Apa yang ada di benak kita bila mendengar kata “album Koes Plus Volume enam“ ? Lagu-lagu yang sangat menarik. Kenangan yang tak mudah terlupa melalui kisah di balik lagu. Cover yang unik, personel Koes Plus berjajar di gunung kapur. Juga berbagai alasan lain yang membuat album ini memiliki kesan yang begitu mendalam bagi setiap penggemar Koes Plus.
Sekuel keenam album Koes Plus produksi Dimita ini semakin mengokohkan keberadaan Koes Plus di blantika musik populer Indonesia. Boleh diakui, album ini seolah menunjukkan kesan kematangan Koes Plus dalam menggali karya musik yang dihasilkannya. Betapa tidak, bila dibandingkan dengan album-album yang telah beredar sebelumnya maka akan tampak sekali perbedaan yang begitu rupa dalam penataan musik maupun keragaman karya lagu.
Mari kita mencoba menelaah sedikit, mulai album kelima Koes Plus sudah mulai mengurangi ramainya gebrakan drum dalam mengiringi lagu-lagu yang dibawakan. Menurut pendapat saya, ketika memasuki album volume lima Koes Plus sudah menghentikan masa adaptasi dan pengenalan diri pada telinga pendengar musik pop. Masa unjuk diri itu sudah dimulai ketika rekaman album pertama “ Dheg-Dheg Plas “ hingga album keempat “ Bunga Di Tepi Jalan “. Di antara masa-masa itu kita akan mendapati bahwa gebukan drum yang dilakukan Murry begitu menonjol seakan menjadi pengunjuk identitas bahwa mereka ini berbeda dengan Koes Bersaudara.
Album pertama hingga keempat, Koes Plus membuka dengan irama rancak dan penuh semangat. Mulai Awan Hitam, Lagu Dalam Impian, Hujan Angin hingga Bunga Di Tepi Jalan. Bahkan di album kelima pun Koes Plus mengawali dengan irama yang bergairah pada lagu Nusantara. Namun saat kita membuka telinga untuk album volume enam ini, sebuah lagu yang manis dan melankolis akan kita rasakan melalui tembang Kerinduan. Vokal Yon Koeswoyo yang mendayu terasa menyentuh dan meresap ruang hati kita yang terdalam. Syahdu dan mengesankan.
Belum habis hati kita dilanda suasana hening, kita akan langsung dibawa pada nuansa haru yang begitu mendalam melalui lagu berikutnya. Ibu dan lagunya merupakan karya Tonny Koeswoyo yang seakan mengajak kita untuk terbawa pada kenangan dia dan adik-adiknya pada ibu yang telah lama tiada. Tempo lagu yang lambat seakan membawa ketepatan tersendiri untuk menggambarkan kenangan pada seorang yang melahirkan kita ke dalam dunia. Bahkan emosi kita seakan terkuras saat lagu ini akan memasuki reffrein ternyata harus diperlambat dengan adanya interlude berupa petikan melody gitar yang membuat perasaan kita jadi ‘menggantung’. Semua kondisi itu pada akhirnya harus dipecahkan oleh refrrein yang diselingi oleh hentakan drum yang melaju tanpa harus merusak suasana syahdu yang telah terbangun. John Koeswoyo bahkan pernah berkisah bahwa konon intro yang digunakan pada lagu ini merupakan irama yang sering dipetik oleh ibu Atmini, ibu dari Koeswoyo bersaudara, saat sore hari duduk di teras sambil memainkan gitar.
Tears Are Falling muncul sebagai lagu pada urutan ketiga. Lagu berbahasa Inggris yang diciptakan oleh Yok Koeswoyo ini dibawakan dengan begitu manis oleh Yon dan Yok dengan perpaduan musik yang rapi. Sebuah lagu yang meratapi putusnya sebuah jalinan kasih tanpa tangisan yang mendayu-dayu. Patut dicatat, bahwa album volume enam ini merupakan album dengan lagu berbahasa Inggris terbanyak. Sebelum dan sesudahnya tidak ada. Tentu selain album Another Song For You yang memang khusus lagu berbahasa Inggris. Friendly Love, We Say Hallo, Unhappy Shade dan How Much I Love You merupakan lagu bahasa Inggris yang dapat kita temukan di album ini. Bahkan beberapa diantaranya bila diperdengarkan pertama kali pada orang lain yang bukan penggemar Koes Plus, tentu akan menyangka bahwa ini adalah lagu dari sebuah band yang berasal dari belahan barat. Padahal itu karya anak negeri sendiri. Itulah kehebatan seorang Tonny Koeswoyo dalam meramu musik dan kata.
Tonny Koeswoyo pada album ini tampaknya berusaha mencuri perhatian dengan membuat sebuah ciri baru pada lagu yang dinyanyikan. Sebuah lagu dinyanyikan dengan irama keras dan suara gahar kita dengarkan pada lagu Waktu Tjepat Berlalu. Segera saja lagu semacam ini kita kenali berikutnya sebagai ciri khas Tonny Koeswoyo yang menyelipkan sebuah lagu irama rock n roll dalam album Koes Plus dan dinyanyikan sendiri dengan vokal yang berbeda dibanding saat menyanyikan lagu yang lebih mellow.
Kita mungkin pernah mendengar kisah ketika Koeswoyo ayah dari Koes
Bersaudara melarang mereka untuk berkarier dalam musik. Namun tampaknya kekerasan hati bapak Koeswoyo mulai luluh, sehingga ikut mendukung dengan menciptakan sebuah lagu Oh Kasihku. Saat itu kita mulai akrab dengan kata KS yang merupakan akronim dari Koeswoyo Senior dan sering kita jumpai di album-album Koes Plus berikutnya.
Yok Koeswoyo pada album yang beredar pada tahun 1972 ini mengeluarkan dua karya yang semuanya berbahasa Inggris. Salah satunya yaitu How Much I Love You yang dinyanyikan dengan dinamis bersama kedua kakaknya, Tonny dan Yon. Bagaimana dengan Murry ? Setelah ikut menyumbangkan suara di volume empat, pada album ini beliau tidak ikut berdendang. Namun sebuah lagu karya beliau tampaknya menjadi lagu yang begitu fenomenal bagi penggemar Koes Plus. Hidup Tanpa Cinta disajikan dengan harmonis sekali oleh Tonny dan Yon Koeswoyo. Lagu ini unik karena terdapat sebuah pelafalan kata yang disajikan secara berulang “ sayang-sayang seribu kali sayang, siang malam hatimu tak tenang “. Sebuah kalimat yang sederhana namun penuh makna.
Yon Koeswoyo sebagai seorang vokalis utama tampaknya tidak mau ketinggalan menyajikan karya emasnya. Sebuah lagu yang disajikan sevara bertutur diberi titel Tiada Djalan Lagi. Lagu ini konon merupakan sebuah penuturan kisah putusnya jalinan cinta Yon Koeswoyo bersama Susy Nander “ Dara Puspita”. Merupakan sekuel berkelanjutan dari lagu Jeritan Hatiku ( vol. 4), Andaikan Kau Datang (vol. 2), dan Perasaan (vol. 5). Pembawaan Yon Koeswoyo yang halus, lembut dan penuh perasaan saat menyanyikan lagu membuat beliau diberi kepercayaan oleh Murry dan Tonny menyanyikan karya mereka berdua yang diberi judul Bukan Rahasia.
Saat ini Februari 2012, album volume enam ini tepat berusia empat puluh tahun namun terasa masih begitu indah untuk didengarkan. Ada begitu banyak kesan dan pengalaman yang bisa terlukiskan melalui lagu-lagu yang tersusun di dalamnya. Adakah kita juga mengalami salah satu diantaranya ?
( Okky T. Rahardjo, penggemar Koes Plus dari Surabaya- 085645705091 )