Jumat, 29 November 2013

Favourite's Group, Sebuah Jejak Langkah Dalam Musik Pop Indonesia





       Siapa yang tidak mengenal Favourite’s Group. Rasanya siapa pun yang mengaku sebagai penggemar musik pop Indonesia pasti mengenal nama grup musik ini. Favourite’s Group mulai eksis menapaki jagad musik populer Indonesia pada tahun 1972. Sejak saat itu ragam lagu yang mereka hasilkan menjadi hits yang mengakrabi telinga masyarakat Indonesia. Terlebih lagi ketika Mus Mulyadi masih berkutat sebagai vokalis band yang mengawali debut di bawah label Golden Hand ini.

            Mus Mulyadi memantabkan karier sebagai vokalis band ini pada album rekaman pertama yang bertajuk “Mawar Berduri”. Saat itu grup ini tidak berani memunculkan wajah mereka dalam cover album. Hal ini dikarenakan sebagian besar personelnya masih terikat kontrak dengan label lain. Pada album kedua, A. Riyanto dan Mus Mulyadi meneruskan langkah dengan menggandeng Is Haryanto pada drum dan Harry Toos pada gitar. Sementara posisi bass dirangkap oleh Mus Mulyadi sekaligus vokalis. Sementara A. Riyanto tetap sebagai pemencet organ Farfisa. Memasuki album ketiga, Tommy WS masuk sebagai pemain bass yang terus memantabkan Favourite’s Group sebagai lima personel hingga album keempat.

            Bertahun-tahun mereka mengalami pasang surut perjalanan karier yang dihiasi dengan bergantinya vokalis serta musisi pendukung. Berbagai sanjungan maupun cacian telah mereka alami sebagai bagian dari resiko menapaki karier di dunia industri musik Indonesia. Tuntutan eksistensi membuat satu per satu personel memiliki karier tersendiri di luar Favourite’s Group. Mus Mulyadi sang vokalis, lebih dulu berpisah dengan keempat rekannya untuk menapaki karier sebagai seorang penyanyi lagu-lagu Jawa dan keroncong yang mumpuni. Is Haryanto pun sempat mengajak Harry Toos membentuk grup duet yang fenomenl yaitu Two Faces. Selain itu Is Haryanto juga sukses memoles artis-artis baru di bawah naungan label Remaco. Bersama band pengiring yang dibentuknya yaitu De Meicy, Is Haryanto pun berhasil mengangkat nama-nama baru dalam jagad pop musik Indonesia melalui lagu-lagu karya ciptanya. Sepanjang Jalan Kenangan, Setulus Hatiku Semurni Cintamu, Sepanjang Lorong Gelap, dan Rek Ayo Rek merupakan contoh kemahiran beliau dalam berolah lagu. 

            Akan halnya A. Riyanto, yang dalam band ini bertindak sebagai pimpinan, juga sukses berat mendampingi laju beberapa karier penyanyi solo. Tetty Kadi, Grace Simon maupun Broery Pesolima merupakan contoh kesuksesan tangan dingin beliau dalam memoles bibit-bibit penyanyi baru. Saat itu perusahaan rekaman Remaco sering mempercayakan lagu-lagu beliau untuk dinyanyikan oleh penyanyi atau grup lain yang berada dalam naungan label yang sama. Sehingga kita mengenal bagaimana Tetty Kadi mengulang sukses lagu Mimpi Sedih yang dulu pernah dipopulerkan oleh Favourite’s Group. Senja Kelabu pun mantab membuat nama Grace Simon melambung, padahal ketika dibawakan sendiri oleh A. Riyanto dalam album kelima Favourite’s Group lagu ini masih kalah melejit dibandingkan Cinta Monyet.  Bimbo pun pernah menikmati olah karya A. Riyanto melaui lagu Balada Gadis Desa.

            Hanya Tommy WS yang kurang terlalu menonjol eksistensinya di luar Favourite’s Group. Meskipun begitu, Tommy adalah sosok personel yang setia yang tidak pernah meninggalkan Favourite’s Group sejak beliau bergabung pada album ketiga. Berbagai vokalis telah berganti seiring keluarnya Mus Mulyadi dari grup ini. Uniknya, para penyanyi pengganti tersebut memiliki kemiripan vokal dengan Mus Mulyadi. Sebuah usaha yang dengan wajar dilakukan untuk meraih kembali kesuksesan kala bersama Mus Mulyadi pada album-album awal mereka. Tersebutlah nama Mamiek Slamet dan Rahmat (Mat’s) yang pernah mengisi barisan vokal sebagai pengganti Mus Mulyadi. Namun begitu keberadaan mereka tampaknya tidak mampu benar-benar mengulang kesuksesan Favourite’s Group era empat album rekaman awal mereka. Selain itu, sosok penynayi asal Surabaya tersebut  seakan memang menjadi bayang-bayang tak tergantikan dalam tubuh Favourite’s Goup.

Keteguhan mereka dalam berkarya pada akhirnya mengalami ujian berat manakala ditinggal pergi selamanya oleh sang leader yaitu A. Riyanto pada 17 Juni 1994. Kepergian A. Riyanto merupakan pukulan berat bagi favourite’s Group, mengingat saat itu mereka baru saja bangkit dari kevakuman. Menyusul bangkitnya kembali band-band era ‘70an seperti Koes Plus, Panbers dan D’lloyd pada 1993, Favourite’s Group pun turut hadir memeriahkan panggung showbiz Indonesia. Penampilan Favourite’s Group di kota Surabaya pada 9 Oktober 1993 di Plaza Tirta Swimming Pool (kini ditempati Monkasel), tampaknya merupakan penampilan terakhir grup ini bersama A. Riyanto menyambangi penggemarnya di kota Pahlawan.

Meskipun tertatih, Favourite’s Group terus melangkah di beberapa panggung hiburan. Bersama tiga personel yang tersisa yaitu Is Haryanto, Mus Mulyadi dan Tommy WS mereka mencoba hadir memenuhi kerinduan penggemar terhadap lagu-lagu hits grup ini. Dibantu oleh beberapa additional player seperti Yul Cristal, Pius, Denny Sammy dan Raharjo mereka kerap tampil di beberapa acara televisi yang menghadirkan lagu-lagu nostalgia.

Pada tahun 2005, mereka sempat mengeluarkan dua album yang ternyata saat ini bisa dikatakan merupakan album terakhir mereka dalam berkarya di blantika musik Indonesia. Album  tersebut adalah Pop Indonesia berjudul “Katakanlah Ya Ya Ya” yang kemasan cover kasetnya menyerupai album yang dirilis oleh Coklat band. Hal ini mungkin saja terjadi karena kedua album tersebut direkam di bawah label Sony Music. Album kedua yaitu sebuah album berbahasa jawa yang diberi judul “Favourite’s Group Pop Jawa Campursari”. Mengapa kedua album tersebut masuk kategori album terakhir Favourite’s Group, hal ini dikarenakan setelah itu hingga kini tak pernah dijumpai lagi mereka merilis album. Apalagi pada tahun 2009, goncangan melanda Favourite’s Group setelah ditinggal oleh Is Haryanto menghadap Yang Maha Kuasa. Setahun setelah itu, Mus Mulyadi mengalami kebutaan yang diakibatkan oleh parahnya penyakit gula yang dideritanya. Bahkan belakangan diketahui pula Tommy WS dilanda stroke berkepanjangan sehingga tidak mampu menyandang bass gitar lagi.

Secara perlahan, kita masih mendengar Favourite’s Group tampil di beberapa even. Dibantu oleh Mamiek Slamet dan Nana (eks bassis Empat Nada), Mus Mulyadi masih eksis mengibarkan bendera grup yang didirikannya bersama A. Riyanto ini. Adapun Harry Toos sudah lebih dulu menghindari hingar bingar gemerlapnya industri musik Indonesia, dengan memilih fokus membina keutuhan keluarga. Penampilan besar mereka sepat dilihat publik sekitar tahun 2010 dalam acara “Zona Memori” Metro Tv dan konser The Legend di Istora Senayan Jakarta pada tahun 2011. Saat itu Mus Mulyadi tampil dalam kondisi yang sudah sangat memprihatinkan, tak bisa melihat sekelilingnya yang hadir. Namun begitu tak sedikit pun beliau kehilangan semangat sebagai seorang penghibur.

Demikian yang dapat kami sajikan mengenai salah satu grup musik yang pernah melintasi kegemilangan jagad industri musik pop Indonesia. Bagaimana pun juga, kita merindukan mereka untuk tetap bersuara memenuhi ruang dengar dan menimbulkan kesan di hati kita sebagai penikmat musik. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam rangkaian kata maupun kalimat. Jayalah selalu musik Indonesia.

Favourite’s Group kami merindukanmu !

( Okky T. Rahardjo, penggemar Favourite’s Group dari Surabaya—085645705091 )

2 komentar:

  1. Artikel tentang Favourite's group yang sangat menarik. Mas Oky punya info tentang vocalis group ini yaitu Rahmat atau Mat's ?

    BalasHapus
  2. Saya cuma mengenal Favorite's group dari beberapa lagunya, seperti Mimpi sedih, Senja kelabu dan beberapa lainnya. terima kasih mas Okky atas informasi mengenai perjalanan karier group ini yang selama ini belum saya ketahui......

    BalasHapus