Balon sapi |
Nara sehat |
Selama
Nara dirawat inap, dokter yang memeriksa hanya melihat kondisi pasien saat pagi
hari kala jam tugas sudah dimulai. Dokter ini biasanya masuk ruangan sekitar
pkl. 08.00-10.00. Sebagai dokter yang berpengalaman dia hanya mengunjungi
masing-masing pasien sekitar lima menit saja. Mengingat banyak pasien lain yang
juga memerlukan pertimbangan medisnya sehingga dia harus berkeliling dari satu
ranjang ke ranjang lain. Ayah tidak pernah sempat melihat wujud dokter bernama
Meidy Ramadhan ini dikarenakan ketika dia mengunjungi pasien bertepatan dengan
jam pengusiran yang diberlakukan oleh petugas kebersihan.
Sejak
dirawat inap hari Sabtu, Nara baru mendapat kunjungan dokter ini pada hari
Senin pagi. Saat itu Nara sudah diindikasikan membaik namun supaya kondisinya
lebih prima lagi maka dianjurkan untuk menginap sehari lagi baru bisa pulang.
Kunjungan kedua dilakukan Selasa pagi sambil memberikan suntikan obat. Saat itu
Nara sudah direkomendasikan untuk pulang. Hati ayah dan ibu lega mendengar
persetujuan yang diberikan oleh dokter yang khusus menangani pasien anak itu.
Sekitar
jam sepuluh tanda-tanda berakhirnya masa perawatan sudah terlihat pula pada
beberapa pasien yang ada di ruangan Melati itu. Setelah dinyatakan sehat dan
boleh pulang, maka orang tua segera mempersiapkan diri untuk pengurusan
administrasi akhir. Demikian juga dengan ayah yang menunggu panggilan untuk
penyelesaian administrasi. Waktu menunggu terasa lama mengingat banyak yang
saat itu sudah mendapatkan rekomendasi sembuh, sehingga harus menunggu
panggilan dari pihak kepala ruangan untuk penyelesaian pemberkasan. Ketika
giliran nama Nara dipanggil, ayah pun segera menuju ruang administrasi yang
berada di lantai bawah. Berkas yang diperlukan sudah diserahkan dan diperiksa.
Nara pun sudah dinyatakan boleh pulang.
Setelah
berpamit sana-sini, ayah dan ibu pun berkemas dan bergegas meninggalkan ruang
rawat inap yang berkesan namun tak berharap untuk kembali ke sini. Sebelum
meninggalkan rumah sakit, ayah pun mencoba memesan taksi. Segera saja ayah bertanya
pada petugas keamanan nomor telepon taksi yang bisa dihubungi. Ada dua orang
yang saat itu berjaga. Pria yang bertubuh besar yang lebih paham dan memberikan
nomor telepon yang kini sudah tak diingat lagi oleh ayah. “Siap pak..apakah
ditunggu di pintu tengah ?” kata operator taksi. Ayah pun tak paham mana pintu
tengah dan belakang. Ayah menjawab “Loh, di sini pintu masuk kan cuma
satu…pintu tengah yang mana lagi ?”. Ayah menjawab seperti itu karena memang
pintu masuk kendaraan hanya satu saja di depan pintu masuk IRD. Pintu pagar
tengah bukan digunakan untuk masuknya kendaraan.
Operator
taksi itu pun segera saja bertanya “bapak sekarang ada di posisi mana…”.
Pertanyaan itu untuk mengakhiri kebuntuan pemahaman masing-masing pihak. Ayah
pun menjawab “Saya di depan IRD…”. Operator itu pun mengakhiri dengan menjawab
“Oke pak, di depan UGD ya…”. Lalu sambungan telepon pun ditutup. Ketika itu
ayah juga lupa menanyakan taksi apa yang tadi dipesan. Sebelum terlanjur lupa,
ayah pun bertanya lagi pada petugas keamanan “Itu tadi taksi apa pak, yang saya
telpon…”. “Taksi Bima, pak…” jawab pak Satpam Gendut itu.
Ketika
menunggu taksi, beberapa teman ibu yang berasal dari guru TK masih sempat pula
bertemu untuk mengetahui kondisi kesehatan Nara. Beruntung sekali belum sampai
ketinggalan pulang. Tak lama taksi pun tiba. Nara pun sesaat masuk taksi sudah
mengingatkan untuk beli balon. Memang saat dia dirawat dan beberapa kali
ditangani tim medis, kami sering menjanjikan akan membelikan balon kalau sudah
sembuh. Janji itu semata untuk menghibur saja supaya dia tidak terlalu
menderita kala ditangani tim perawat.
Ketika
taksi sudah meluncur menuju pintu keluar, mata jeli Nara melihat beberapa balon
bergelantungan di tepi jalan raya. Saat itu kami mengira bahwa ada penjual balon
di depan rumah sakit, sehingga kami berkata kalau mobil sudah bisa keluar ke
jalan akan dibelikan balon. Namun ternyata penjual balon itu juga pengendara
yang terjebak macetnya jalan raya. Ketika lalu lintas mulai lancar, penjual
balon itu pun segera melarikan laju motornya. Nara yang sudah mulai menagih
balon tak bisa dilawan lagi. Akhirnya pengemudi taksi menambah kecepatan untuk
mengejar penjual balon tersebut.
Masuk
ke tikungan penjual balon itu pun tertangkap di depan gedung DPRD Kota Madiun
yang berlokasi di jl. Perintis Kemerdekaan. Penjual balon itu pun berhenti
setelah dipanggil oleh pengemudi taksi. Nara semula beberapa kali bilang supaya
dibelikan balon sponge-bob. Namun ketika ayah turun hendak menebus salah satu
balon figuratif itu Nara pun berteriak “ojo pom bob..ojo pom bob…”. Ayah pun
bertanya “Nah balon apa…”. Segera dengan spontan Nara menjawab “bayon capiii…”.
Ayah pun membayar sepuluh ribu untuk sebuah balon figur Sapi berbintik hitam
putih. Nara pun senang dan gembira sudah bisa pulang sambil membawa sebuah
balon. Sudah ya, nak…jangan sakit-sakit lagi. Tetap sehat, Tuhan mengasihimu
selalu. Ayah dan ibu juga menyayangimu.
(
Okky T. Rahardjo, 085645705091, okkie_rahardjo@yahoo.com,
518CC94A )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar