidak menyakiti siapa pun. Dengan penuh rasa hormat, saya turut prihatin terhadap kecelakaan yang melanda kereta eksekutif Bangunkarta yang pernah saya tumpangi bulan lalu ini. Maju terus per-kereta api-an Indonesia.

( Okky T. Rahardjo, penggemar Kereta Api Indonesia—085645705091, 518CC94A )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar