Jumat, 07 April 2017

KISAH BUNG KARNO DAN SEBILAH KERIS


Bung Karno sangat mencintai tanaman-tanaman dan membuat taman-taman Istana  (Jakarta, Bogor, Cipanas, Tampak Siring) seindah mungkin namun tetap serasi dengan lingkungannya. Rumput-rumput harus tetap hijau segar sedap dipandang. Setiap berada di Istana mana pun juga ia selalu menyempatkan diri mengelilingi taman sambil memberi instruksi-instruksi kepada Pak Kebun atau Kepala Rumah Tangga Istana.

Dalam tahun 1962 terjadi kemarau panjang di Indonesia. Berbulan-bulan lamanya tak setetes pun hujan turun ke bumi. Kekeringan melanda seluruh wilayah. Begitu pula taman di Istana. Pak Kebun memang berusaha menyiramnya, namun banyaknya air yang ia tuangkan itu rupanya tetap tidak mencukupi, rumput tetap menguning dan mengering.

Pada suatu sore Bung Karno duduk di beranda belakang Istana Merdeka, tempat kesayangannya untuk bersantai sambil minum teh. Saat itu turut menemani yaitu ajudan Bambang Widjanarko. Tidak lama kemudian datang Bapak Harjo, Kepala Rumah Tangga seluruh Istana, dengan disertai seorang laki-laki berpakaian Jawa lengkap. Setelah menghormat dan menyalami Bung Karno secukupnya Pak Harjo berkata, “Pak, inilah Bapak Pringgo yang pernah saya laporkan, datang menghadap Bapak sekaligus membawa keris pusakanya untuk dipersembahkan pada Bapak”.

Bung Karno lalu mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada tamu itu. Pak Pringgo mengeluarkan sebuah keris dari sebuah bungkusan dan menceritakan pada Bung Karno bahwa keris itu telah ratusan tahun umurnya, berasal dari zaman Majapahit, luk lima, dan sangat bertuah, hampir semua keinginan pemiliknya dapat terpenuhi; dan ia ingin mempersembahkan keris yang dipujanya itu kepada Bung Karno.

Bung Karno menerima keris yang masih dalam kerangkanya dan berkata, “Terima kasih, Pak Pringgo. Sekarang apakah yang dapat saya berikan sebagai tanda terima kasih saya ?”.

Pak Pringgo mengatakan bahwa telah lama ia ingin mempunyai sebuah mobil, karena itu bila Bung Karno berkenan, ia mohon sebuah mobil.

Mendengar ucapan itu Bung Karno tersenyum lalu berkata, “Ah itu soal gampang. Bahkan kalau keinginan saya detik ini dapat terpenuhi, dengan senang hati saya akan memberi dua mobil”.

Dengan gembira Pak Pringgo bertanya, “Bapak ingin apa ?”.

Sambil menyerahkan kembali keris tadi pada tamunya, Bung Karno berkata, “Coba cabutlah keris itu dan mohon hujan turun sederas-derasnya agar rumput di tamanku ini menjadi segar dan hijau kembali”.

Mendengar kata-kata itu Pak Pringgo menjadi pucat, seketika menunduk dan diam.

Melihat hal demikian Bung Karno tetap berkata ramah, “Baiklah, Pak Pringgo, kalau tak bisa sekarang bawalah keris itu terlebih dahulu dan tetaplah mohon agar hujan turun. Kalau nanti malam atau besok pagi hujan benar-benar turun, akan saya penuhi janji saya memberi dua buah mobil untuk Bapak”. Pak Pringgo dengan diiringi Pak Harjo segera pamit dan mengundurkan diri.

Ternyata hujan tetap tidak turun selama beberapa bulan kemudian.


**Dikutip dari buku “Sewindu Dekat Bung Karno” tulisan Bambang Widjanarko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar