Tahun ini kali ketiga saya ikut jaga malam di kampung. Biasanya setiap tahun papa saya yang terlibat tugas. Setelah beliau meninggal, jadilah saya yang menggantikan posisi tersebut. Sebenarnya bukan dengan rela hati saya mengajukan diri untuk tugas jaga. Namun sejak ditinggal papa saya, tidak mudah mencari pengganti sekalipun seorang. Jadilah saya yang anaknya diminta untuk menggantikan.
Jaga malam biasanya terdiri dari tiga orang. Dua orang tetap yaitu pak Wawan dan papa saya. Papa saya mengambil kesempatan untuk jaga sebagai solidaritas menghormati warga yang beragama lain. Sementara warga lain merayakan hari raya di kampung halaman, papa yang seorang Kristen membantu keamanan kompleks dalam lingkup satu RT. Sementara pak Wawan ikutan jaga karena tidak pulang kampung. Alasan lain tentang beliau sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya, yang membahas tentang lebaran ala Sunda. Satu lagi dicarikan dari warga yang tidak mudik.
Nah mencari warga untuk mau jaga ini yang tidak mudah. Dua personel sudah pasti ada. Setelah papa saya meninggal, tidak mudah mencari ganti. Akhirnya saya yang maju. Sebagaimana kebiasaan orang masa kini, lebih baik bayar iuran daripada ikutan jaga malam. Tahun 2016 ini yang jaga jadi empat orang. Saya tetap jaga bersama pak Wawan. Sementara dua lagi kebetulan ada dua warga yang tidak ikut mudik.
Liku-liku jaga kampung ini memang tidak mudah dan banyak ditemui hal-hal yang unik dan bahkan aneh-aneh. Pernah pak Wawan menangkap dan menginterogasi seorang pria yang mengamati situasi perumahan. Dia bilang berasal dari Bandung. Pak Wawan yang asalnya dari Garut mencoba berkomunikasi dalam bahasa Sunda. Eh, diajak ngomong kesana-kemari ternyata ga nyambung bahasa Sunda. Lah ini warga Bandung nomer berapa ga paham bahasa Sunda. Tak ambil pusing, pria ini diserahkan ke pos Satpam. Dua jam di pos satpam, pria ini dilepaskan. Tak disangka, pria ini golongan orang KW alias Kurang Waras. Hehehe....
Pernah juga kami bertiga memergoki anak mantan ketua RT yang memasukkan teman cewek ke dalam rumah nya. Kondisi rumahnya sedang sepi. Ayah ibunya sedang bepergian dalam suasana lebaran. Seakan sudah direncanakan, cewek ini datang ke rumah anak mantan ketua RT ini. Yang kami tahu, dia datang dan memarkir motornya di depan rumah. Tapi yang kami tak paham, kenapa tiba-tiba rumahnya jadi tertutup rapat. Pintu dan jendela seperti tak ada cela dari luar.
Tak menunggu lama, kami mengepung rumah itu. Kami mondar-mandir di depan rumahnya, seakan membuat gangguan kecil. Kami sengaja tidak mendobrak atau menggerebek, karena masih menghargai orang tuanya. Seperti tahu kalau dicurigai, pasangan umur belasan tahun ini pun keluar rumah. Saya kebagian menanyakan perbuatan mereka di dalam rumah. Seperti biasa, jawaban klise kami dapat "tidak ngapa-ngapain, om...". Saya lihat wajah yang cewek langsung jadi muram, pucat dan kaki gemetaran. Adapun yang cowok tidak berani menatap wajah kami. Malamnya, giliran pak Wawan yang mengadukan ke orang tua cowok tersebut.
Jaga kampung atau jaga malam tidak seru kalau tidak ada kisah mistisnya. Kami pun pernah mengalaminya juga. Pak Samsul, salah satu rekan jaga, pernah ketika duduk sendiri sambil memgawasi situasi malam. Tiba-tiba dia merasakan ada angin berhembus. Anehnya, daun dan tanaman di sekitarnya diam saja seperti tidak ada apa-apa. Angin tiba-tiba hilang. Tak lama peristiwa itu berulang lagi.
Saya pun pernah mengalami pula ketika kontrol. Pada suatu malam sambil membawa senter keliling kompleks RT. Saat berjalan tiba-tiba seperti ada yang mengikuti. Ada jejak langkah yang jelas terdengar di belakang. Tapi ketika ditengok, tak ada satu pun sosok terlihat.
Sementara pak Wawan pun pernah mengalami pula hal yang mengganggu. Saat usai bakar-bakar sampah, tiba-tiba kakinya seperti tidak bisa dibuat jalan. Pertama kaki kiri, lalu yang kanan juga terasa berat. Setelah dipanggilkan tetangga yang "ngerti penerawangan", diketahui kalau penunggu daerah rerumputan itu seperti terganggu sehingga berbuat usil pada pak Wawan. Setelah dipijit sejenak sama tetangga tersebut, pak Wawan sudah mulai bisa berjalan dengan normal. Ah, ada-ada saja...
Namun gangguan paling mengerikan datangnya dari makhluk manusia. Ada salah seorang tetangga yang tidak mau bayar iuran keamanan. Alasannya, dia mau jaga sendiri rumahnya. Bahkan ditantangnya kami, kalau ada pencuri datang dia tidak akan membutuhkan kami. Dia sendirian akan menghadapi dengan jurus silat yang dimiliki. Wah susah sama makhluk yang satu ini....
(Okky T. Rahardjo, 085645705091, D06F638E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar