“Suroboyo,
rame tenan..Rame tenan kahanane, mobil becak, lan bis kota, tukang becak ora
ketinggalan..” Sebaris kalimat di atas merupakan penggalan dari syair lagu yang
pernah disuarakan oleh sebuah grup musik yang terdiri dari empat orang
bersaudara. Kali Ini kita akan melihat sejenak sosok sebuah grup band yang
lahir dari kota Surabaya yaitu Usman Bersaudara. Keempat personel grup ini
terdiri dari Usman, Said, Sofyan dan Mamo Agil. Mereka adalah salah satu contoh
figur keberhasilan perjuangan seorang
yang berangkat dari daerah menuju ibu kota, dengan segala keterbatasan modal
serta fasilitas.
Usman
Bersaudara mengeluarkan album rekaman mereka pertama kali pada tahun 1976
dengan tajuk “Omong Kosong”. Album ini direkam di bawah label Indah Records
dengan hits Kasih Mama. Uniknya grup ini terletak pada vokalisnya yaitu Sofyan
yang memainkan alat music drum. Tidak seperti umumnya grup lain yang vokalisnya
adalah pemain gitar atau keyboard.
Usman
Bersaudara menunjukkan jati diri sebagai grup musik yang serius tapi santai. Sebagian
lagunya bernuansa jenaka walaupun sebagian yang lain tetap merupakan pop
Indonesia yang serius. Grup bersaudara ini lahir dari kota Surabaya, karena itu
dalam beberapa lagunya mereka berusaha menampilkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kampung halaman mereka itu dalam lagu-lagu yang mereka
hasilkan.
Kita
dapat melihat nuansa kota Surabaya melalui lagu-lagu jawa yang direkam oleh
Usman Bersaudara. Guyonan, parikan, senggakan dan istilah yang sering diucapkan
oleh anak-anak muda khas Surabaya pada masa itu dilagukan dengan baik oleh
keempat bersaudara yang tumbuh di jl. Ngagel Mulyo itu. Simak saja pop jawa
vol. 1 yang memuat lagu Jaran Teji, Teng Tengan Ciluk, Kulo Nuwun dan Markeso
yang sangat khas Suroboyo banget.
Pada
album kedua pop jawa mereka juga masih menampilkan Surabaya dalam lagu “Motor
Mogok” yang sebagian baris lagunya tertulis di atas. Lebih mengena lagi dalam
album kelima yang berjudul Ngombe, Usman Bersaudara menggambarkan kebiasaan
beberapa anak muda yang suka “minum” dengan menyelipkan guyonan khas. Saat itu
digambarkan Usman sedang sakit perut karena banyak “minum”, bahkan Sofyan
mengingatkan kalau ngombe, ojo lali tambule…khas Suroboyoan.
Pada
tahun 1983, karena lama meninggalkan kota Surabaya, Usman bersenandung melalui
lagu dangdut berbahasa Jawa judulnya Hallo Surabaya. Lagu ini terdengar cukup
mengharukan dengan untaian kalimat yang mampu mendeskripsikan kerinduan seseorang
pada kampung halamannya. Berikut sebagian cuplikan syair lagunya.
“ Halo Cak..Halo Cak..Suroboyo, yo’opo
kabare..mergo wis suwe aku ‘ra tau mulih..
Halo Cak..Halo Cak, Suroboyo opo
tambah rame..krungu, krungu dalane wis tambah gede…
Mobil, bemo, taksi lan bis kota
saiki ono dalane dewe-dewe..
Gedung biskop wis ono, kolam renang
wis ono, komplit maneh panganane..”
Sekian
tahun berlalu, Usman Bersaudara lama tak terdengar kabar beritanya. Berkali-kali
album mereka rekam namun tak terdengar lagi gaungnya seperti pada masa kejayaan
mereka dulu . Album mereka yang terakhir terhitung rekaman pada tahun 1994
yaitu Percayalah dan Pop Jawa Marlena Tukang Jamu. Usman sendiri secara pribadi pernah tampil
pada peringatan tujuh belas agustusan di sebuah panggung sederhana pada tahun
2006 di SDN Ngagel Rejo I (Balantara). Hal ini mengingatkan pada masa awal
mereka merintis karier yang berkiprah dari satu panggung ke panggung lain pada
perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Setahun berikutnya, Usman Bersaudara
secara full team sempat diundang untuk tampil di gedung balai pemuda menjelang
hari ulang tahun kota Surabaya.
Saat
ini menjelang hari jadi kota Surabaya ke-720, kita merindukan band seperti
Usman Bersaudara yang melagukan kota Surabaya dalam baris syair dan nada
mereka. Saat ini musisi asal kota Surabaya memang segudang, tapi tidak banyak
yang bersuara tentang kota Surabaya. Cak Usman sendiri telah tiada, namun
karya-karyanya akan selalu tetap kita kenang.
Usman
Bersaudara, kami merindukanmu…
sumber foto : cak arie damai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar