Entah sudah berapa kali saya
mengikuti pemilihan umum, lupa ya…Bukan karena usia saya yang tua yang membuat
saya sering mengikuti Pemilu. Namun di usia yang memasuki gerbang kepala tiga
ini berkali-kali pemilihan umum telah saya ikuti, semata karena memang situasi
negara ini yang terkesan mencari jati diri. Ya sebuah pengalaman baru dari
situasi yang bernama reformasi mengajarkan pada saya dan pemilih muda lain
untuk memilih pemimpin secara langsung dan terbuka.
Situasi ini tidak pernah saya
lihat ketika saya masih kecil. Saat itu semua seakan diharuskan tunduk pada
sebuah organisasi setengah partai, yang selalu menang saat pelaksanaan pemilu. Bagaimana
untuk memilih pemimpin ? Wah, tidak ada proses yang heboh sebagaimana yang
terjadi saat ini di Jawa Timur. Gubernur adalah pilihan dari Presiden, selaku
dalang utama dari segala suksesi yang terjadi di negeri ini. Saya pernah alami,
saat itu gubernur yang pernah melintas pada masa kecil saya adalah gubernur
Soelarso. Setelah itu, hadirlah seorang gubernur yang merupakan mantan wakil
gubernur Jakarta yaitu Basofi Soedirman. Eh, ternyata beliau adalah seorang
penyanyi dangdut yang mantab juga. Masih ingat lagu yang terkenal saat itu
adalah “Tidak Semua Laki-Laki”.
Sekali lagi kembali pada
pemilihan kepemimpinan, rasanya tidak pernah seheboh belakangan ini. Sekitar
dua puluh tahun lalu, semua pergantian kepemimpinan rasanya hanya lewat begitu
saja. Tinggal terima keputusan ketika Poernomo Kasidi menjabat walikota,
tinggal bungkus ketika mendapati Soenarto Sumoprawiro menduduki kursi nomor
satu di walikota. Apalagi untuk level gubernur, tidak ada rame-ramenya.
Kalau boleh dihitung, seingat
saya pemilu yang pernah saya ikuti diawali pada tahun 1999. Pemilu pertama pada
era reformasi. Wuih, banyak banget pesertanya…48 partai ya. Sampai saat itu ada
istilah “tiga ke kanan, lima ke bawah” untuk memilih sebuah parpol dengan nomor
urut tiga puluh lima. Setelah itu tahun 2004, ada pemilu lagi. Malah sampai dua
kali. Yang pertama, memilih anggota DPR. Selain itu, memilih Presiden yang
berlangsung secara seru. Tau kan, siapa yang menang. Hmm, iya beliaunya masih
bertengger di kursi kekuasaan saat ini.
Taun 2008, ada pemilihan umum
lagi yaitu pemilihan gubernur. Pemilu kali itu menurut saya melelahkan sekali
karena berlangsung hingga tiga putaran. Beragam pemilu yang saya ikuti, kaya’nya
yang lebih mengesankan adalah ketika terjadi pada tahun 2006 untuk memilih
kepala desa. Lumayan, dapat uang jalan. Hal ini berulang lagi tahun 2013 yang
terjadi lagi pemilihan kepala desa dengan kedua calon yang sama. Lagi-lagi
dapat uang jalan, wah seru bisa dibuat jalan-jalan ke Tunjungan Plaza waktu
itu, hehehehe…
Sudah ya, besok warga Jawa Timur
akan menghadapi pemilihan gubernur lagi. Calonnya ada yang sama, ada pula
tambahan yang baru. Mau pilih mana, ya terserah saja. Mau pilih yang berkumis
atau tidak, ya monggo. Mau golput, ya terserah saja…Mau tidak mencoblos, ya terserah
saja. Semua keputusan bergantung pada pilihan politik kita masing-masing. Doa saya, mudah-mudahan pemilihan umum yang
berlangsung besok pagi, 29 Agustus 2013, berlangsung dengan aman dan lancar.
Oya, sekedar sebagai pengingat
saja…Pasangan calonnya yaitu Soekarwo-Syaifullah Yusuf, Eggy Sudjana dan Sihat,
Bambang DH-Said Abdullah dan Khofifah_Herman “mantan Kapolda”. Monggo,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar