Pertengahan
tahun 1977 penikmat musik pop Indonesia dikagetkan dengan munculnya
Favourite’s Group yang tampil dengan formasi berbeda. Kemunculannya
yang mengejutkan ini benar-benar mampu membawa suasana baru pada
hingar bingar persaingan industri musik kala itu.
Setelah
sekian waktu mereka tampil berempat dengan formasi A. Riyanto, Is
Haryanto, Harry Toos dan Tommy WS kali ini mereka mencoba peruntungan
nasib dengan menambahkan seorang vokalis utama yaitu Mamiek Slamet.
Saat itu Mamiek sedang melejit sebagai seorang penyanyi pendatang
baru yang mengawali debut dengan sebuah hits “Liku-Liku Hidup”.
Is Haryanto yang menciptakan lagu tersebut pada akhirnya
merekomendasikan pada rekan-rekannya di Favourite’s Group untuk
menggandeng Mamiek mengisi kekosongan posisi vokalis.
Kematangan
vokal Mamiek tampaknya tidak sulit untuk menyesuaikan dengan musik
Favourite’s Group yang memang sudah memiliki ciri khas tersendiri,
apalagi ditunjang sepintas warna vokalnya yang mirip dengan Mus
Mulyadi mampu mengobati kerinduan penggemar akan munculnya kembali
Favourite’s Group era awal karier mereka.
Sekian
lama penggemar musik pop menantikan bangkitnya Favourite’s Group
yang setelah ditinggal Mus Mulyadi selepas album keempat, seakan
sulit untuk menghadirkan kejutan pada album yang mereka hasilkan
selanjutnya. Hal ini tidak berlebihan, mengingat album rekaman mereka
volume kelima dan seterusnya kurang menimbulkan ledakan yang besar
walaupun tidak bisa dikatakan gagal sama sekali.
Pada
tahun 1977 inilah seakan Favourite’s Group menemukan titik balik
kesuksesan mereka kembali di dunia musik Indonesia. Segera saja
telinga kita disapa dengan akrab oleh Mamiek Slamet melalui
“Romantika” yang beliau dendangkan dengan manis. Seakan kita
tidak asing dengan lagu ini walaupun baru pertama kali mendengarkan.
Kehebatan Harry Toos dalam meracik nada dan irama benar-benar patut
diacungi jempol. Album yang bertajuk New Favourite’s Group 1977 ini
benar-benar fresh sampai di pendengaran kita. Baru, namun tidak
terasa asing bagi yang menikmatinya.
Selanjutnya
kita disajikan kemantaban vokal arek Sidoarjo ini melalui lagu yang
menyentuh hati karya A. Riyanto yang berjudul “Patung Emas Bermata
Intan” sebuah karya lagu yang cukup membuat penasaran pendengarnya.
Lantunan vokal khas mamiek Slamet inilah yang mampu membuat dirinya
menjadi seorang penyanyi yang patut diperhitungkan dan patut
disejajarkan dengan vokalis yang lebih senior terjun di dunia hiburan
populer Indonesia. Mamiek juga menyediakan diri menyajikan Hutang
Budi (A.Riyanto) dan Akhir Cintaku (Is Haryanto) yang membuat album
ini makin terasa menawan.
A.Riyanto
atau yang biasa disapa Mas Kelik pada album ini tak ketinggalan
menyumbangkan vokalnya yaitu pada tembang yang berjudul “Pesta
Ajojing”. Tampaknya A. Riyanto mencoba mempopulerkan perilaku trend
anak muda masa itu yang mulai gandrung dengan gerakan ajojing. Pada
era Remaco, semua personel Favourite’s Group mulai berani unjuk
suara dan karya, sesuatu yang tak wajar kita jumpai saat mereka masih
dalam naungan Golden Hand. Karena itu dalam album ini pun semua
personel mendendangkan suara emasnya.
Is
Haryanto yang bersuara berat mengajak kita untuk menikmati lagu yang
bertajuk “Kau” yang beliau nyanyikan secara koor. Lagu ini
kelihatannya memang tidak bergaya Favourite’s Group namun menurut
saya memang bergaya Is Haryanto yang selalu mencoba bereksperimen
dalam setiap karyanya. Selanjutnya sang pemetik bass dan bersuara
sayu yaitu Tommy WS mencoba memperkenalkan kita pada sosok seorang
gadis bernama “Maria” yang disajikan secara melankolis. Sebuah
lagu sederhana yang bila kita dengarkan kala sendirian di tengah
malam disertai hujan rintik-rintik, membuat kita terhanyut pada
situasi yang dibangun pria dari Solo ini.
Bagaimana
dengan Harry Toos, karyanya mengawali dan menutup komposisi pada
album yang berseri RMC-1075 ini. Sebagaimana biasanya, bila Harry
Toos bernyanyi selalu terkesan unik, nakal dan menggemaskan pada
syair lagu yang dibuatnya. Kali ini kita diajaknya tertawa melalui
karyanya yang berjudul “Asal Makan”. Kala itu banyak slogan yang
dibuat oleh anak-anak muda sebagai lelucon dalam percakapan. Slogan
itu dibuat semaunya dan asal jadi. Harry Toos menangkap fenomena itu
dan merekamnya pada sebuah lagu yang sangat menggelitik namun tetap
dikemas secara dewasa, hal inilah yang membedakan karya Harry Toos
dengan lagu yang berbau komedi yang populer masa itu.
Pembuatan
cover album ini pun terkesan sederhana, tidak berlebihan namun juga
tidak bisa dibilang sembarangan. Secara gagah kelima personel
berjajar di depan stusio Remaco tempat mereka berkreasi dan
berproduksi. Uniknya, album ini sempat muncul dalam dua versi dengan
cover yang berbeda. Versi kedua album ini adalah menampilkan gaya
personel yang berfoto persis seperti pada album pop jawa Favourite’s
Group 1977. pose yang khas adalah A.Riyanto duduk di kursi
dikelilingi keempat personel lain. Hanya saja pada versi kedua album
ini ditambahkan sebuah lagu yang bertajuk “Terima Kasih Kami”
karya Is Haryanto yang dipersembahkan kepada seluruh khalayak sebagai
ucapan terima kasih karena telah mendukung keberhasilan mereka di
dunia hiburan.
New
Favourite’s Group 1977 merupakan sebuah album yang sayang untuk
dilewatkan. Dendang manisnya selalu kita rindukan walau berpuluh
tahun telah berlalu. Sampai hari ini, tak henti kita akan mengenang
keberadaan Favourite’s Group salah satu legenda musik Indonesia
yang mampu membunyikan gema di sela riuh rendah gaung musik populer
Indonesia.
Demikian
yang dapat kami sajikan sebagai catatan tentang album Favourite’s
Group. Mohon maaf atas setiap kata dan kalimat yang kurang berkenan.
Jayalah selalu musik Indonesia.
Okky
T. Rahardjo (penggemar Favourite’s Group dari
Surabaya-085645705091)
Tulisan yang menarik nih....oh ya..pada tahun 80an vokalis group ini adalah Rahmat S kalau ga salah....hanya saja informasi tentang formasi ini minim sekali :)
BalasHapus