“ Berikutnya kami panggilkan peserta dari Surabaya…JINUSS band…!!!” sebuah panggilan dari pembawa acara yang mengantarkan JINUSS, band pelestari dari Surabaya untuk tampil di panggung festival band lagu Koes Plus. Sabtu, 22 Mei 2010 JINUSS peserta dengan nomor urut 20 siap untuk mengikuti festival yang diselenggarakan oleh KPKA Malang dalam even Malang Tempo Doeloe.
Kontingen JINUSS berangkat menggunakan Kereta Api Penataran tujuan Blitar pkl. 07.40 WIB dari Stasiun Gubeng dengan disertai pengurus JN Surabaya. JINUSS band merupakan band pelestari yang baru terbentuk pada bulan Maret 2010 dan sudah memiliki tekad untuk memeriahkan acara festival band Koes Plus semaksimal mungkin.
Siang itu pkl. 13.45 WIB JINUSS siap di panggung dengan kostum kaos berkerah warna biru muda. Personel yang ada pun sudah siap untuk menggebrak panasnya kota Malang dengan lagu-lagu Koes Plus yang sudah disiapkan. Formasi JINUSS saat itu terdiri dari : Soeyitno (rhytim/vokal), Bagus Nusanto (bass), Fandy (drum), Budi Santosa (keyboard/melody gitar) dan Juanam (vokal II). Kelima personel ini memang terlihat sudah senior namun gaya bermusik mereka tidak bisa diremehkan begitu saja oleh generasi di bawah mereka.
Panitia memberikan jatah tampil tiap band untuk membawakan 3 lagu dengan komposisi 2 lagu wajib dan 1 lagu bebas. Adapun yang menjadi lagu wajib adalah : Nusantara (bebas), Kolam Susu, Bis Sekolah, Manis Dan Sayang dan Da Silva. JINUSS memilih Nusantara dan Da Silva sebagai lagu wajib serta Laguku Sendiri sebagai lagu pilihan yang dibawakan. Pembawa acara yaitu Supriyadi sedikit memberi keterangan tentang band ini saat JINUSS masih mempersiapkan diri di panggung. Pak Pri (panggilan Supriyadi) menyatakan kalau salut dengan kehadiran komunitas Koes Plus dari Surabaya yang mau hadir dan berpartisipasi pada even itu.
Ketika semua personel sudah selesai menyesuaikan dengan kondisi alat musik yang ada, tibalah saatnya untuk memperkenalkan diri. Suyitno , sang vokalis bertugas untuk memperkenalkan diri masing-masing personel. Setelah menyampaikan salam pembuka, pertunjukan pun dimulai. Nusantara V yang diambil dari album Pop Indonesia vol.11 dibawakan dengan begitu kompak, padu dan menghibur. Perpaduan melody gitar yang dipetik Budi seakan menyatu dengan bass yang dibetot oleh Bagus. Hasilnya, Nusantara V pun terdengar begitu akrab di telinga penonton yang memenuhi kawasan panggung yang terletak di barat gereja jl. Ijen itu.
Tepuk tangan pun begitu riuh menyambut lagu pertama yang sukses dibawakan oleh JINUSS. Berikutnya sebuah lagu romantik yang bernuansa patriotik yaitu Da Silva meluncur dengan gebukan drum Fandi sebagai pembuka. Lagu yang berlatar belakang kisah Koes Plus saat melawat ke Timor Timur ini mengalun dengan begitu manis. Petikan gitar Budi makin menambah keperkasaan lagu ini yang mengingatkan orang saat beredarnya album History Of Koes Brother pada 1976. Bahkan bagi pengunjung yang saat itu menyaksikan penampilan band ini secara langsung maka akan mengingatkan permainan Budi Santosa pada gaya seorang Tonny Koeswoyo. Alunan gitarnya begitu serasi dan seakan tak kehilangan khas dari lagu aslinya.
Usai Da Silva mengalun, Suyitno berkata bahwa berikutnya adalah sebuah lagu terakhir yaitu Laguku Sendiri. JINUSS meracik tembang yang biasanya dijadikan lagu pembuka pada masa kejayaan Koes Plus ini dengan begitu kreatif. Pada putaran pertama, Laguku Sendiri disajikan versi Koes Bersaudara selanjutnya pada bagian kedua lagu ini dibawakan dengan versi album The best of Koes. Walaupun begitu penonton tetap tidak kehilangan nuansa khas pada lagu ini.
Usai membawakan tiga lagu yang menjadi ketentuan festival, MC kembali maju untuk menahan JINUSS supaya tidak segera turun panggung. Saat itu pembawa acara mengatakan bahwa ada permintaan dari dewan juri untuk JINUSS menambah sebuah lagu lagi. Lagu yang dibawakan boleh dipilih antara Tak Usah Kau Sesali atau Kau Datang Lagi (versi History). Request dipenuhi dengan menyetuji Kau Datang Lagi sebagai lagu yang siap dibawakan mengingat lagu ini sering mereka nyanyikan ketika latihan. Perpaduan vokal Suyitno dan Juanam seakan mengingatkan orang pada duet abadi, Yon dan Yok Koeswoyo. Kau Datang lagi dibawakan dengan baik. Selanjutnya untuk benar-benar mengakhiri penampilan, JINUSS menyanyikan Selamat Tinggal (versi The Best) pada penonton semua sambil mengucapkan selamat tinggal kota Malang.
Menjelang pkl.14.30 WIB JINUSS akhirnya turun panggung dengan diiringi tepuk tangan penonton dan kepuasan yang memancar pada wajah kelima personel ini. Seakan baru saja melepaskan beban yang sangat berat, para personel JINUSS pun selanjutnya berjalan-jalan menikmati suasana pameran dan pertunjukan yang disajikan dalam festival Malang Tempo Doeloe. Belakangan, panitia menyatakan mereka sebagai juara keempat pada festival band Koes Plus tahun 2010 ini.
Sedikit catatan yang perlu kami sampaikan sebagai koreksi pada liputan ini. Personel JINUSS yang begitu kompak seharusnya bisa memperbaiki pada segi penyajian syair lagu. Seringkali “tukang suara” pada band ini tidak begitu hafal pada lagu yang dinyanyikan. Harmonisasi musik pada lagu seakan menjadi tidak padu ketika lagu yang diucapkan oleh vokalis tidak berbunyi pas sesuai syair aslinya. Apabila kekeliruan terjadi sekali dua kali mungkin masih bisa dimaklumi, tapi ketika beberapa lagu tidak diucapkan dengan begitu sempurna maka akan mengusik kenikmatan lagu itu sendiri. Hal ini masih mungkin untuk dimengerti mengingat salah satu “tukang nyanyi” berusia mendekati 60 tahun yang membuat daya ingat pada syair kurang begitu sempurna. Tapi tidak mengapa, tetap berlatih terus pak.
Hal lain yang perlu menjadi catatan bagi panitia adalah perlu adanya kriteria dan ketentuan yang tepat untuk emngikuti festival band ini. Hal ini dipandang perlu mengingat band yang dipertandingkan tidak ada batasan apakah versi original atau improvisasi. Sehingga ketika JINUSS tampil mendekati sesuai lagu aslinya ada kasak-kusuk diantara panitia bahwa seharusnya JINUSS tidak perlu mengikuti festival. Mereka memandang bahwa JINUSS sudah layak masuk pada kategori band pelestari Koes Plus bukan band peserta lomba. Menurut mereka JINUSS selayaknya tampil di sesi parade yang digelar pada malam hari.
Penampilan JINUSS yang begitu bagus itu yang membuat mereka hampir terkena diskualifikasi karena bermain bukan pada tempatnya. Namun yang perlu juga diketahui adalah penampilan JINUSS diusahakan begitu baik tentu karena mereka sudah berlatih dengan keras untuk mengikuti even festival ini dan supaya tampil tidak mengecewakan. Apabila dipandang sebagai band yang sudah mahir, tentu belum terlalu layak mengingat usia mereka masih dua bulan dan baru sekali manggung pada even tertutup. Sehingga even festival ini menjadikan sarana bagi mereka untuk menambah catatan “jam terbang” yang kedua kalinya.
Tiada sesuatu yang abadi dan sempurna di dunia ini, bagaimana pun juga kami atas nama JN Surabaya dan JINUSS mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh KPKA Malang.
Suyitno beraksi didampingi Budi Santosa
Fandi, permainan drumnya sudah mengarah ke Murry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar