Sore itu langit kota
Madiun berwarna kelabu. Mendung bergelayut membuat cuaca terasa gelap, padahal
waktu masih menunjukkan lepas pukul16.00 WIB. Cuaca yang terkesan ragu-ragu,
antara hujan dan tidak membuat resah warga yang hendak memiliki acara di luar rumah.
Namun perlahan tapi pasti, cuaca yang semula tak bersahabat, menjadi cerah kala
waktu menunjukkan pukul 17.30 WIB. Secerah hati warga kota Madiun yang akan
melanjutkan aktivitas.Di sebuah kampung yang bernama Tawang Jaya, di situlah
kami menuju. Mencoba memenuhi undangan seorang teman yang adiknya mengadakan
syukuran khitan.
Lokasi Tawang Jaya tidak terlalu
sulit untuk ditemukan karena terletak di belakang terminal kota Madiun. Hari
itu keluarga bpk. Yulianto mengadakan syukuran khitanan putra pertamanya.
Istimewanya, acara ini dirayakan dengan mengundang salah satu band pelestari
dari ibu kota. Ketika jarum jam menunjukkan pkl.18.10, rombongan kami yang
berasal dari Surabaya tepat berhenti di sebuah rumah yang dinaungi tenda besar.
Saat itu mulai terdengar lagu pembuka yng dilantunkan oleh band yang saat itu
tampil. Seiring Sejalan dipilih
sebagai tembang perdana untuk menyambt tamu-tamu yang hadir.
Terlihat di panggung wajah-wajah
senior di dunia pelestarian lagu-lagu Koes Plus. Arwet Soewarno sebagai vokalis
sekaligus pemetik rhytym gitar. Arif yang berposisi pemencet keyboard merangkap
pemetik gitar melody. Bass gitar dipercayakan pada Hans. Sedangkan penabuh drum
yaitu Wahyu. Ya, mereka adalah personel B Flat band yang malam itu mengisi acara
hiburan di salah satu sudut kota Madiun. Musik yang dibawakan terasa kental
sekali dengan nuansa Koes Plus, menandakan mereka adalah sebuah band yang sudah
matang malang melintang di dunia pelestarian Koes Plus.
Manis
dan Sayang dipilih sebagai lagu kedua untuk lebih mengakrabkan suasana
malam itu. Para tamu undangan makin terasa akrab ketika Bis Sekolah dipilih sebagai lagu ketiga sebelum pada akhirnya
mereka jeda untuk memberi kesempatan suara adzan berkumandang. Sekitar tiga
puluh menit pentas kosong, sementara para tamu terus berdatangan untuk ikut
berbagi rasa bahagia. Para personel B Flat pun memanfaatkan kesempatan ini
untuk menghisap rokok yang selalu menemani aktivitas mereka.
Setelah mengakhiri waktu jeda, B
Flat kembali menggebrak dengan lagu-lagu yang pernah dipopulerkan oleh Koes
Bersaudara dan Koes Plus. Selalu didendangka untuk mengawali peampilan mereka
pada sesi ketiga itu. Setelah itu Rasa
Hatiku disuarakan oleh vokalis yang sepintas wajah dan suaranya mirip
dengan Yon Koeswoyo ini. Sebuah lagu berbahasa Inggris yaitu She Is The One menjadi pilihan
berikutnya untuk dibawakan. Selanjutnya Arwet membuka kesempatan bagi para tamu
undangan yang ingin lagu-lagu kesayangan mereka dinyanyikan.
Request lagu-lagu Koes Plus pun
silih berganti dipinta untuk dibawakan. Cukup dengan berteriak judul lagu yang
dimaksud, maka personel B Flat pun siap untuk menghadirkan lagu tersebut. Tentu
sepanjang kesiapan B Flat untuk membawakannya, mengingat begitu banyak lagu
yang diinginkan oleh para tamu yang menghadiri acara malam itu. Bahkan demi
memuaskan hati pengunjung, beberapa orang tamu pun sempat menyanyikan lagu yang
diinginkan dengan maju ke panggung untuk diiringi langsung oleh B Flat. P Seperti
ketika ada beberapa tamu yang menjajal beradu vocal dengan sang vokalis pada
lagu Hidup Yang Sepi, Diana dan Tangis Di hatiku.
B Flat malam itu tampil prima dan
cukup komunikatif dalam menyuarakan lagu-lagu Koes Plus. Sepertinya mereka
memiliki dua misi dalam setiap aksi panggung yang mereka jalankan. Misi pertama
adalah menghibur para pengunjung yang menyaksikan penampilan mereka. Untuk hal
ini mereka siap dengan lagu-lagu populer Koes Plus yang cukup familier di
telinga masyarakat umum. Sementara misi kedua adalah memperkenalkan lagu-lagu
Koes Plus yang kurang terlalu dikenal kalangan umum. Dalam menjalankan misi
kedua ini, B Flat sesekali menyelipkan lagu Koes Plus yang kurang populer di antara
beberapa lagu hits yang dinyanyikan. Seperti halnya ketika B Flat membawakan
lagu Kalau Kutahu yang jarang
diperdengarkan oleh band pelestari termasuk oleh Koes Plus sendiri.
Tidak hanya piawai dalam
mendendangkan lagu-lagu Koes Plus yang disertai permainan musik yang hampir
mendekati aslinya, mereka juga mampu menghibur dengan gaya komunikatif khas
mereka. Arwet yang menjadi ujung tombak band ini beberapa kali melakukan
komunikasi dengan penonton di atas panggung. Seperti halnya ketika melagukan Kisah Sedih Di Hari Minggu, Arwet
meminta penonton untuk bersama-sama menirukan bagian interlude lagu ini melalui
senandung yang disuarakan dari mulut seakan menggantikan suara keyboard.
Acara makin marak ketika Oh Kasihan didendangkan oleh B Flat
dengan beberapa bagian diberi variasi sehingga terdengar jenaka. Gaya
menyanyikan lagu Oh Kasihan ini pada awalnya dipopulerkan oleh penggemar Koes
Plus daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sehingga terdengar timpalan “salahe ‘ra
nduwe bojo” untuk menimpali bagian syair “sendirian tiada lagi kasih sayang”.
Atau ketika kalimat “Oh kasihan..Oh kasihan..” disuarakan, maka para pengunjung
segera membalas dengan menjawab “ora ‘po –‘po…”.
Mendekati pkl. 20.00, B Flat sempat
pamit undur sejenak untuk istirahat, mengingat kalau mereka tampil di Madiun
selalu berdurasi di atas tiga jam. Sebelum turun dari panggung, mereka sempat
membuat penonton bertanya-tanya ketika akan membawakan sebuah lagu yang
berjudul vertigo. Ucapan ini kontan membuat beberapa penonton tertawa karena
tentu saja tidak ada lagu Koes Plus yang berjudul vertigo. Ternyata yang dibawakan adalah sebuah lagu berbahasa Inggris (apa hayo...).
Pentas malam itu sempat berganti
pengisi dengan tampilnya band dari sekelompok penggemar Koes Plus. Band yang
bernama KPK ini mencoba menghadirkan lagu-lagu Koes Plus yang sebelumnya tidak
dilirik oleh B Flat. Sehingga malam itu lagu-lagu Koes Plus cukup variatif
dihadirkan oleh penggemarnya. Beberapa lagu yang mereka bawakan diantaranya
yaitu : Surate Wanito, Penyesalan dan Tiada Lain Di Hatiku.
KPK yaitu Komunitas Penggemar Koes
Plus merupakan wadah bagi pecinta Koes Plus yang berada di kota Madiun. Tidak
hanya merupakan ajang berkumpul, mereka juga eksis dengan adanya sebuah band
pelestari seperti yang tampil pada malam itu. KPK band terdiri dari Agus
Winardi (gitar 1), Galih (gitar 2), Fajar (drum), Budi (bass), Mr. Dee (vocal)
dan Tri Cahyono pada posisi keyboard sekaligus sebagai ketua KPK.
Peampilan
B Flat pada rabu malam itu cukup membuat greget warga kota Madiun yang
menyaksikan. Tidak hanya dipuaskan oleh gaya Arwet yang mirip Yon Koeswoyo,
pemain bass yaitu Hans pun mampu menjiwai permainan Yok Koeswoyo. Tampak
kemesraan vocal Arwet dan Hans dalam membawakan lagu-lagu duet Koes Plus seakan
menyiratkan pada duet legendaris personel Koes Plus. Hans juga cukup sukses
membawakan lagu karya Yok Koeswoyo yaitu Maria.
Permaianan melody gitar dan keyboard
oleh Arif seakan mampu memberi nyawa pada setiap lagu KoesPlus yang dibawakan.
Gebukan drum oleh Wahyu pun seakan mengingatkan orang pada pukulan drum yang
pernah dilakukan oleh Murry. B Flat memang sebuah band pelestari yang mampu
membuktikan bahwa mereka memiliki jam terbang yang cukup baik untuk menyuarakan
karya-karya dari band legendaris Koes Plus.
Tidak
banyak band pelestari yang mampu tampil sambil menyapa dan menghibur pengunjung
dengan cukup baik, bila yang tampil dengan musik yang bagus sudah banyak. B
Flat telah hadir bukan hanya sebagai pengisi acara yang baik, namun
mereka adalah penghibur yang kehadirannya mampu mewakili kerinduan pada sosok
Koes Plus. Teruslah berjuang, B Flat..kami selalu mendukungmu.
Demikian
yang dapat kami sajikan melalui sekilas pandangan mata pada sebuah acara
syukuran di kota Madiun yang menghadirkan band pelestari Koes Plus. Mohon maaf
atas setiap rangkaian kata dan kalimat yang kurang berkenan. Terima kasih atas
perhatiannya.
(
Okky T. Rahardjo, penggemar Koes Plus dari Surabaya-085645705091 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar