Selasa, 17 November 2009

Berbincang dengan Wan, sahabat Murry Koes Plus


Minggu 18 Oktober 2009 lalu siaran radio acara Koes Plus Mania di Radio Pendidikan (Rapendik) 1503 AM dan 107,5 FM yang disiarkan di Dinas Pendidikan Jawa Timur, mengangkat sebuah topik yang menarik yaitu Mengenal Sisi lain Dari Murry Koes Plus. Menjadi menarik karena saat itu menghadirkan salah seorang tetangga yang juga sahabat dekat pak Murry saat berada di Surabaya. Dia adalah Wan yang sering dipanggil dengan sebutan Pak Wan atau Cak Wan. Pak Wan yang dalam kesehariannya sering menggunakan kopiah putih ini adalah tetangga satu gang dengan pak Murry. Rumah mereka sama-sama berada di Jl. Genteng Butulan, sebuah gang yang sempit yang berada di kawasan Gentengkali dan berada tepat di samping gedung Dinas Pendidikan Jawa Timur (dulu disebut dengan gedung P&K dan bekas sekolah SMAN 3 Surabaya). Wan bercerita bahwa beliau mengenal Murry sangat dekat sekali. Dalam kisahnya, beliau mengatakan kalau Murry sebenarnya dilahirkan di Jl. Kraton dekat Alun-Alun Contong (sekarang jl. Bubutan) di mana saat itu Murry kecil dititipkan di rumah kerabat selama 3 bulan. Sampai akhirnya beliau dipindahkan ke rumah orang tua yang terletak di Jl. Genteng Butulan 21 Surabaya. Rumah Wan sendiri berada di no 18.

Kenangan yang paling berkesan bersama Murry adalah ketika siang hari Murry lebih suka menyendiri bermain gitar di tangga di dalam rumahnya, Wan sebagai sahabat setia menemani sambil disuruh bernyanyi. Wan sendiri sempat satu sekolah dengan Murry saat kelas I SMP itu pun hanya sekitar 3 bulan, karena berikutnya Wan pindah ke SMP di jl. Praban. Murry saat SMP bersekolah di SMP Muhammadiyah 2 Surabaya dan melanjutkan SMA di Taman Siswa. Uniknya, saat ini justru Wan bekerja menjadi penjaga sekolah di SMP tempat Murry bersekolah dulu.

Saat SMP, Murry memiliki seorang guru yaitu Bpk. Imam Suyuti Eka yang membimbing Murry bermain musik. Pak Imam menyediakan rumahnya di Jl. Ketandan gang II untuk latihan Murry bersama teman-temannya. Bahkan sampai membentuk band bocah "Mega Ria" sebelum akhirnya Murry saat remaja bergabung dengan Irama Jangger. Dan karena melihat banyak teman-temannya yang pindah ke Jakarta untuk memulai karier musik, maka Murry mempunyai keinginan akan hal yang sama. Ayahnya semula tidak setuju. Tapi karena kegigihan hatinya, Murry akhirnya berangkat dengan modal dari hasil penjualan sepeda milik ayahnya. Ketika Murry tampil di Surabaya, Wan sering diminta datang untuk mengenang masa lalu bahkan sampai diajak menginap di hotel tempat Murry dan personel Koes Plus lain tinggal. Bila Wan tidak mau datang, maka Murry akan sangat jengkel sekali karena sudah saking rindunya beliau pada sahabat lamanya ini. Dalam kesempatan siaran ini ada pula yang bertanya, apakah Murry ada keturunan Arab sebagaimana kebanyakan pemain drum yang dulu, Wan menjawab bahwa kemungkinan garis keturunan Arab ada pada diri seorang Murry karena masih ada keluarga dan kerabat Murry yang sampai saat ini berada di Boto Putih sebuah perkampungan Arab dekat dengan komplek makam Sunan Ampel. Rumah Murry saat ini sudah tidak berbentuk rumah melainkan menjadi sebuah tanah kosong atau biasa disebut dengan "Tanah Murry". Karena bangunan yang semula bernomor 21 itu sudah hancur dengan sendirinya termakan usia dan tanah nya dibeli oleh tetangga depan rumah yang bernomor 38. Pada akhir acara Wan sempat melepas rindu dengan berbicara melalui telepon kepada Murry, sang drumer legendaris dari Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar