Rabu, 21 Januari 2015

Kenangan di RSUD Dr. Soedono Madiun (1) : Dari Ruang Eksekusi Hingga Ruang Melati



            Sabtu malam, 17 Januari 2015 sekitar pkl. 22.00, Nara yang sudah tidur terlelap tiba-tiba muntah. apa yang sudah dia konsumsi saat itu keluar tanpa kompromi, sekalipun dia tidak banyak makan apa pun malam itu. Muntahnya Nara ini sebenarnya lanjutan dari hari Jumat malam sekitar pkl. 01.00 ( Sabtu dini hari). Ada banyak hal yang bisa diduga sebagai penyebab. Diantaranya karena dia sempat memakan buah yang tanpa disadari sudah basi. Buah tersebut tersaji dalam semangkuk es yang tidak bisa ditebak bagian mana yang sudah tidak layak makan. Seharian berikutnya dia pun juga tidak mau mengisi perutnya kala waktu makan tiba. Jadila pertahanan fisiknya melemah.

            Segera saja ketika dia muntah Sabtu malam itu, ayah dan ibu berinisiatif membawanya ke sebuah Puskesmas setempat. Mengendarai sepeda motor di sela gerimis yang mengucur, Nara didekap   ibu dalam perjalanan menuju Puskesmas Takeran. Perjuangan menembus malam saat itu terasa sia-sia ketika petugas Puskesmas tidak bisa menerima pasien dikarenakan kondisi ruangan yang sudah penuh. Nara juga tidak sempat diperiksa hanya dianjurkan langsung ke rumah sakit besar saja yaitu RSUD Dr. Soedono Madiun. Takeran memang masuk wilayah Magetan, namun rujukan medis terdekat tertuju pada rumah sakit yang ada di kawasan Madiun. Hal ini mengingat rumah sakit yang masuk wilayah Magetan masih terlampau jauh letaknya.

            Setelah pulang sejenak, akhirnya diputuskan untuk membawa Nara ke rumah sakit di Madiun sesuai anjuran petugas Puskesmas. Sekalipun tanpa surat tertulis, saat itu kami meyakini bahwa kalau dalam keadaan darurat tentu pihak rumah sakit tidak akan menolak. Pertimbangan berikutnya yaitu bagaimana cara membawa Nara ke rumah sakit Madiun. Apakah akan menembus malam lagi yang kala itu sedang dilanda hujan rintik-rintik atau apakah ada cara lain. Jadilah mbah putrinya (Mbah Ti) mencoba menghubungi salah seorang tetangga yang punya mobil. Usaha mengganggu tetangga malam itu berhasil dengan bersedianya mantan kepala desa yang tinggal tak jauh dari rumah untuk mengantar dengan mobilnya. Ibu, Nara dan mbah Ti serta adik ibu yaitu om Andre mengantar Nara menuju rumah sakit yang terletak di kawasan pusat kota Madiun. Sementara ayah menyusul menggunakan motor sendirian.

            Setiba di rumah sakit, ayah segera mengurus administrasi awal mengenai identitas pasien serta kelengkapan lain yang diperlukan. Setelah diperiksa oleh dokter jaga di bagian IRD maka diputuskan bahwa Nara harus opname di rumah sakit yang berada di jl. Dokter Soetomo itu. diagnosis awal oleh dokter yang menerima yaitu Nara mengalami kekurangan cairan akibat muntah banyak namun tidak banyak yang mengisi perutnya. Selanjutnya Nara dibawa menuju ke ruangan perawatan anak yang terletak di lantai atas. Sementara itu ayah mengurus administrasi sambil menebus obat yang diresepkan oleh dokter jaga. Saat itu dokter jaga mengatakan bila ruangan yang tersedia tinggal satu tempat tidur di kamar kelas tiga. Ayah pun menyetujui penempatan Nara di situ, mengingat secara kebetulan Nara sudah dimasukkan dalam jaminan BPJS kategori kelas tiga.

            Ketika berada di ruang Melati yang terletak di lantai dua inilah drama perawatan Nara dimulai. Saat ayah sudah menyusul di ruangan itu, Nara masih belum ditangani. Wajahnya masih terlihat pucat dalam gendongan ibu. Saat itu masih ada seorang lagi pasien yang ditangani oleh petugas medis di “ruang eksekusi”. Kami menamakan sebuah bilik sebagai ruang eksekusi karena di sinilah seorang anak ditangani terlebih dulu sebelum akhirnya dimasukkan ke kamar yang tersedia untuk masing-masing pasien. Samar terdengar bahwa pasien yang sedang ditangani bernama Haikal yang berumur sekitar 7-8 tahun. Saat itu dia mengalami luka di kaki yang tak terlalu jelas penyebabnya.

            Giliran berikutnya Nara yang ditangani di ruang eksekusi. Seorang dokter muda pria berwajah India segera menangani Nara dibantu oleh tiga orang suster. Ketika Nara dibaringkan oleh ibu di brankar yang menjadi tempat penanganan, Nara mulai protes. Saat itu Ibu dan ayah yang berusaha membantu memegang Nara diminta menunggu sambil duduk di luar bilik. Ayah dan ibu sempat miris mendengar Nara yang menangis sambil berteriak kesakitan “atit bu..atit bu..sama ibu..ibu sini..sudah bu…”. Ayah dan ibu cuma bisa terdiam, terpaku dan tak kuasa berbuat apapun. Mengingat saat itu Nara sudah menjadi bagian penanganan para tim medis. Mau menolong jelas tidak mungkin, tidak menolong tapi kok sepertinya tidak tega. Mungkin kedua hal itulah yang sempat berkecamuk dalam pikiran ayah dan ibu. Sekilas terlihat ibu menitikkan air mata, ayah pun gelisah mendengar tangis putri pertamanya ini. Mereka risau dalam usia yang masih menginjak dua tahunan sudah dua kali masuk rumah sakit yang sama. Saat pertama kali yaitu ketika hari pertama dia lahir ternyata tidak mau respon menerima cairan.

            Setelah sekitar sepuluh menit Nara “dieksekusi” oleh tim medis dengan hasil adanya jarum infus yang menempel di tangan kiri, Nara pun diboyong menuju ruangan kamar. Ruang Melati kamar III D menjadi hunian sementara Nara sejak malam itu untuk beberapa hari selanjutnya. Total penghuni ruangan pada malam itu sebanyak enam anak. Nara malam itu tertidur ditunggui oleh ibu, ayah dan mbah ti yang memutuskan untuk tidak pulang.


            Pada malam inilah kisah perawatan Nara dimulai. Saat inilah mulai terbayang betapa menderitanya anak usia dua tahun tujuh bulan ini yang harus dirawat di rumah sakit dengan segala hal yang harus dihadapi berikutnya. Di sinilah salah satu ujian berat yang harus dialami oleh ayah dan ibu selaku orang tua. Sepintas apa yang dialaminya saat ini hampir sama dengan kala dia masih berusia beberapa jam setelah lahir yaitu kekurangan cairan. Mudah-mudahan penanganan yang baik dialami Nara saat ini. Ya Tuhan, pakailah tim medis untuk bekerja dengan baik. Pada mereka lah kami percaya Engkau sudah menitipkan kuasa-Mu yang tak terbatas itu.

( Okky T. Rahardjo, 085645705091, okkie_rahardjo@yahoo.com, 518CC94A )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar