Rabu, 01 Mei 2013

Sebuah Catatan Tentang Album New Favourite's Group 1977

   
 







    Pertengahan tahun 1977 penikmat musik pop Indonesia dikagetkan dengan munculnya Favourite’s Group yang tampil dengan formasi berbeda. Kemunculannya yang mengejutkan ini benar-benar mampu membawa suasana baru pada hingar bingar persaingan industri musik kala itu.

       Setelah sekian waktu mereka tampil berempat dengan formasi A. Riyanto, Is Haryanto, Harry Toos dan Tommy WS kali ini mereka mencoba peruntungan nasib dengan menambahkan seorang vokalis utama yaitu Mamiek Slamet. Saat itu Mamiek sedang melejit sebagai seorang penyanyi pendatang baru yang mengawali debut dengan sebuah hits “Liku-Liku Hidup”. Is Haryanto yang menciptakan lagu tersebut pada akhirnya merekomendasikan pada rekan-rekannya di Favourite’s Group untuk menggandeng Mamiek mengisi kekosongan posisi vokalis.

      Kematangan vokal Mamiek tampaknya tidak sulit untuk menyesuaikan dengan musik Favourite’s Group yang memang sudah memiliki ciri khas tersendiri, apalagi ditunjang sepintas warna vokalnya yang mirip dengan Mus Mulyadi mampu mengobati kerinduan penggemar akan munculnya kembali Favourite’s Group era awal karier mereka.

     Sekian lama penggemar musik pop menantikan bangkitnya Favourite’s Group yang setelah ditinggal Mus Mulyadi selepas album keempat, seakan sulit untuk menghadirkan kejutan pada album yang mereka hasilkan selanjutnya. Hal ini tidak berlebihan, mengingat album rekaman mereka volume kelima dan seterusnya kurang menimbulkan ledakan yang besar walaupun tidak bisa dikatakan gagal sama sekali.

     Pada tahun 1977 inilah seakan Favourite’s Group menemukan titik balik kesuksesan mereka kembali di dunia musik Indonesia. Segera saja telinga kita disapa dengan akrab oleh Mamiek Slamet melalui “Romantika” yang beliau dendangkan dengan manis. Seakan kita tidak asing dengan lagu ini walaupun baru pertama kali mendengarkan. Kehebatan Harry Toos dalam meracik nada dan irama benar-benar patut diacungi jempol. Album yang bertajuk New Favourite’s Group 1977 ini benar-benar fresh sampai di pendengaran kita. Baru, namun tidak terasa asing bagi yang menikmatinya.

     Selanjutnya kita disajikan kemantaban vokal arek Sidoarjo ini melalui lagu yang menyentuh hati karya A. Riyanto yang berjudul “Patung Emas Bermata Intan” sebuah karya lagu yang cukup membuat penasaran pendengarnya. Lantunan vokal khas mamiek Slamet inilah yang mampu membuat dirinya menjadi seorang penyanyi yang patut diperhitungkan dan patut disejajarkan dengan vokalis yang lebih senior terjun di dunia hiburan populer Indonesia. Mamiek juga menyediakan diri menyajikan Hutang Budi (A.Riyanto) dan Akhir Cintaku (Is Haryanto) yang membuat album ini makin terasa menawan.

       A.Riyanto atau yang biasa disapa Mas Kelik pada album ini tak ketinggalan menyumbangkan vokalnya yaitu pada tembang yang berjudul “Pesta Ajojing”. Tampaknya A. Riyanto mencoba mempopulerkan perilaku trend anak muda masa itu yang mulai gandrung dengan gerakan ajojing. Pada era Remaco, semua personel Favourite’s Group mulai berani unjuk suara dan karya, sesuatu yang tak wajar kita jumpai saat mereka masih dalam naungan Golden Hand. Karena itu dalam album ini pun semua personel mendendangkan suara emasnya.

      Is Haryanto yang bersuara berat mengajak kita untuk menikmati lagu yang bertajuk “Kau” yang beliau nyanyikan secara koor. Lagu ini kelihatannya memang tidak bergaya Favourite’s Group namun menurut saya memang bergaya Is Haryanto yang selalu mencoba bereksperimen dalam setiap karyanya. Selanjutnya sang pemetik bass dan bersuara sayu yaitu Tommy WS mencoba memperkenalkan kita pada sosok seorang gadis bernama “Maria” yang disajikan secara melankolis. Sebuah lagu sederhana yang bila kita dengarkan kala sendirian di tengah malam disertai hujan rintik-rintik, membuat kita terhanyut pada situasi yang dibangun pria dari Solo ini.

     Bagaimana dengan Harry Toos, karyanya mengawali dan menutup komposisi pada album yang berseri RMC-1075 ini. Sebagaimana biasanya, bila Harry Toos bernyanyi selalu terkesan unik, nakal dan menggemaskan pada syair lagu yang dibuatnya. Kali ini kita diajaknya tertawa melalui karyanya yang berjudul “Asal Makan”. Kala itu banyak slogan yang dibuat oleh anak-anak muda sebagai lelucon dalam percakapan. Slogan itu dibuat semaunya dan asal jadi. Harry Toos menangkap fenomena itu dan merekamnya pada sebuah lagu yang sangat menggelitik namun tetap dikemas secara dewasa, hal inilah yang membedakan karya Harry Toos dengan lagu yang berbau komedi yang populer masa itu.

     Pembuatan cover album ini pun terkesan sederhana, tidak berlebihan namun juga tidak bisa dibilang sembarangan. Secara gagah kelima personel berjajar di depan stusio Remaco tempat mereka berkreasi dan berproduksi. Uniknya, album ini sempat muncul dalam dua versi dengan cover yang berbeda. Versi kedua album ini adalah menampilkan gaya personel yang berfoto persis seperti pada album pop jawa Favourite’s Group 1977. pose yang khas adalah A.Riyanto duduk di kursi dikelilingi keempat personel lain. Hanya saja pada versi kedua album ini ditambahkan sebuah lagu yang bertajuk “Terima Kasih Kami” karya Is Haryanto yang dipersembahkan kepada seluruh khalayak sebagai ucapan terima kasih karena telah mendukung keberhasilan mereka di dunia hiburan.

     New Favourite’s Group 1977 merupakan sebuah album yang sayang untuk dilewatkan. Dendang manisnya selalu kita rindukan walau berpuluh tahun telah berlalu. Sampai hari ini, tak henti kita akan mengenang keberadaan Favourite’s Group salah satu legenda musik Indonesia yang mampu membunyikan gema di sela riuh rendah gaung musik populer Indonesia.

      Demikian yang dapat kami sajikan sebagai catatan tentang album Favourite’s Group. Mohon maaf atas setiap kata dan kalimat yang kurang berkenan. Jayalah selalu musik Indonesia. 

Okky T. Rahardjo (penggemar Favourite’s Group dari Surabaya-085645705091)

1 komentar:

  1. Tulisan yang menarik nih....oh ya..pada tahun 80an vokalis group ini adalah Rahmat S kalau ga salah....hanya saja informasi tentang formasi ini minim sekali :)

    BalasHapus