Pada
hari senin 2 Juni 2014 lalu saya mengalami kecelakaan. Lokasinya berada di jl. Jemur
Andayani, tepatnya di seberang kantor BRI cabang Jemur Sari dan eks supermarket
Plasa JS. Sepeda motor yang saya kendarai tiba-tiba tersenggol bagian belakang
truk. Saya terjatuh ke sebelah kanan. Ketika menahan keseimbangan tubuh, tangan
saya memegang body truk yang membuat tangan saya berdarah tanpa saya sadari. Saat
kejadian memang terasa sakit, khususnya punggung tangan yang luka berdarah dan
kaki yang terasa bengkak. Namun saat itu tidak terbersit sedikit pun untuk
menyalahkan siapa pun termasuk sopir truk yang menjadi “lawan serempetan” saya.
Makin
ke sini yang bisa saya rasakan hanyalah ucapan syukur yang saya berikan kepada
Tuhan yang masih mengasihi saya. Tidak terduga ada banyak hal yang seperti
sebuah pintu terbuka bahkan cenderung bagai keajaiban yang saya alami di balik
musibah kecelakaan yang saya alami.
Ijinkan
melalui tulisan ini saya membagikan beberapa “keberuntungan di balik kecelakaan”
yang Tuhan ijinkan pada saya :
1. Saya
bersyukur ketika kecelakaan tidak sampai jatuh ke kolong truk. Hanya berjarak
sekian centimeter saja dengan bagian roda truk. Bila hal itu terjadi, saya
tidak bisa membayangkan apa yang akan menimpa saya. Walaupun pada saat kejadian
saya hanya bisa pasrah karena kondisi yang sudah demikian mepet antara sepeda
motor saya dengan truk serta situasi pertigaan jalan yang macet. Beberapa orang
yng menolong sempat berkata “kalau sampean apes, bisa masuk kolong truk...”.
Terima kasih Tuhan saya sudah diluputkan dari kondisi yang membahayakan.
2. Saya
bersyukur melalui kecelakaan ini saya bisa mengalami waktu istirahat selama
sekian waktu. Bukan berarti saya tidak mau bekerja. Namun hidup dan bekerja di
kota Surabaya dengan sekian banyak urusan yang seakan tak berhenti, kadang
membuat tak sempat untuk istirahat. Tuhan ijinkan saya untuk merasakan
istirahat beberapa hari. Seorang tetangga saya berkata “tapi ya tidak segitunya
kali untuk istirahat...”. Tapi ya mau bagaimana lagi, ini yang jadi bagian
untuk saya alami. Ya dinikmati saja.
3. Saya
bersyukur bisa menrasakan perhatian istri saya secara berlebihan. Bukan berarti
istri saya kurang memperhatikan. Namun resiko hubungan jarak jauh membuat kami
sering tidak bisa merasakan kedekatan dalam waktu yang lama. Mulai istri saya
yang datang menjenguk ke Surabaya serta merawat di kota Madiun, semua saya rasakan
sebagai anugerah Tuhan dalam kehidupan rumah tangga kami.
4. Saya
bersyukur melalui kecelakaan yang saya alami bisa membawa kebahagiaan
tersendiri bagi anak saya. Beberapa bulan lalu kami diberi oleh salah seorang
tetangga sebuah mainan sepeda gajah. Namun kami kesulitan membawanya ke Madiun
tempat anak saya tinggal. Tidak mudah untuk membawa dari rumah di Surabaya
menuju Madiun, mengingat beratnya sepeda mainan tersebut. Sementara kalau menggunakan
jasa paket tentu mahal biayanya. Keesokan hari setelah saya kecelakaan, saya
dijemput oleh mobil gereja dari Madiun. Mobil tersebut diminta tolong oleh
keluarga di Madiun supaya membawa saya guna dirawat lebih baik di sana. Ketika mobil
penjemput datang, masuklah juga mainan sepeda gajah tersebut menuju Madiun. Terima
kasih Tuhan, di saat saya sakit sebuah masalah lain terselesaikan.
5. Saya
bersyukur melalui kecelakaan ini saya bisa menservis sepeda motor yang
sehari-hari saya pakai. Beberapa hari sebelumnya saat ganti oli saya sudah
disarankan oleh tukang bengkel untuk sesempatnya menservis motor karena kampas
rem depan sudah habis dan klaker ban belakang sudah goyah. Namun untuk
sementara waktu masih bisa dipakai. Usai saya mengalami kecelakaan, saya
jadinya harus menservis motor supaya lebih baik. Sekalian memperbaiki dua
bagian yang kurang tadi. Sisi lain, kalau saya lebih dulu servis lalu saya
kecelakaan, jadinya servis dua kali dong...
6. Salah
satu yang saya syukuri, saya bisa melewati bertambahnya usia anak saya secara
lebih dekat. Pada 1 Juni kami merayakan ulang tahun putri kami, Christina
Elvira. Lima hari lebih awal dengan asumsi hari itu hari Minggu dan saya sedang
berkunjung ke Madiun. Mungkin nanti pas tanggal 6 Juni, di hari ulang tahunnya
saya malah tidak ada di sana. Ketika saya kecelakaan dan harus istirahat di
Madiun, pada tanggal 6 Juni itu saya bisa mendampingi putri kami di hari
bahagianya. Saat usia dua tahunnya, saya bahagia ada di sisinya.
7. Ada
banyak hal lain lagi yang bisa saya syukuri melalui kecelakaan yang saya alami.
Setidaknya saya bersyukur melalui hal ini saya diperingatkan untuk lebih
berhati-hati saat berkendara di jalan raya. Saya bersyukur “hanya” bengkak kaki
dan luka sedikit di tangan yang berangsur pulih beberapa waktu ini. Saya bersyukur
luka di tangan bisa diatasi dengan daun binahong, tanpa harus dijahit d bagian
luka yang menganga. Saya bersyukur ketika usai kejadian masih bisa mengendari
motor sendiri untuk pulang ke rumah. Saya bersyukur ada adik, ada tetangga dan
rekan kerja yang bersedia menolong kebutuhan saya segera usai saya mengalami
kecekaan. Ada begitu banyak alasan dan makna yang saya syukuri melalui musibah
yang saya alami.
8. Ada
beberapa orang yang bertanya “Bagaimana
urusan dengan sopirnya..Apakah dia bertanggung jawab atau malah lari, dsb...”.
Mengetahui saya masih diberi kesempatan hidup, saya tidak sempat berpikir yang
negatif terhadap sopir truk yang kendaraannya bersinggungan dengan motor saya. Sebagian
lagi berkata “Beryukur saja kok nunggu
sakit...”. Setidaknya saya masih memiliki kesempatan untuk bersyukur,
sementara di sana sini ada begitu banyak orang yang mengalami keadaan sehat
tanpa kurang satu apa pun, tapi lupa untuk mengucapkan syukur.
Terima kasih sudah menyediakan waktu untuk
membaca tulisan saya ini.
Mohon maaf kalau ada rangkaian kata dan kalimat yang
kurang berkenan. Mudah-mudahan mampu membuat kita tidak lupa untuk bersyukur
dalam segala keadaan. Tuhan memberkati.
( Okky T. Rahardjo, 085645705091 )
nara bersama ayah dan ibu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar