Jumat, 30 Januari 2015

Kenangan di RSUD Dr. Soedono Madiun (11) : Akhirnya Nara Pulang

Balon sapi
Nara sehat














Selama Nara dirawat inap, dokter yang memeriksa hanya melihat kondisi pasien saat pagi hari kala jam tugas sudah dimulai. Dokter ini biasanya masuk ruangan sekitar pkl. 08.00-10.00. Sebagai dokter yang berpengalaman dia hanya mengunjungi masing-masing pasien sekitar lima menit saja. Mengingat banyak pasien lain yang juga memerlukan pertimbangan medisnya sehingga dia harus berkeliling dari satu ranjang ke ranjang lain. Ayah tidak pernah sempat melihat wujud dokter bernama Meidy Ramadhan ini dikarenakan ketika dia mengunjungi pasien bertepatan dengan jam pengusiran yang diberlakukan oleh petugas kebersihan.

Sejak dirawat inap hari Sabtu, Nara baru mendapat kunjungan dokter ini pada hari Senin pagi. Saat itu Nara sudah diindikasikan membaik namun supaya kondisinya lebih prima lagi maka dianjurkan untuk menginap sehari lagi baru bisa pulang. Kunjungan kedua dilakukan Selasa pagi sambil memberikan suntikan obat. Saat itu Nara sudah direkomendasikan untuk pulang. Hati ayah dan ibu lega mendengar persetujuan yang diberikan oleh dokter yang khusus menangani pasien anak itu.

Sekitar jam sepuluh tanda-tanda berakhirnya masa perawatan sudah terlihat pula pada beberapa pasien yang ada di ruangan Melati itu. Setelah dinyatakan sehat dan boleh pulang, maka orang tua segera mempersiapkan diri untuk pengurusan administrasi akhir. Demikian juga dengan ayah yang menunggu panggilan untuk penyelesaian administrasi. Waktu menunggu terasa lama mengingat banyak yang saat itu sudah mendapatkan rekomendasi sembuh, sehingga harus menunggu panggilan dari pihak kepala ruangan untuk penyelesaian pemberkasan. Ketika giliran nama Nara dipanggil, ayah pun segera menuju ruang administrasi yang berada di lantai bawah. Berkas yang diperlukan sudah diserahkan dan diperiksa. Nara pun sudah dinyatakan boleh pulang.

Setelah berpamit sana-sini, ayah dan ibu pun berkemas dan bergegas meninggalkan ruang rawat inap yang berkesan namun tak berharap untuk kembali ke sini. Sebelum meninggalkan rumah sakit, ayah pun mencoba memesan taksi. Segera saja ayah bertanya pada petugas keamanan nomor telepon taksi yang bisa dihubungi. Ada dua orang yang saat itu berjaga. Pria yang bertubuh besar yang lebih paham dan memberikan nomor telepon yang kini sudah tak diingat lagi oleh ayah. “Siap pak..apakah ditunggu di pintu tengah ?” kata operator taksi. Ayah pun tak paham mana pintu tengah dan belakang. Ayah menjawab “Loh, di sini pintu masuk kan cuma satu…pintu tengah yang mana lagi ?”. Ayah menjawab seperti itu karena memang pintu masuk kendaraan hanya satu saja di depan pintu masuk IRD. Pintu pagar tengah bukan digunakan untuk masuknya kendaraan.

Operator taksi itu pun segera saja bertanya “bapak sekarang ada di posisi mana…”. Pertanyaan itu untuk mengakhiri kebuntuan pemahaman masing-masing pihak. Ayah pun menjawab “Saya di depan IRD…”. Operator itu pun mengakhiri dengan menjawab “Oke pak, di depan UGD ya…”. Lalu sambungan telepon pun ditutup. Ketika itu ayah juga lupa menanyakan taksi apa yang tadi dipesan. Sebelum terlanjur lupa, ayah pun bertanya lagi pada petugas keamanan “Itu tadi taksi apa pak, yang saya telpon…”. “Taksi Bima, pak…” jawab pak Satpam Gendut itu.

Ketika menunggu taksi, beberapa teman ibu yang berasal dari guru TK masih sempat pula bertemu untuk mengetahui kondisi kesehatan Nara. Beruntung sekali belum sampai ketinggalan pulang. Tak lama taksi pun tiba. Nara pun sesaat masuk taksi sudah mengingatkan untuk beli balon. Memang saat dia dirawat dan beberapa kali ditangani tim medis, kami sering menjanjikan akan membelikan balon kalau sudah sembuh. Janji itu semata untuk menghibur saja supaya dia tidak terlalu menderita kala ditangani tim perawat.

Ketika taksi sudah meluncur menuju pintu keluar, mata jeli Nara melihat beberapa balon bergelantungan di tepi jalan raya. Saat itu kami mengira bahwa ada penjual balon di depan rumah sakit, sehingga kami berkata kalau mobil sudah bisa keluar ke jalan akan dibelikan balon. Namun ternyata penjual balon itu juga pengendara yang terjebak macetnya jalan raya. Ketika lalu lintas mulai lancar, penjual balon itu pun segera melarikan laju motornya. Nara yang sudah mulai menagih balon tak bisa dilawan lagi. Akhirnya pengemudi taksi menambah kecepatan untuk mengejar penjual balon tersebut.

Masuk ke tikungan penjual balon itu pun tertangkap di depan gedung DPRD Kota Madiun yang berlokasi di jl. Perintis Kemerdekaan. Penjual balon itu pun berhenti setelah dipanggil oleh pengemudi taksi. Nara semula beberapa kali bilang supaya dibelikan balon sponge-bob. Namun ketika ayah turun hendak menebus salah satu balon figuratif itu Nara pun berteriak “ojo pom bob..ojo pom bob…”. Ayah pun bertanya “Nah balon apa…”. Segera dengan spontan Nara menjawab “bayon capiii…”. Ayah pun membayar sepuluh ribu untuk sebuah balon figur Sapi berbintik hitam putih. Nara pun senang dan gembira sudah bisa pulang sambil membawa sebuah balon. Sudah ya, nak…jangan sakit-sakit lagi. Tetap sehat, Tuhan mengasihimu selalu. Ayah dan ibu juga menyayangimu.


( Okky T. Rahardjo, 085645705091, okkie_rahardjo@yahoo.com, 518CC94A )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar