Rabu, 28 Januari 2015

Kenangan di RSUD Dr. Soedono Madiun (7) : Menebus Obat Di Apotik


Salah satu tempat yang sering dituju oleh keluarga pasien rawat inap di rumah sakit ini tentu saja sebuah Apotek. Ruang pelayanan obat ini terbuka selama dua puluh empat jam yang terletak di bagian depan ruang IRD RSUD Dr. Soedono Madiun. Apotek ini melayani penebusan obat baik secara mandiri maupun BPJS. Bagi yang menebus obat secara mandiri tentu harus bersiap biaya lebih banyak dibandingkan mereka yang membawa jaminan berupa BPJS Kesehatan.

Seringnya keluarga pasien mengantre di Apotek ini tentu membuat kejenuhan tersendiri. Mengingat setiap penanganan oleh tim medis seringkali menghasilkan resep yang harus dibawa ke ruang yang terletak di sebelah kantor unit pelayanan Bank Jatim ini. Hal ini membuat perwakilan keluarga yang ditunjuk mengurus obat harus sering mondar-mandir sambil membawa resep obat. Tidak terkecuali dengan ayah yang harus naik turun sambil membawa setumpuk berkas mendampingi resep obat yang diperlukan menuju Apotek yang terletak di lantai bawah. Selain jenuh menunggu di ruang tunggu apotek, juga seringnya naik turun tentu membuat kelelahan sendiri, mengingat kamar tempat Nara dirawat berada di lantai dua.

Mengatasi kejenuhan beberapa kali mengantre di ruang tunggu Apotek tentu ada banyak hal yang bisa disiasati. Kadang ada yang saling berbincang sesama keluarga penunggu, ada juga yang membaca koran yang dibawa dan ada pula yang bermain smartphone untuk sekedar membunuh waktu. Berbincang dengan sesama keluarga penunggu pasien merupakan cara tersendiri untuk berbagi beban penderitaan mengingat mereka yang mengambil obat rata-rata ya orang yang sama juga ketika ditemui di ruang tunggu. Saling mendukung dan memberikan informasi merupakan keasyikan tersendiri yang menarik untuk diperbincangkan selain membicarakan kondisi pasien yang ditunggu.

Sebelum keluarga penunggu menebus obat yang diresepkan, berkas yang harus disiapkan adalah kartu kontrol obat yang disertai surat keterangan menginap baik dari pihak rumah sakit maupun pihak ruangan yang diinap. Bagi peserta BPJS tentu ditambah dengan foto kopi kartu jaminan kesehatan tersebut. Berkas-berkas tersebut harus difoto kopi lebih dulu bagi yang pertama kali menebus resep obat. Tempat foto kopi tersedia di samping kiri pintu masuk IRD yang juga buka selama dua puluh empat jam. Hal ini tentu saja mempermudah pasien yang membutuhkan layanan secara cepat.

Suatu kali ada seorang keluarga penunggu pasien yang sudah sekian belas menit duduk di ruang tunggu tapi tidak segera dilayani. Sementara keluarga yang lain sudah selesai membawa sebungkus tas plastik isi obat, dia masih terus duduk menunggu. Saat satu per satu pengambil obat meninggalkan apotek, dia segera bertanya pada petugas apotek sambil menunjukkan nada kecewa dan gusar. Petugas apotek yang terdiri dari siswi magang sebuah sekolah keperawatan menanyakan apakah bapak sudah menumpuk berkas di keranjang depan loket, tentu saja dia menjawab belum sambil kebingungan tentang hal yang dimaksud. Segera saja perugas menunjukkan tempat penumpukan resep obat berupa keranjang kecil. Ya ampun, pantesan dari tadi diam saja, nah mau nunggu sampai kapan.

Ada juga penunggu yang sepertinya tidak sabar mengantre di ruang tunggu apotek. Hal ini bisa dilihat ketika beberapa nama yang dipanggil oleh petugas tidak segera menunjukkan wajahnya. Kalau sudah seperti ini, biasanya para penunggu yang lain akan segera kompak menjawab “lewati…lewati…”. Petugas biasanya memberi kesempatan dengan memanggil sebanyak dua atau tiga kali panggilan. Hal yang begini ini yang membikin penunggu lain jengkel, maka ada saja yang menyeletuk “tiga kali panggilan tidak ada, lewati…”. Ya semacam memanggil undian berhadiah. Betapa tidak jengkel, sudah sama-sama butuh obat yang mendesak kok malah ditinggal begitu saja. Karuan kalau tidak ikut antre sekalian dari pada menghambat waktu bagi pengantre lain.

Namun ada satu hal yang kami, para penunggu antrean depan loket apotik, menjadi salut pada salah satu keluarga pasien. Saat itu ada seorang bapak yang menghampiri seorang ibu penunggu antrean. Bapak itu berkata kalau anak ibu tersebut menangis sendirian di ruang perawatan. Para penunggu lain sudah berusaha menenangkan namun tetap tidak mau berhenti. Kebetulan ayah dari anak ini sedang tidak bisa menunggu, jadinya sang ibu yang harus repot mengurus anak dan menebus obat. Anak ini rupanya bernama Haikal yang masuk rumah sakit hampir bersamaan dengan dirawatnya Nara. Bapak yang tadi bermaksud membantu ibunya Haikal menggantikan menunggu obat. Jadinya ibunya Haikal segera membayar terlebih dulu jumlah obat yang diperlukan lalu pengambilnya dialihkan pada bapak yang baik hati tadi. Uniknya, karena lupa nama anak yang dimaksud maka setiap kali ada panggilan bapak tadi segera berdiri hendak menuju loket apotek, dikira itu nama yang ditunggunya. Kata bapak ini “yo, podo-podo golek tombo, mas…” (sama-sama cari pengobatan…).

Demikian sebagian liku-liku mengantre penebusan obat di ruang tunggu apotek. Bila tidak bisa menghibur diri sendiri maka akan terus dilanda kemurungan. Mengingat masuk di rumah sakit itu sudah merupakan kesedihan tersendiri. Ayah menebus obat di apotek ini setidaknya empat kali dengan situasi yang berbeda. Kadang sepi, antre satu dua orang dan juga pernah antre dengan banyak orang yang menunggu. Mudah-mudahan tidak akan pernah antre di apotek rumah sakit lagi. Amiiiinnnn…..


( Okky T. Rahardjo, 085645705091, okkie_rahardjo@yahoo.com, 518CC94A )

1 komentar: