Di antara sederet nama musisi asal kota Surabaya yang
pernah bertebaran menghiasi blantika musik Indonesia tersebutlah nama Iwon
Sutomo. Musisi yang besar di kawasan utara kota Surabaya ini memang tidak
begitu populer dibandingkan dengan nama besar musisi lainnya. Namun peran
pentingnya di balik layar ternyata membuat namanya patut diperhitungkan sebagai
salah seorang musisi senior dalam jagad musik pop Indonesia.
Pada
awal 1970an, Iwon bersama rekan-rekannya sesama musisi dari kota Surabaya
membentuk sebuah grup yang bernama Man’s Group. Band ini terdiri dari Iwon
(gitar/vokal), Yongky (keyboard), Usman (gitar/vokal), Sofyan (drum/vokal), dan
Said (bass/vokal). Ketiga personel diantaranya telah lebih dulu dikenal dengan
nama Usman Bersaudara. Tampaknya nama Man’s group diambil karena kelima
personelnya adalah laki-laki. Saat itu Man’s group cukup sukses malang melintang
mengisi gemerlapnya hiburan di kota Surabaya.
Pada
tahun 1972, Man’s Group mencoba mengadu nasib ke ibu kota. Mereka meyakini
anggapan sebagian besar orang saat itu yang menyatakan bila ingin berhasil
harus melanjutkan karier di kota Jakarta. Berpindahlah mereka ke kota Jakarta
dan melakukan aktivitas bermusiknya dengan keyakinan kuat akan munculnya
kesuksesan yang lebih baik dari sebelumnya. Di Jakarta mereka menemui Benny
Pandjaitan, senior mereka kala masih sama-sama mengawali karier bermusik di
kota Surabaya. Benny yang lebih dulu sukses dengan grup Panbers mencoba
membantu perjalanan karier bermusik Man’s Group.
Panbers
saat itu sudah berhasil mengeluarkan dua album rekaman di bawah naungan Dimita
Recording. Mereka pun mendapatkan tawaran manggung di beberapa tempat hiburan. Man’s
Group yang saat itu berada di bawah binaan
Pandjaitan Bersaudara mendapatkan kesempatan manggung sebagai band pembuka sebelum
Panbers beraksi. Karena seringnya tampil sebagai pembuka Panbers, maka Man’s
Group lebih sering dikenal dengan nama Panbers Junior.
Keberuntungan
berpihak pada Man’s Group karena mereka mendapatkan kesempatan emas untuk
memasuki dunia rekaman. Man’s group mendapatkan jatah rekaman pada sisi B album
Panbers volume 3, 4 dan 6. Sebuah langkah kesuksesan telah dirintis oleh Iwon
bersama rekan-rekannya yang lain. Debut mereka merekam musik dalam pita kaset
tersebut terjadi pada tahun 1973, di bawah label Dimita Recording. Sebagai grup
yang menempati sisi B, tentu wajah mereka tidak terpampang dalam cover kaset.
Pada
pertengahan tahun 1973, sebuah gejolak melanda Man’s Group. Saat itu Nomo
Koeswoyo yang sudah dipercaya mengelola perusahaan rekaman Yukawi, tertarik
pada ketiga personel Man’s Group. Usman, Sofyan dan Said direkrut oleh Nomo
Koeswoyo untuk membentuk sebuah band baru yang bernama No Koes. Konon No Koes
ini merupakan tandingan dari Koes Plus, nama besar yang mendominasi dunia musik
pop saat itu. Dengan legowo, Iwon dan Yongki melepas ketiga rekannya untuk
merengkuh keberhasilan melalui grup lain.
Yongki
yang merasa tidak lagi menemui jalan dalam bermusik di ibu kota, harus kembali
pulang ke Surabaya. Di kota itu dia melanjutkan karier bermusiknya. Sementara Iwon
masih mencoba beberapa waktu untuk bertahan di ibu kota. Karena nasib baik tak
kunjung datang, Iwon pun sempat putus asa dan kembali ke kota Surabaya menyusul
jejak Yongki yang lebih dulu balik kanan. Selama sekitar satu tahun Iwon
dirundung kegelisahan menyusul karier bermusiknya yang tak kunjung membaik .
Ada
sebuah kisah menarik dalam perjalanan karier bermusik Iwon. Saat No Koes
melejit dengan rekaman perdananya, dia gerah ketika mengetahui sebuah lagu
ciptaannya dinyanyikan tanpa ijin. Lagu tersebut adalah Perantauan yang hingga
saat ini dikenal sebagai salah satu lagu andalan No Koes. Dalam cover Piringan
Hitam maupun kaset album No Koes “Sok
Tahu”, nama Iwon tidak tertulis sebagai pencipta lagu tersebut melainkan
hanya tertulis karya No Koes. Jadilah Iwon mengecam keras Nomo Koeswoyo yang
dianggapnya mencuri lagu karyanya itu. Perantauan
menurutnya merupakan karya orisinil miliknya. Lagu itu mengisahkan kesulitan
hidup yang dialami sebagai seorang yang mencoba mengadu nasib dari sebuah
daerah menuju ibu kota yang menjanjikan impian dan harapan. Pada akhirnya nama
Iwon diakui sebagai pencipta lagu tersebut ketika pada tahun 2002 lagu tersebut
direkam ulang oleh Kembar Group.
Titik
balik kesuksesan Iwon dimulai ketika diajak oleh Beib Benyamin untuk bergabung
dalam sebuah band, Beib Blues. Grup ini seringkali mengiringi penampilan
Benyamin Suaeb ketika tampil berolah vokal di atas panggung. Selanjutnya dia
juga terlibat dalam penggarapan musik beberapa artis pendatang baru, berbagai
band juga pernah disinggahi untuk melebarkan sayapnya di dunia musik populer
Indonesia.
Pada tahun 1982 Iwon sempat membuat album rekaman secara solo. Album
bertajuk “Duri-Duri Tajam” ini muncul
sebagai sebuah album pop manis yang mengetengahkan lirik yang tidak umum. Beberapa
syair lagunya terkesan kritis, puitis tapi tidak populis sebagaimana syair
lagu-lagu pop yang mengemuka saat itu. Lagu Duri-Duri Tajam sempat populer di
radio, namun tidak terlalu mengangkat nama Iwon. Album ini direkam melalui
label Akurama Recording. Konon dalam album ini nama Iwon yang aslinya adalah
Kliwon, diubah menjadi Iwon Sutomo oleh A. Riyanto salah seorang maestro musik
pop Indonesia.
Selanjutnya
karier Iwon memang tidak pernah benar-benar melejit di permukaan, namun melaui
tangan dinginnya beberapa artis sempat dipoles dalam penggarapan musiknya. Pada
tahun 1996 ketika musik pop Indonesia menerima kehadiran album Murry’s Family
dengan hits Terlambat yang merupakan rilis ulang lagu Koes Plus, nama Iwon
Sutomo tertera sebagai penata musik. Tampaknya Murry, sang drummer Koes Plus,
merasa nyaman ketika bekerja sama dengan Iwon. Sehingga pada tahun 2010, ketika
Murry membentuk kembali Murry’s Group dengan album pop jawa, Iwon kembali
dipercaya sebagai pengatur aransemen musik sekaligus bertindak menjadi pengisi
melodi gitar.
Sebagai
seorang yang lahir di kawasan Surabaya Utara, Iwon beberapa kali muncul dengan
identitas sebagai seseorang yang berlogat Madura. Hal ini tampak pada lagu
Numpak Kereto dalam album Murry’s Group dan lagu “Jakarta Suroboyo” yang merupakan duetnya bersama Lilin Herlina,
penyanyi dangdut dari Surabaya. Hingga saat ini Iwon tidak pernah berhenti
berkarya. Beberapa karya lagunya muncul di youtube dengan ciri khas lagu yang
bertemakan kritis macam “Stop Tawuran” dan
“Anti Narkoba”.
Tetap
berkarya pak Iwon alias Mbah Kliwon, arek Suroboyo yang sukses menaklukkan kota
Jakarta dengan segala kreativitasmu.
(
Okky T. Rahardjo, penggemar Iwon dari kota Surabaya—085645705091)
Ulet ya mas mbah kliwon
BalasHapusSalam saya buat mas iwonku, masih ku ingat saat aku di opname mas iwon bersam istri datang untuk besuk di rumah sakit tebet, beberapa puluh tahun yg lalu
BalasHapusmas iwon ini asli surabaya ya? boleh gk aku tahu asal usul ibu mas iwon. trimakasih
BalasHapus