“ Sudah makan belum…??”
demikian sapa Galih, vokalis T Koes menyapa pengunjung yang hadir dalam
pementasan mereka yang berlangsung di kota Malang belum lama ini. Sapaan khas
itu tentu disambut dengan tawa dan sorakan gembira penonton yang teringat akan
kata pembuka yang sering diucapkan oleh Tonny Koeswoyo kala manggung bersama
Koes Plus.
Saat
itu Minggu malam pkl. 21.00, T-Koes melakukan konser pulang kampung yang
berlangsung di salah satu sudut kota Malang. Setelah sehari sebelumnya sukses
menggelar dua kali pertunjukan di sebuah rumah makan di kawasan barat kota
Surabaya, pada 14 Desember 2014 T-Koes mengunjungi kota dingin yang terkenal
dengan hasil bumi apelnya itu. Jika pada penampilan di Surabaya sifatnya hanya
uji coba, maka ketika tampil di Malang Agusta menjanjikan akan tampil lebih
serius dengan persiapan yang matang. Perkataan ini ternyata mampu dibuktikan
dengan penampilan yang maksimal oleh grup muda bersaudara ini.
T-Koes
yang tampil sebagai pembuka acara mengawali dengan tembang legendaris yaitu
Laguku Sendiri yang kemudian dirangkai sebuah lagu dari album Hard Beat yaitu
Jangan Memaksakan Diri. Pada awal penampilan Agusta tidak lupa menyampaikan
rasa syukurnya karena pada akhirnya mampu memenuhi janji untuk tampil di kota
Malang. Betapa tidak, setelah beberapa kali even disusun namun tertunda pula
karena tidak cocoknya waktu penyelenggaraan dengan jadwal T-Koes yang sudah
semakin padat.
Secara
resmi acara ini berjudul “Konser Amal Untukmu” yang terselenggara atas prakarsa
KPKA (Komunitas Penggemar Koes Plus Arema) bekerja sama dengan beberapa pihak.
Namun secara tidak resmi, Agusta menamakan konser kali ini sebagai konser
pulang kampung. Hal ini mengingat secara pribadi dia merupakan putra daerah
yang dilahirkan di desa Gondang Legi, Kabupaten Malang. ( Wah, podo sam karo kawa, podo soko ndeso nGondang Legine…hehehe…).
Bahkan tak segan dia menyebut T-Koes sebagai band yang berasal dari ndeso. Namun hal ini tentu saja sedikit
berlebihan, mengingat yang dari desa tentu saja hanya Agusta seorang, yang lain
tetap saja produk ibu kota.
Kembali
pada arena pertunjukan, kelihaian T-Koes dalam meramu lagu-lagu Koes Plus
merupakan nilai lebih tersendiri yang jarang dimiliki oleh band lain. Betapa
tidak, lagu-lagu Koes Plus yang disajikan memang tidak lepas dari pakem aslinya
namun karena dibawakan secara enerjik dan penuh semangat khas anak muda, maka
membuat siapa pun yang melihatnya tidak akan merasa jenuh dan bosan. Hal ini
bisa dilihat dari komposisi lagu yang dibawakan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
band pelestari lain bahkan sebagian besar sudah dibawakan oleh dua band
pembuka, namun karena penampilan yang sangat menarik membuat siapa pun yang
hadir akan bertahan hingga usai acara.
Duet
Galih dan Jim yang bereran sebagai Yon dan Yok teruji dengan baik ketika Hatiku dan Hatimu serta Senja dibawakan dengan perpaduan vocal
yang apik. Tarikan nafas mereka dalam mengawali dan mengakhiri lagu membuat
mereka layak dijadikan idola baru dalam pelestarian lagu-lagu Koes Bersaudara
& Koes Plus. Keserasian T-Koes dalam bergaya tampak menawan ketika beberapa
lagu riang dibawakan seperti Bis Sekolah,
Diana dan O La La. Bahkan lagu Oh Kasihan yang biasanya diikuti dengan
senggakan kala dibawakan di Jawa Tengah, ketika dibawakan oleh T-Koes lagu ini
terdengar tetap elegan dan menarik sekalipun tidak diikuti oleh sahutan
penonton pada bagian refrreinnya.
Gaya
T-Koes terlihat atraktif dan menarik salah satu diantaranya ketika membawakan
lagu berirama rancak pada bagian interlude mereka tak segan untuk berloncat bersama
sambil berputar badan. Hal ini membuat ketiga personel utama yang merupakan
adik kakak ini mendapatkan aplaus meriah dari penonton. Para penggemar Koes
Plus yang memadati area café semakin dibuat histeris kala ketiga personel ini
mengangkat gitar mereka usai mendendangkan Kelelawar. Gaya yang sering kita
lihat pada penampilan grup luar macam Deep Purple atau Van Hallen.
Sementara
itu Agusta selaku leader yang berada pada posisi drum lebih memilih untuk
mengambil bagian memberi edukasi tentang pelestarian Koes Plus atau pun berupa
kisah dibalik lagu yang dibawakan saat itu. Sebagaimana yang dikisahkan ketika
dia berkisah ada seseorang pria yang akan mengunjungi kekasih hatinya namun
ternyata sang kekasih sudah dihampiri oleh pria lain. Maka nelangsalah hati
pria tersebut padahal sudah mengenakan baju yang paling bagus. Kisah tesebut
diucapkannya menyusul lagu Senja Kelabu
yang berikutnya dibawakan oleh T-Koes. Bahkan ketika Kusayang Padanya dibawakan dia secara jujur mengakui bahwa lagu ini
Koes Plus seperti mengikuti gaya lagu yang dinyanyikan oleh Chrisye. Sehingga
Koes Plus yang sebelumnya pelopor harus tertinggal karena kalah oleh arus
industri yang tidak lagi berpihak pada mereka. Mendengar Agusta beberapa kali
bertutur sebelum lagu dibawakan serasa mendengarkan siaran radio secara live
pada acara “The Legend” yang mengulas tentang Koes Plus.
Suasana
malam itu makin semarak ketika beberapa lagu Pop Melayu dibawakan oelh T-Koes.
Mengapa dan Cinta Mulia mampu membuat penonton beranjak dari sofa empuk untuk
berjoget bersama. Bahkan suasana makin terasa panas ketika tembang dari album
Hard Beat yaitu Luka dibawakan secara garang. Lagu Jawa Tul Jaenak pun mampu
dibawakan dengan baik bahkan mereka
berusaha merekonstruksi gaya Koes Plus era 1998 ketika membawakan lagu ini
dengan mempercepat bagian coda. Dalam penampilan di Malang kali ini T-Koes
mencoba berduet dengan salah seorang yang pernah memiliki peran penting dalam
perjalanan karier Koes Plus. Koestono yang merupakan mantan pengawal era Koes
Bersaudara dan Koes Plus saat itu hadir dan turut menyumbangkan suaranya
melagukan “Let Me Free” yang dapat
diiringi dengan baik oleh T-Koes. Koestono secara pribadi puas terhadap
penampilan T-Koes bahkan menurutnya merupakan band pelestari terbaik dari yang
pernah dilihatnya selama ini.
Galih
yang berusia enam belas tahun sudah cukup menguasai panggung dan tidak canggung
menyapa penonton yang sudah pasti lebih tua darinya dengan sebutan
“pakdhe-budhe”. Jim yang maish berusia empat belas tahun juga mampu menyuarakan
lagu yang menjadi bagian Yok Koeswoyo dengan baik. Malam itu dia memilih
membawakan Mawar Bunga, Kolam Susu dan Jemu untuk disajikan. Konon bass gitar
yang disandangnya malam itu adalah salah satu bass koleksi Yok Koeswoyo yang
dihibahkan pada Jim. Sementara sang “Tonny Koeswoyo” memilih melagukan Jangan Berulang Lagi, Kr. Pertemuan dan Rata-Rata sebagai menu secara solo.
Malam
itu di sela acara pengunjung diberikan kesempatan untuk memberikan sumbangan
amal yang akan disalurkan pada salah satu panti asuhan. Sumbangan tersebut
diberikan dengan dua cara, yaitu donasi uang secara langsung atau pemesanan
makanan yang sepuluh persen dari harga pembayaran digunakan untuk sumbangan
tersebut. Sebelum penampilan T-Koes berlangsung, dua band pelestari lokal hadir
untuk membuka acara. Yang pertama adalah C-O2 yang dipimpin oleh Agoes Basuki,
ketua KPKA Malang. Berikutnya yaitu band yang terdiri dari anak-anak eks SMAN 7
Malang yang bernama Koes On 7.
Agusta
sendiri tidak ikut menyanyikan lagu pada malam itu. dia memilih peran sebagai
pembimbing, pembina bagi anak-anak asuhannya yang tampil di depan. Dalam salah
satu kesempatan dia mengungkapkan bahwa T-Koes mengambil porsi khusus
menyanyikan lagu-lagu Koes Bersaudara & Koes Plus sampai era 1987. Namun
pada malam itu dia memberikan semacam bonus dengan meluncurnya Gadis Genit yang dirilis Koes Plus pada
tahun 1998 untuk dinyanyikan dengan lincah oleh T-Koes. Secara istimewa,
tembang Kota Lama ditujukan untuk
warga Kota Malang yang malam itu hadir. Lagu ini tentu menjadi persembahan
istimewa, mengingat sebagian besar penggemar Koes Plus di kota Malang
beranggapan bahwa lagu ini merujuk pada salah satu wilayah di kota mereka.
Konser
amal ini berlangsung berkat kerja sama yang baik dengan Anang Karaoke &
Café yang menjadi tempat penyelenggaraan. Tempat karaoke yang dimiliki oleh
penyanyi asal Jember ini menjadikan penyelenggaraan acara berjalan mulus dengan
penataan sound system yang bagus dan hampir tanpa cela. Hadir pula pada
kesempatan itu beberapa penggemar Koes Plus dari luar Malang diantaranya
berasal dari Surabaya, Gresik dan Blitar. Selain juga dari wilayah Malang Raya
yaitu Lawang, Turen, Batu dan sekitarnya.
Tepat
pkl. 23.10 acara malam itu berakhir dengan kepuasan pengunjung dan kesuksesan
T-Koes. Sebagai lagu penutup disajikan Selamat Berpisah tanda berakhirnya
acara. Namun karena pengunjung masih meminta tambahan lagu maka meluncurlah
Pelangi sebagai pamungkas acara. Sebagai catatan, bila lain kali kita
menyaksikan penampilan T-Koes dan dibuka dengan salam “Sudah makan belum ?”, tidak ada salahnya kita menjawab belum,
siapa tahu pihak manajemen T-Koes menyediakan makan malam bagi kita yang
menyaksikan penampilan mereka….heheheheh…J
Adapun
lagu-lagu yang dihidangkan oleh T-Koes secara lengkap yaitu : Laguku Sendiri,
Jangan Memaksakan Diri, Bis Sekolah, Hatiku Hatimu, Oh Kasihan, Senja, Diana,
Jangan Berulang lagi, Jemu, Tul Jaenak, Why Do You Love Me, O La La, Cintamu
Tlah Berlalu, Gadis Genit, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Hatiku Beku, Kelelawar,
Cinta Mulia, Mengapa, Mawar Bunga, Malam Ini, Let Me Free, Kusayang Padanya,
Luka, Kolam Susu, Kr. Pertemuan, Kota Lama, Hari Ini, Senja Kelabu, Bunga Di
Tepi Jalan, Terlambat, Rata-Rata, Selamat Berpisah, Pelangi.
Demikian
yang dapat kami sajikan mengenai penampilan T-Koes dalam rangka pulang kampung
di kota Malang. Mohon maaf untuk setiap rangkaian kata dan kalimat yang kurang
berkenan. Maju terus T-Koes dalam menyuarakan lagu-lagu Koes Plus bagi generasi
muda.
(Okky
T. Rahardjo, penggemar Koes Bersaudara & Koes Plus dari Surabaya—085645705091
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar