Ada
satu hal yang tidak bisa dilupakan walaupun ketika mengalaminya kadang ya
kasihan juga. Setiap beberapa jam sekali di ruangan Melati ada pemeriksaan dari
perawat yang bertugas. Kadang yang mereka lakukan adalah memeriksa kondisi
infus apakah terpasang dengan benar, memberi obat melalui suntikan, mengukur
suhu badan menggunakan thermometer atau sekedar menanyakan masih panas atau
tidak.
Namun
yang membuat prihatin sekaligus kasihan yaitu ketika diadakan kontrol oleh
perawat, seringkali anak-anak yang diperiksa mengalami ketakutan tersendiri. Memang
ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat seusia mereka harus merasakan sakit
yang luar biasa ketika disuntik. Hal ini sepertinya menimbulkan trauma
tersendiri pada beberapa anak. Tak terkecuali pada Nara ketika ada seorang
perawat baik itu perempuan maupun laki-laki yang mendatanginya, maka dia akan
segera berontak dan menangis. Secara spontan dia akan meraih tubuh ibunya
sambil berkata “emoh…emoh…” atau “gendon…gendon…”.
Masih
lebih beruntung Nara yang tidak terlalu mengalami ketakutan luar biasa. Dia
hanya takut ketika perawat itu menghampiri ranjang tempat dia berbaring.
Sementara ada pula anak-anak lain yang sepertinya mengalami trauma yang luar
biasa. Setiap kali ada perawat yang lewat, dia langsung menangis keras padahal
perawat itu menghampiri anak yang lainnya atau hanya sekedar melintas untuk
keperluan lain. Bahkan salah seorang ayah pasien sempat mengeluh ketika
berbincang di ruang tunggu, dia berkata kalau anaknya setiap melihat ada yang
berjilbab putih langsung menangis ketakutan. Memang perawat di ruang Melati kebanyakan
mengenakan kerudung berwarna putih. Namun suatu kali sempat terlihat anak
berusia sepuluh bulan yang dirawat di samping kiri Nara ini menangis ketakutan
melihat perempuan berjilbab putih, padahal itu salah satu keluarga pembesuk. Ya
ampun, sampai segitunya….
Hal
yang sampai saat ini terngiang yaitu ketika Nara ditangani untuk disuntik obat maka
dia akan meronta sambil berkata “sudah
bu..sudah bu…”, “atit..atit..”; “puan..puan..” (maksudnya pulang). Tentu
dia berkata itu sambil menangis. Kalau sudah begitu kami yang berada di
sampingnya akan berkata “’ga apa apa
kok..biar cepet sembuh..”. Kadang susternya juga ikut menenangkan sambil
berkata “tidak ada jarumnya kok…”.
Tentu itu hanya sekedar perkataan menghibur saja. Memang di bagian suntikan
tidak ada jarumnya, namun pada bagian pergelangan tangan Nara sudah terikat
bantalan kecil yang di dalamnya sudah terpasang jarum suntik setiap saat. Jadi
ya sama saja….
Nah
peristiwa disuntik dan dihibur inilah yang sampai beberapa hari sekeluarnya
dari rumah sakit menjadi mainan tersendiri bagi Nara. Sesekali dia mengajak
ayah atau ibunya main suntik-suntikkan. Ayahnya diminta berbaring lalu dia
mengambil secarik tisu yang sudah disobek berbentuk tegak. Maksudnya dia akan
membuat mainan model alat suntik. Lalu Nara menyuntik ayahnya. Ketika ayah
disuntik, dimintanya ayah supaya pura-pura menangis. Saat ayahnya menangis
itulah dia akan segera berkata “ora
opo-opo..ora opo-opo…ga ada jarumnya kok…”. Kami yang melihat ulahnya
bermain seperti itu tentu tertawa geli. Ya namanya juga anak-anak.
(
Okky T. Rahardjo, 085645705091, okkie_rahardjo@yahoo.com,
518CC94A )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar