Selamat
memasuki tahun 2013, mudah-mudahan harapan yang kita miliki akan menjadi
kenyataan dan bukan sekedar impian. Pada awal tahun ini kami akan membuat
sebuah catatan mengenai sebuah album
Koes Plus yang beredar di bulan ini tapi empat puluh tahun lalu. Album tersebut
adalah Pop Indonesia volume 7. Sebuah album yang merupakan sekuel terakhir mereka
di bawah label Dimita recording. Setelah sekitar empat tahun mereka menelurkan
karya-karya emas berupa 8 album ( Pop Indonesia 7 album, 1 pop natal ), pada
tahun 1973 mereka harus mengakhiri kontrak kerja untuk selanjutnya memulai di
label yang baru.
Pada
abum volume 7 ini, Koes Plus sudah mulai dikenal masyarakat luas dan memasuki
puncak kejayaan setelah lagu-lagu mereka berkumandang di berbagai siaran radio,
tayangan televisi, pentas hiburan maupun liputan media massa yang gencar
memberitakan gerak gerik mereka. Bahkan saat itu mereka sukses membintangi
iklan F&N Strawberry Soda Pop yang selanjutnya kita ketahui potongan wajah mereka
dalam iklan tersebut dijadikan cover album seri ketujuh ini.
Album
volume tujuh ini cermin kematangan Koes Plus dalam kiprahnya di dunia musik populer
Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, album volume 1-4 merupakan proses
pencarian jati diri sekaligus pengenalan Koes Plus kepada publik, untuk
memedakan dari Koes Bersaudara. Sehingga kita bias menyimak betapa Murry begitu
memforsir pukulan drumnya pada lagu-lagu yang disajikan. Sehingga orang bisa
memahami bahwa perbedaan Koes Plus dan Koes Bersaudara lebih menonjol pada hentakan
drumnya, selain pada pergantian personel tentunya. Namun mulai album kelima
hingga ketujuh ini kita akan melihat bahwa ketukan drum Murry lebih soft tanpa
mengurangi keindahan permainannya.
Volume
7 dibuka dengan sebuah lagu karya Koeswoyo Senior yaitu Mari-Mari. Kalau tidak
salah menghitung, ini ketiga kalinya beliau terlibat dalam proses pembuatan
lagu Koes Plus. Mari-Mari merupakan sebuah lagu yang sederhana, bahkan terkesan
seperti sebuah lagu jenaka atau main-main saja. Bahkan Yon Koeswoyo pun semula
enggan menyanyikannya, karena syairnya yang terkesan porno atau saru. Namun
siapa sangka, lagu yang musiknya diadaptasi dari musik tradisional Tari Topeng
Bekasi ini ternyata meledak luar biasa. Dimana mana orang menyanyikan lagu ini,
terutama bagian reffreinnya ang mudah diingat “ Mari-mari oi, berterus terang, jangan lewat oi, pintu belakang…” .
kesuksesan lagu ini pula yang mungkin menjadi pertimbangan Tonny Koeswoyo
merekam ulang lagu tersebut dalam album The Best of Koes di bawah label Remaco.
Deretan
kedua dari album ini terdapat “Malam Yang Indah”. Tonny Koeswoyo sendiri yang
mengambil jatah menyanyikan lagu ini. Seakan merupakan sekuel dari Koes
Bersaudara yang memiliki “Pagi Yang Indah”, Koes Plus pun melanjutkan dengan “Malam
Yang Indah”. Harus diakui, kedua lagu tersebut memang sama-sama indah. Lihat Jendelaku
sebagai urutan berikutnya dinyanyikan secara bersahutan antara Yokdan Yon Koeswoyo,
mengingatkan kita pada lagu Derita yang direkam di album “Dheg-Dheg Plas”. Mulainya
berbeda tapi berhentinya sama. Merupakan sebuah perpaduan vokal yang sampai
saat ini tak mudah kita temukan perbandingannya.
Yon
Koeswoyo berikutnya mengungkapkan isi hatinya secara jujur melalui lagu “Pengakuan”.
Sebuah lagu yang khas karya Yon Koeswoyo. Gaya bercerita dengan kata ganti aku dalam
setiap lagu yang beliau hasilkan, merupakan ciri seorang Yon Koeswoyo. Yok Koeswoyo
mencoba menyumbangkan lagu dan vokal secara solo melalui lagu “Rasa Sedih Tiada
Arti”. Seakan memotivasi kita bahwa putus cinta tak harus ditangisi secara
berlebihan. Sang maestro, Tonny Koeswoyo pun tak mau ketinggalan dengan sebuah
lagu yang rancak penuh semangat melalui Tradisi. Seakaningin bercerita bahwa
beliau ingin meninggalkan kebiasaan bermusik yang lama menuju pola musik yang
baru, yang ditandai dengan pindah label ke Remaco. Benar sekali, karena di
label yang baru kita mengenal Koes Plus dengan berbagai variasi musik. Berbeda dari
karya sebelumnya yang mereka hasilkan di perusahaan rekaman yang lama.
Murry
pada album ini tidak ikut kebagian menyanyi, namun beliau ikut menyumbangkan
dua karya emasnya yang fenomenal sampai detik ini. Lagu tersebut yaitu “Pelangi”
yang dua tahun berikutnya direkam ulang dalam album The Best of Koes.tampak
sekali sentuhan Tonny Koeswoyo paa lagu ini sehingga kita tidak menyadari bahwa
sebenarnya lagu ini adalah karya Murry. Ya, itulah hebatnya sang maestro yang
tidak hanya mampu meramu musik namun juga mengayomi para personel Koes Plus. Sehingga
beliau turut membantu Murry melahirkan sebuah karya yang dahsyat, yang sampai
hari ini sering kita dengar di pementasan lagu-lagu Koes Plus.
Karya yang
lain adalah Seminggu Yang Lalu. Murry tampaknya merasa cocokbila karya beliau
dinyayikan oleh Yon Koeswoyo yang karakter vokalnya begitu lembut, syahdu dan
mendayu. Begitu indahnya lagu ini sampai-sampai Ernie Johan dalam sebuahrekaman
albumnya menyisipkan lagu berjudul “Seminggu Kemudian”, seakan merupakan
jawaban dari “Seminggu Yang Lalu”.
Album
ini diakhiri denga sebuah lagu manis, yang musiknya unik dinyanyikan secara
duet oleh Yon dan Tonny Koeswoyo, “Hanya Untukmu”. Album ini termasuk salah
satu album Koes Plus yang hamper keseluruhan materi lagunya enak untuk
didengarkan. Lagu yang lain pada album ini aitu Cinta Abadi, Nama Yang Manis
dan Mengapa.
Sebagian
penggemar Koes Plus, terutama lingkup kolektor menyatakan bahwa album Koes Plus
yang merupakan masterpiece adalah
volume 1 s/d 7. Hal in tidak berlebihan, mengingat rentang waktu lahirnya tiap
album tidak terlalu dekat, sehingga proses kretaif yang dihasilkan sangat
maksimal. Beda dengan ketika di Remaco, dimana Koes Plus memasuki era sebagai “pabrik
lagu” yang sangat laku.
Perpindahan
Koes Plus dari Dimita ke Remaco ini tentu saat itu diikuti dengan
pembaharuannilai kontrak beserta bonus yang mengikuti. Namun dari segi teknis,
hal ini merupakan kemajuan, mengingat Dimita saat itu masih menggunakan rekaman
2 track sedangkan Remaco sudah memiliki teknologi 4 track. Suatu kemajuan dalam
industri muisk populer Indonesia.
Demikianyang
dapat kami sajikan mengenai catatan singkat album volume 7 Koes Plus yang
beredar pada anuari 1973. Mohon maaf atas segala kesalahan dalam rangkaian kata
dan kalimat. Serta kekeliruan dalam penyampaian informasi dan dokumentasi. Jayalah
terus musik Indonesia…!!!
Okky
T. Rahardjo ( Penggemar Koes Plus dari Surabaya, 085645705091 )
Volume 7 mungkin yang terbaik
BalasHapuswalau Volume 4 juga sangat bagus ...
Saya menyebut Koes Plus Volume 7, lebih modern, terutama musiknya. Tetapi yang paling berhasil, saya lebih suka Volume 4, 5, dan 8. Sedangkan yang paling Hebat, Volume 9 dan 10. Ada lagu Hatiku Beku, Layang-layang, Muda-Mudi, Bujangan dan Kapan-kapan.
BalasHapus