Siapa yang tidak mengenal Favourite’s Group. Rasanya siapa pun yang mengaku sebagai penggemar musik pop Indonesia pasti mengenal nama grup musik ini. Favourite’s Group mulai eksis menapaki jagad musik populer Indonesia pada tahun 1972. Sejak saat itu ragam lagu yang mereka hasilkan menjadi hits yang mengakrabi telinga masyarakat Indonesia. Terlebih lagi ketika Mus Mulyadi masih berkutat sebagai vokalis band yang mengawali debut di bawah label Golden Hand ini.
Mus Mulyadi memantabkan karier sebagai vokalis band ini
pada album rekaman pertama yang bertajuk “Mawar Berduri”. Saat itu grup ini
tidak berani memunculkan wajah mereka dalam cover album. Hal ini dikarenakan
sebagian besar personelnya masih terikat kontrak dengan label lain. Pada album
kedua, A. Riyanto dan Mus Mulyadi meneruskan langkah dengan menggandeng Is
Haryanto pada drum dan Harry Toos pada gitar. Sementara posisi bass dirangkap
oleh Mus Mulyadi sekaligus vokalis. Sementara A. Riyanto tetap sebagai pemencet
organ Farfisa. Memasuki album ketiga, Tommy WS masuk sebagai pemain bass yang
terus memantabkan Favourite’s Group sebagai lima personel hingga album keempat.
Bertahun-tahun mereka mengalami pasang surut perjalanan
karier yang dihiasi dengan bergantinya vokalis serta musisi pendukung. Berbagai
sanjungan maupun cacian telah mereka alami sebagai bagian dari resiko menapaki
karier di dunia industri musik Indonesia. Tuntutan eksistensi membuat satu per
satu personel memiliki karier tersendiri di luar Favourite’s Group. Mus Mulyadi
sang vokalis, lebih dulu berpisah dengan keempat rekannya untuk menapaki karier
sebagai seorang penyanyi lagu-lagu Jawa dan keroncong yang mumpuni. Is Haryanto
pun sempat mengajak Harry Toos membentuk grup duet yang fenomenl yaitu Two
Faces. Selain itu Is Haryanto juga sukses memoles artis-artis baru di bawah
naungan label Remaco. Bersama band pengiring yang dibentuknya yaitu De Meicy,
Is Haryanto pun berhasil mengangkat nama-nama baru dalam jagad pop musik
Indonesia melalui lagu-lagu karya ciptanya. Sepanjang Jalan Kenangan, Setulus
Hatiku Semurni Cintamu, Sepanjang Lorong Gelap, dan Rek Ayo Rek merupakan
contoh kemahiran beliau dalam berolah lagu.
Akan halnya A. Riyanto, yang dalam band ini bertindak
sebagai pimpinan, juga sukses berat mendampingi laju beberapa karier penyanyi
solo. Tetty Kadi, Grace Simon maupun Broery Pesolima merupakan contoh
kesuksesan tangan dingin beliau dalam memoles bibit-bibit penyanyi baru. Saat
itu perusahaan rekaman Remaco sering mempercayakan lagu-lagu beliau untuk
dinyanyikan oleh penyanyi atau grup lain yang berada dalam naungan label yang
sama. Sehingga kita mengenal bagaimana Tetty Kadi mengulang sukses lagu Mimpi
Sedih yang dulu pernah dipopulerkan oleh Favourite’s Group. Senja Kelabu pun
mantab membuat nama Grace Simon melambung, padahal ketika dibawakan sendiri
oleh A. Riyanto dalam album kelima Favourite’s Group lagu ini masih kalah
melejit dibandingkan Cinta Monyet. Bimbo
pun pernah menikmati olah karya A. Riyanto melaui lagu Balada Gadis Desa.
Hanya Tommy WS yang kurang terlalu menonjol eksistensinya
di luar Favourite’s Group. Meskipun begitu, Tommy adalah sosok personel yang
setia yang tidak pernah meninggalkan Favourite’s Group sejak beliau bergabung
pada album ketiga. Berbagai vokalis telah berganti seiring keluarnya Mus Mulyadi
dari grup ini. Uniknya, para penyanyi pengganti tersebut memiliki kemiripan
vokal dengan Mus Mulyadi. Sebuah usaha yang dengan wajar dilakukan untuk meraih
kembali kesuksesan kala bersama Mus Mulyadi pada album-album awal mereka.
Tersebutlah nama Mamiek Slamet dan Rahmat (Mat’s) yang pernah mengisi barisan
vokal sebagai pengganti Mus Mulyadi. Namun begitu keberadaan mereka tampaknya
tidak mampu benar-benar mengulang kesuksesan Favourite’s Group era empat album
rekaman awal mereka. Selain itu, sosok penynayi asal Surabaya tersebut seakan memang menjadi bayang-bayang tak
tergantikan dalam tubuh Favourite’s Goup.
Keteguhan
mereka dalam berkarya pada akhirnya mengalami ujian berat manakala ditinggal
pergi selamanya oleh sang leader yaitu A. Riyanto pada 17 Juni 1994. Kepergian
A. Riyanto merupakan pukulan berat bagi favourite’s Group, mengingat saat itu
mereka baru saja bangkit dari kevakuman. Menyusul bangkitnya kembali band-band
era ‘70an seperti Koes Plus, Panbers dan D’lloyd pada 1993, Favourite’s Group pun
turut hadir memeriahkan panggung showbiz Indonesia. Penampilan Favourite’s
Group di kota Surabaya pada 9 Oktober 1993 di Plaza Tirta Swimming Pool (kini
ditempati Monkasel), tampaknya merupakan penampilan terakhir grup ini bersama
A. Riyanto menyambangi penggemarnya di kota Pahlawan.
Meskipun
tertatih, Favourite’s Group terus melangkah di beberapa panggung hiburan.
Bersama tiga personel yang tersisa yaitu Is Haryanto, Mus Mulyadi dan Tommy WS
mereka mencoba hadir memenuhi kerinduan penggemar terhadap lagu-lagu hits grup
ini. Dibantu oleh beberapa additional player seperti Yul Cristal, Pius, Denny
Sammy dan Raharjo mereka kerap tampil di beberapa acara televisi yang
menghadirkan lagu-lagu nostalgia.
Pada
tahun 2005, mereka sempat mengeluarkan dua album yang ternyata saat ini bisa
dikatakan merupakan album terakhir mereka dalam berkarya di blantika musik
Indonesia. Album tersebut adalah Pop
Indonesia berjudul “Katakanlah Ya Ya Ya” yang kemasan cover kasetnya menyerupai
album yang dirilis oleh Coklat band. Hal ini mungkin saja terjadi karena kedua
album tersebut direkam di bawah label Sony Music. Album kedua yaitu sebuah
album berbahasa jawa yang diberi judul “Favourite’s Group Pop Jawa Campursari”.
Mengapa kedua album tersebut masuk kategori album terakhir Favourite’s Group,
hal ini dikarenakan setelah itu hingga kini tak pernah dijumpai lagi mereka
merilis album. Apalagi pada tahun 2009, goncangan melanda Favourite’s Group
setelah ditinggal oleh Is Haryanto menghadap Yang Maha Kuasa. Setahun setelah
itu, Mus Mulyadi mengalami kebutaan yang diakibatkan oleh parahnya penyakit
gula yang dideritanya. Bahkan belakangan diketahui pula Tommy WS dilanda stroke
berkepanjangan sehingga tidak mampu menyandang bass gitar lagi.
Secara
perlahan, kita masih mendengar Favourite’s Group tampil di beberapa even.
Dibantu oleh Mamiek Slamet dan Nana (eks bassis Empat Nada), Mus Mulyadi masih
eksis mengibarkan bendera grup yang didirikannya bersama A. Riyanto ini. Adapun
Harry Toos sudah lebih dulu menghindari hingar bingar gemerlapnya industri
musik Indonesia, dengan memilih fokus membina keutuhan keluarga. Penampilan
besar mereka sepat dilihat publik sekitar tahun 2010 dalam acara “Zona Memori”
Metro Tv dan konser The Legend di Istora Senayan Jakarta pada tahun 2011. Saat
itu Mus Mulyadi tampil dalam kondisi yang sudah sangat memprihatinkan, tak bisa
melihat sekelilingnya yang hadir. Namun begitu tak sedikit pun beliau
kehilangan semangat sebagai seorang penghibur.
Demikian
yang dapat kami sajikan mengenai salah satu grup musik yang pernah melintasi
kegemilangan jagad industri musik pop Indonesia. Bagaimana pun juga, kita
merindukan mereka untuk tetap bersuara memenuhi ruang dengar dan menimbulkan
kesan di hati kita sebagai penikmat musik. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam
rangkaian kata maupun kalimat. Jayalah selalu musik Indonesia.
Favourite’s
Group kami merindukanmu !
(
Okky T. Rahardjo, penggemar Favourite’s Group dari Surabaya—085645705091 )
Artikel tentang Favourite's group yang sangat menarik. Mas Oky punya info tentang vocalis group ini yaitu Rahmat atau Mat's ?
BalasHapusSaya cuma mengenal Favorite's group dari beberapa lagunya, seperti Mimpi sedih, Senja kelabu dan beberapa lainnya. terima kasih mas Okky atas informasi mengenai perjalanan karier group ini yang selama ini belum saya ketahui......
BalasHapus