Bila ditanyakan grup musik rock apa
yang berasal dari Surabaya, secara acak ingatan kita akan menuju pada nama AKA.
Ya AKA merupakan band rock legendaris yang berasal dari kota Surabaya. Grup musik
yang berdiri pada 23 Mei 1967 ini, bermula dari keinginan seorang pemuda yang
bernama Ucok Harahap untuk mendirikan sebuah band sebagai penyaluran bakat
musiknya yang sudah tak terbendung. Melalui fasilitas yang diberikan oleh
ayahnya, Ismail Harahap seorang apoteker terkenal di kota Surabaya, Ucok setiap
hari berlatih musik di sebuah ruangan di sudut apotik milik ayahnya tersebut.
Tidak puas bermain musik sendrian,
Ucok Harahap lantas mencari teman-teman yang memiliki minat bermusik yang sama.
Setelah beberapa kali menyambangi THR Surabaya yang saat itu sering menampilkan
musisi-musisi populer, Ucok pun mengajak beberapa rekan musisi untuk berlatih
di rumahnya. Tesebutlah saat itu Haris Sormin (rhytym gitar), Lexy Rumagit (
bass ), Soenata Tanjung ( melody gitar ),Zainal Abidin ( drum ) dan Ucok
Harahap sendiri pada posisi keyboard. Karena mereka selama ini berlatih di
apotik yang beralamat di jl. Kaliasin Surabaya (sekarang jl. Basuki Rachmat ),
maka grup ini dinamakan AKA yang merupakan akronim Apotik Kaliasin. Apotik itu
sendiri saat ini sudah menjadi patung karapan sapi yang terletak di ujung jl. Basuki
Rachmat.
AKA formasi pertama ini beberapa
kali mendapatkan tawaran manggung di beberapa even acara. Di antaranya acara
pentas seni di sekolah, dan juga pementasan di kampung-kampung yang terletak di
kota Surabaya. Sebagaimana yang pernah diakui oleh Ucok, honor yang mereka saat
itu masih sebesar Rp. 20 ribu. Sayang sekali formasi ini tidak bertahan lama,
Zainal Abidin terpaksa keluar dan digantikan oleh Sjech Abidin yang adalah adik
kandungnya sendiri. Sjech adalah sebuah nama yang berikutnya mengantarkan
kesuksesan grup AKA. Konon karena Sjech Abidin tinggal di jl. Pegirian yang
merupakan wilayah pemukiman warga keturunan Arab, maka untuk mengajak Sjech
latihan musik, personel yang lain harus dating ke rumahnya memakai sarung dan
meminta ijin pada orang tua Sjech untuk mengajak ke pengajian. Sebuah tak tik
khas anak muda masa itu untuk mendapatkan restu latihan musik.
Berikutnya terjadi beberapa kali
pergantian formasi. Lexy sebagai pemain bass pun keluar dan digantikan
posisinya oleh Peter Wass. Peter pun pada akhirnya mengundurkan diri dari grup
AKA sebelum sempat menghasilkan album rekaman. Haris juga keluar dari formasi
AKA tak lama setelah Lexy hengkang. Dalam perjalanan waktu, masuklah nama
Arthur Kaunang atas rekomendasi dari ibu kandung Ucok Harahap. Arthur yang
merupakan anak dari teman ibu Harahap merupakan seorang pemain piano klasik. Demi
memenuhi posisi bass yang lowong, Ucok mengajari Arthur bermain bass. Berkat ketelatenan
berlatih, jadilah Arthur seorang pemain bass yang handal. Bahkan tiada pernah
diduga, ketiga pemain bass yang pernah bermain di dalam grup AKA mampu
memainkan dengan posisi kidal.
AKA selanjutnya eksis dengan formasi
Ucok Harahap (keyboard ), Soenata Tanjung ( gitar ), Sjech Abidin ( drum ) dan
Arthur Kaunang ( bass ). Formasi ini makin meraja lela menguasai jagad musik
rock Indonesia terutama di kota Surabaya. AKA mampu menyandingkan dirinya
dengan grup musik rock lain yang juga eksis menyemarakkan blantika musik
Indonesia macam God Bless (Jakarta) dan Giant Step (Bandung). AKA saat itu
mampu menjadi ikon anak-anak muda yang menyuarakan kebebasan dan keleluasan
berekspresi.
Berbeda denagn grup musik lain, AKA hadir
tidak hanya menyajikan keterampilan bermusik namun juga menghebohkan melalui
penampilan atraktif yang dilakukan oleh Ucok Harahap. Beberapa Ucok tampil di panggung
dengan gaya teatrikal yang menarik. Seperti yang pernah terjadi di Taman Ismail
Marzuki (TIM), saat itu Ucok melakukan atraksi dengan masuk ke dalam peti mati.
Namun ketika peti mati baru ditutup dan dipaku, Ucok sekuat tenaga menendang
penutup peti mati tersebut. Seketika Ucok berlari tulang langgang hingga
memanjat tembok pembatas gedung lokasi pertunjukan. Penonton yang mengira hal
itu adalah atraksi pertunjukan, spontan memberikan tepuk tangan yang meriah. Hingga
akhirnya Ucok Harahap terjatuh karena tersambar kabel listrik yang menjuntai
dengan bebas. Belakangan, aksi yang menghebohkan itu diakui Ucok karena dirinya
dikejar oleh sosok perempuan yang berada di dalam peti mati yang dia masuki. Padahal,
peti mati tersebut sebenarnya kosong. Nah….
AKA tidak hanya piawai dalam aksi
panggung, berikutnya mereka menjajal kemampuan berolah lagu dalam dunia
rekaman. Beberapa album sempat mereka hasilkan dan meraih kesuksesan yang tidak
kalah dibandingkan penampilan panggungnya. Tapi jangan dibayangkan dengan
penampilan fisik yang sangar dan penampilan panggung yang garang, maka
lagu-lagu mereka dijamin keras dan bising. Tidak juga, malah sebaliknya lagu
yang berirama cadas dan menghentak itu hanya sekitar 30-40 persen saja dari
keseluruhan lagu dalam satu album.
Arus komersil membuat grup rock ini
juga melagukan tembang karya mereka yang pop mendayu-dayu macam Akhir Kisah Sedih, Dunia Buram, Di Akhir Bulan
Lima atau yang paling fenomenal Badai
Bula Desember. Tak juga disangka, grup ini pun juga tega bernyanyi lagu
yang bergenre Jawa Melayu atau pun juga irama Qasidah. Ya itulah tuntutan
sebagai penghibur masa itu harus bisa bernyanyi lagu dengan irama apa pun
sesuai tuntutan arus musik populer yang sedang laku. Bila lagu-lagu yang
dinyanyikan berirama rock maka Ucok Harahap yang mengambil alih, bila lagu yang
didendangkan adalah pop yang melankolis maka Sjech Abidin yang berperan. Sjech merupakan
pemain drum dengan vokal yang merdu. Sementara Arthur dan Soenata hanya mengisi
vokal pada beberapa lagu saja.
AKA saat ini memang sudah tidak lagi
berwujud sebagai sebuah keutuhan grup musik, namun karya-karya dahsyat mereka
akan selalu tetap melekat di hati penggemarnya. Pada tahun 1975, AKA meleburkan
dri menjadi SAS dikarenakan Ucok Harahap yang lebih banyak melakukan aktivitas
di dunia hiburan secara personal dibandingkan bersama ketiga rekannya yang
lain. Pada tahun 1997, sebuah album yang berformat reuni pada akhirnya
merupakan album pamungkas mereka yang diluncurkan dengan hits berjudul Puber Kedua.
Ucok Harahap sendiri kini sudah
tiada. Pada tahun 2009, dia harus pergi menghadap pencipta-Nya. Sementara Soenata
Tanjung telah memilih jalan hidup untuk menekuni musik di jalur rohani bahkan
dia sudah ditahbiskan menjadi pendeta di salah satu gereja di Surabaya. Arthur Kaunang
sendiri beberapa kali masih sempat tampil sebagai bintang tamu di beberapa even
musik rock. Sedangkan Sjech Abidin konon pernah diberitakan menyiapkan
anak-anaknya sebagai generasi penerus AKA dengan membentuk band yang menyanyikan
lagu-lagu milik grup kesayangan warga Surabaya tersebut.
Terima kasih AKA, keberadaanmu telah
mampu menyematkan kebanggaan tersendiri di dada kami sebagai warga kota
Surabaya yang pernah memilikimu.
( Okky T. Rahardjo, penggemar AKA dari kota Surabaya-085645705091 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar