Ketika
hari beranjak malam dan jam dinding berbunyi sebanyak dua belas kali,
saya mulai sadar bahwa bukan hanya hari yang berubah namun juga bulan
yang sudah waktunya berlalu. Malam itu bulan April meninggalkan
keperkasaannya digantikan oleh sang bulan kelima yang sudah bersiap
melanjutkan tugas mengisi tahun 2013 ini. Saat itu juga saya
menyadari bahwa usia kaset yang ada di depan saya ini sudah tiga
puluh tiga tahun.
Malam
itu saya mengisi ruang dengar saya dengan sebuah album berirama
keroncong milik Koes Bersaudara jilid kedua. Album ini merupakan
album ketiga pada masa bergabungnya kembali keempat personel Koes
Bersaudara pada tahun 1977. Setelah mereka sukses dengan album seri
perdana “Kembali” dan menancapkan tajinya di industri musik
populer melalui pop jawa yang melejitkan tembang bertajuk
“Bunder-Bunder”. Kali ini kreasi mereka tertuang dalam sebuah
album berirama keroncong.
Pemilihan
album keroncong ini tentu melalui proses rembugan yang tidak mudah,
mengingat ada banyak genre yang pernah dikeluarkan pada masa keemasan
Koes Plus. Tonny Koeswoyo sebagai pimpinan grup tentu memiliki
pertimbangan tersendiri mengapa pada album ketiga ini mengeluarkan
album keroncong, bukan pop melayu atau jawa melayu misalnya.
Baju
Merah karya Nomo Koeswoyo dipilih sebagai pembuka yang cukup tepat
mengingat album Koes Bersaudara jilid kedua yang dirilis seakan harus
mengidentikkan dengan seorang Nomo Koeswoyo. Ya, Nomo Koeswoyo
merupakan seorang yang menjadi ikon keberadaan Koes Bersaudara. Tidak
lengkap membicarakan Koes Bersaudara tanpa identik dengan sosok
penabuh drum ini.
Menyadari hal tersebut, ketiga album awal Koes Bersaudara era 1977
ini pun selalu menampilkan karya dan vokal Nomo pada bagian pembuka.
Simak saja album perdana mereka yang menempatkan lagu Kembali yang
dinyanyikan Nomo Koeswoyo dengan mantab. Pop Jawa mereka pun dibuka
oleh vokal khas Nomo melalui lagu Bunder-Bunder. Demikian juga pada
album ini yang menghadirkan karya dan vokal Nomo Koeswoyo pada lagu
Baju Merah.
Baju Merah merupakan sebuah lagu yang bisa disebut “Nomo banget”
karena sangat unik dan penuh khas seorang Nomo Koeswoyo. Terkesan
spontan, apa adanya namun tidak asal-asalan. Sesuai dengan
karakteristik Nomo Koeswoyo yang cenderung bloko suto pada siapa pun
yang ditemui.
Pada urutan kedua kita menjumpai vokal Yon Koeswoyo yang mengisi lagu
Terkenang-Kenang. Kali ini kita melihat identiknya seorang Yon
Koeswoyo pada lagu yang diciptakan. Cenderung seperti seorang yang
bertutur dengan kata pengganti “aku” kita diajak menikmati
pengalamannya yang berjumpa dengan seorang gadis yang pada akhirnya
tak pernah dijumpai lagi. Yon Koeswoyo memang seorang pencipta lagu
yang mampu menjalin komunikasi dengan akrab pada pendengarnya melalui
syair lagu yang ditulisnya.
Pola yang sama kita jumpai pada tembang yang diberinya judul “Dendang
Malam”. Yon Koeswoyo mengajak kita untuk mendengarkan curahan
hatinya yang hanya mau dibagikan berdua, antara beliau bersama
pendengar. Namun supaya suasana batin dalam lagu ini sampai pada
relung hati kita, Yon Koeswoyo seakan mengajak kita supaya ada
baiknya lagu ini didengarkan di sebuah kamar yang gelap diterangi
pantulan sinar bulan purnama. Mau dicoba, rasanya nikmat sekali
mendengarkan suaranya yang melankolis.
Poin penting dari pembuatan album Koes Bersaudara adalah kerinduan
Nomo Koeswoyo untuk berkumpul lagi bersama saudara-saudaranya. Suatu
hal yang telah lama beliau utarakan sejak lama melalui lagu Rindu
yang direkamnya dalam album No Koes. Pada album ini pun beliau
kembali menyatakan isi hatinya yang tak tertahankan itu melalui
sebuah karya manis yang bernama “Keroncong Rindu”. Mungkin kita
akan menganggap berlebihan, tapi memang demikianlah kerinduan hati
seorang Nomo Koeswoyo terhadap saudara-saudaranya. Keroncong Rindu
dibawakan secara pelan dan menyayat hati, bagaikan seorang yang telah
terpisah jauh dari kekasih yang disayanginya.
Pada bagian lain, Nomo juga mampu mengajak pendengarnya bergembira
melalui sebuah lagu yang lucu, unik, menghibur namun tetap
mengedepankan harmonisasi vokal dan musik. Kuda Kepang adalah lagu
keroncong namun mampu mengajak kita bergoyang. Pada lagu ini
sebenarnya Nomo juga mengungkapkan kerinduan hatinya yang disampaikan
secara lugas melalui pantun yang terdengar jenaka. Coba dengarkan
keunikan lagu ini…
Yok Koeswoyo sebagaimana biasa hanya menyumbangkan sedikit lagu dalam
setiap album yang direkam. Kali ini karya indahnya tertuang dalam
sebuah lagu yang diberinya judul “Dekat Di Hati”. Vokalnya yang
lembut membuat hati kita tenteram kala mendengarkan lagu semata
wayangnya ini. Yok Koeswoyo memang teruji dan mumpuni sekalipun harus
mendendangkan lagu berirama keroncong. Sekali munculnya membuat kita
merindukan kembali kehadiran vokalnya dalam karya-karya berikutnya.
Salah satu pihak yang bergembira dengan bersatunya kembali keempat
bersaudara ini tentu saja adalah Koeswoyo Senior. Beliau yang selama
ini menyumbangkan karya untuk Koes Plus dan No Koes, kali ini juga
menyisipkan lagu untuk didendangkan putranya. Kenanga yang Kusayang
merupakan judul lagu yang beliau titipkan untuk direkam di album
diproduksi oleh Remaco ini. Yon Koeswoyo sekali lagi mampu
mengeksekusi amanah ini dengan begitu sempurna.
Lalu bagaimana dengan sang maestro, Tonny Koeswoyo. Pada album ini
beliau menyumbangkan pemikirannya pada tiga buah lagu hasil karyanya.
Salah satu yang istimewa adalah sebuah lagu yang diberinya judul
“Hanya Kepadaku”. Sebuah lagu cinta yang dibawakan secara
romantis dibalut alunan musik keroncong nan membius. Vokal yang gagah
dan mantab terdengar dari untaian suara beliau, seakan membuktikan
kepiawaiannya yang masih tiada tertandingi saat itu. Saya berani
angkat kedua jempol untuk lagu ini. Salut om…
Salah satu yang juga istimewa adalah sebuah tembang penutup karya
Tonny Koeswoyo yang berjudul “Penjaga malam”. Setelah beberapa
profesi yang lain dijadikan tema dalam sebuah lagu, kali ini tukang
ronda malam mendapatkan giliran diapresiasi melalui sebuah karya
lagu. Begitu luas wawasan dan imajinasi sang maestro dalam
mengeksplorasi kesendirian seorang penjaga malam yang menjalankan
tugas menjaga keamanan tanpa banyak kata yang berlebihan. Yon
Koeswoyo sekali lagi mampu menerjemahkan lagu ini melalui vokalnya
yang begitu lugas dan terdengar renyah. Pada album ini Tonny Koeswoyo
juga menghadirkan karya yang dinyanyikan oleh Yon Koeswoyo berjudul
“Aku Menanti”.
Catatan lain mengenai album ini adalah digunakannya gitar sebagai
pengiring lagu keroncong yang disenandungkan, sehingga nuansa
keroncong makin terjaga dengan rapi. Hal ini membedakan dengan kala
Koes Plus merilis album pop keroncong yang menggunakan organ sebagai
pengiring melodinya.
Cover album ini seakan diambil secara spontan kala mereka berjalan di
Taman Mini Indonesia Indah. Konon gambar tersebut merupakan salah
satu adegan dalam video klip lagu Kembali. Yang unik, wajah Tonny
Koeswoyo terlihat “sangar” tidak seperti biasanya yang begitu
rapi. Rambut panjangnya dibiarkan terurai dipadu kaca mata besar
seakan mengingatkan kita pada sosok John Lennon, seorang musisi asal
Inggris. Jarang sekali kita melihat Tonny Koeswoyo mengurai rambut
bergelombangnya, salah satu penampilan beliau yang seperti itu bisa
kita lihat pada album Koes Plus volume 8 pada cover kaset.
Yang menarik, side B pada kaset ini diisi oleh musisi-musisi yang
perjalanan kariernya selama ini dibesarkan oleh Nomo Koeswoyo. Sebuah
langkah yang bijak untuk tidak melupakan rekan-rekan seperjuangannya
dulu. Salut pak Nomo…
Jarum jam makin menunjukkan waktu jauh meninggalkan tengah malam.
Kantuk dan lelah mulai melanda. Inilah saatnya untuk beristirahat
dengan sebuah harapan datangnya kebahagiaan di bulan yang baru ini. Sayup-sayup album keroncong yang saya dengar pun mulai menunjukkan ending pada lagu terakhir.
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai sebuah album dari Koes
Bersaudara. Mohon maaf atas segala rangkaian kata dan kalimat yang
kurang berkenan. tegur sapa dan masukan dari penggemar Koes
Bersaudara & Koes Plus tentu sangat saya harapkan. Jayalah selalu
musik Indonesia. Terima kasih atas perhatiannya.
Okky T. Rahardjo ( Penggemar Koes Plus dari Surabaya—085645705091 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar